Jumlah Korban Tewas Gempa Myanmar-Thailand Melebihi 1.600 Orang

Jumlah Korban Tewas Gempa Myanmar-Thailand Melebihi 1.600 Orang

Global | sindonews | Minggu, 30 Maret 2025 - 01:09
share

Jumlah korban tewas akibat gempa bumi besar yang melanda Myanmar dan Thailand telah melampaui 1.600 orang, menurut pemerintah militer Myanmar di televisi pemerintah.

Pengumuman itu muncul saat tim penyelamat menggali reruntuhan bangunan yang roboh.

Pernyataan dari pemerintah militer mengonfirmasi 1.644 orang tewas dan lebih dari 3.400 orang terluka, dengan 139 orang masih hilang setelah gempa berkekuatan 7,7 skala Richter itu.

Mandalay dilanda gempa hebat. Kota itu adalah kota terbesar kedua di Myanmar dan dekat dengan episentrum gempa.

“Malam itu sangat tidak nyaman bagi banyak orang. Mereka memilih untuk tidur di luar. Kami melihat mereka di taman-taman meletakkan kasur di luar rumah mereka,” ujar Tony Cheng dari Al Jazeera melaporkan dari ibu kota, Naypyidaw.

“Masih ada gempa susulan, beberapa di antaranya kami rasakan pagi ini. Gempa itu tidak terlalu besar, tetapi cukup membuat orang merasa tidak nyaman untuk kembali ke bangunan yang sudah dibangun,” tambah dia.

Operasi kemanusiaan di Myanmar sangat terhambat oleh jalan dan infrastruktur yang rusak, menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) pada hari Sabtu.

“Gempa bumi tersebut merusak infrastruktur penting, termasuk jembatan dan jalan utama, sehingga menyulitkan operasi kemanusiaan untuk mengakses daerah yang membutuhkan,” ungkap OCHA.

“Kerusakan pada jalan tol Yangon-Nay Pyi Taw-Mandalay menyebabkan gangguan layanan, dengan retakan dan distorsi permukaan yang memaksa bus jalan raya menghentikan operasi,” papar badan PBB tersebut.

“Infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan bangunan terkena dampak, yang menyebabkan korban jiwa dan cedera di antara warga sipil. Operasi pencarian dan penyelamatan saat ini sedang dilakukan di daerah yang terkena dampak,” ungkap militer Myanmar.

Untuk memfasilitasi upaya bantuan gempa bumi, Pemerintah Persatuan Nasional bayangan negara itu, yang mengoordinasikan perjuangan rakyat melawan militer yang berkuasa, mengumumkan gencatan senjata parsial sepihak selama dua pekan mulai hari Minggu di daerah yang terkena dampak gempa bumi.

Pengumuman yang dikeluarkan Sabtu malam mengatakan sayap bersenjatanya, Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF), akan "bekerja sama dengan PBB dan organisasi nonpemerintah untuk memastikan keamanan, transportasi, dan pendirian kamp penyelamatan dan medis sementara," di wilayah yang dikuasainya.

Di ibu kota Thailand, Bangkok, yang terletak 1.000 km (620 mil) dari episentrum di Myanmar, sekitar 10 kematian lagi telah dikonfirmasi.

Gempa dangkal berkekuatan 7,7 skala Richter melanda barat laut kota Sagaing di Myanmar tengah pada sore hari Jumat, diikuti beberapa menit kemudian oleh gempa susulan berkekuatan 6,7 skala Richter.

Gempa tersebut menghancurkan bangunan, merobohkan jembatan, dan membuat jalan melengkung di seluruh wilayah Myanmar, dan karena komunikasi yang buruk di daerah terpencil, banyak yang percaya skala sebenarnya dari bencana tersebut belum terungkap.

Harry Roberts, relawan di lembaga amal bantuan bencana internasional Shelterbox, mengatakan situasi di Myanmar kemungkinan akan "sangat rumit" dan "sangat serius" mengingat jarangnya pemerintah meminta bantuan internasional.

“Permintaan itu harus disampaikan ke imigrasi dan bea cukai, sehingga organisasi nonpemerintah seperti kami bisa mendapatkan bantuan segera di sana,” ujar Roberts.

Dia menjelaskan, “Pada tahap ini, yang terpenting adalah mengumpulkan informasi dan menilai aksesibilitas ke negara ini.”

Tim penyelamat di Bangkok bekerja keras sepanjang malam pada hari Jumat, mencari pekerja yang terjebak ketika gedung pencakar langit setinggi 30 lantai yang sedang dibangun runtuh.

Gedung itu berubah menjadi tumpukan puing dan logam bengkok dalam hitungan detik akibat kekuatan guncangan.

Topik Menarik