Donald Trump Minta Ukraina Kembalikan Uang Bantuan AS

Donald Trump Minta Ukraina Kembalikan Uang Bantuan AS

Global | sindonews | Minggu, 23 Februari 2025 - 04:35
share

Presiden Donald Trump meminta Ukraina mengembalikan uang bantuan seniliai miliaran dolar dari Amerika Serikat (AS) yang selama ini disalurkan untuk mendukung perang Ukraina melawan Rusia.

Komentar Trump muncul saat Washington dan Kyiv merundingkan kesepakatan sumber daya mineral yang diinginkan pemimpin Amerika tersebut sebagai kompensasi atas bantuan masa perang yang diberikan pendahulunya, Joe Biden, kepada Ukraina.

Itu adalah perubahan terbaru dalam bulan pertama yang penuh gejolak sejak dia menjabat sebagai presiden AS, di mana dia telah mengubah kebijakan luar negeri Amerika dengan melakukan pendekatan diplomatik terhadap Kremlin tanpa mengindahkan Ukraina dan Eropa.

Trump mengatakan kepada para delegasi di Konferensi Aksi Politik Konservatif (CPAC) di dekat Washington: “Saya mencoba mendapatkan kembali uang itu, atau mengamankannya.”

“Saya ingin mereka memberi kami sesuatu untuk semua uang yang kami keluarkan. Kami meminta [mineral] tanah langka dan minyak, apa pun yang bisa kami dapatkan,” ujarnya, yang dilansir AFP, Minggu (23/2/2025).

“Kami akan mendapatkan kembali uang kami karena itu tidak adil. Dan kita lihat saja nanti, tetapi saya pikir kami sudah cukup dekat dengan kesepakatan, dan kami harus segera mendekatinya karena itu adalah situasi yang mengerikan,” imbuh dia.

Beberapa jam sebelumnya, seorang sumber mengatakan kepada AFP bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky belum siap untuk menandatangani kesepakatan seperti itu, meskipun ada tekanan AS yang meningkat.

Perang Kata-kata Trump-Zelensky

Utusan khusus Trump, Keith Kellogg, yang bertemu Zelensky minggu ini, mengatakan presiden Ukraina memahami bahwa penandatanganan kesepakatan dengan Amerika Serikat adalah "kritis”.

Namun, sumber Ukraina mengatakan kepada AFP bahwa Kyiv membutuhkan jaminan keamanan terlebih dahulu.

"Dalam bentuk draf yang ada sekarang, presiden belum siap menerimanya, kami masih berusaha membuat perubahan dan menambahkan konstruktif," kata sumber yang dekat dengan masalah tersebut.

Ukraina menginginkan perjanjian apa pun yang ditandatangani dengan Amerika Serikat untuk menyertakan jaminan keamanan saat memerangi invasi Rusia yang hampir tiga tahun.

Negosiasi antara kedua negara terjadi di tengah perang kata-kata yang semakin dalam antara Trump dan Zelensky yang telah menimbulkan kekhawatiran di Kyiv dan Eropa.

Pada hari Rabu, Trump mencap Zelensky sebagai "diktator" dan menyerukannya untuk "bergerak cepat" untuk mengakhiri perang, sehari setelah pejabat Rusia dan AS mengadakan pembicaraan di Arab Saudi tanpa Kyiv.

Washington telah mengusulkan resolusi PBB tentang konflik Ukraina yang tidak menyebutkan wilayah Kyiv yang diduduki oleh Rusia, kata sumber diplomatik kepada AFP.

Kemitraan Macam Apa Ini?

Trump telah meminta mineral tanah langka senilai USD500 miliar untuk mengganti bantuan yang diberikan kepada Kyiv—harga yang ditolak Ukraina dan jauh lebih tinggi daripada angka bantuan AS yang dipublikasikan.

“Tidak ada kewajiban Amerika dalam perjanjian mengenai jaminan atau investasi, semuanya tentang hal itu sangat tidak jelas, dan mereka ingin memeras USD500 miliar dari kami,” kata sumber Ukraina kepada AFP.

“Kemitraan macam apa ini? Dan mengapa kami harus memberikan USD500 miliar, tidak ada jawaban,” kata sumber itu, seraya menambahkan bahwa Ukraina telah mengusulkan perubahan.

Amerika Serikat telah memberikan Ukraina lebih dari USD60 miliar dalam bentuk bantuan militer sejak invasi Rusia, menurut angka resmi—kontribusi terbesar di antara sekutu Kyiv tetapi jauh lebih rendah daripada angka yang disodorkan Trump.

Kiel Institute, lembaga penelitian ekonomi Jerman, mengatakan bahwa dari tahun 2022 hingga akhir tahun 2024, Amerika Serikat memberikan total 114,2 miliar euro (USD119,8 miliar) dalam bentuk bantuan keuangan, kemanusiaan, dan militer kepada Ukraina.

Dukungan Inggris Kuat

Seorang pejabat senior Ukraina mengatakan kepada AFP pada hari Jumat bahwa meskipun ada ketegangan, pembicaraan tentang kemungkinan kesepakatan "sedang berlangsung."

Perselisihan itu terjadi saat Ukraina akan menandai ulang tahun ketiga invasi Rusia pada hari Senin (24/2/2025), dan saat pasukan Kyiv perlahan-lahan menyerahkan wilayah di garis depan.

Kementerian Pertahanan Rusia sebelumnya mengeklaim telah merebut Novolyubivka di wilayah Luhansk timur, yang sekarang sebagian besar berada di bawah kendali Rusia.

Dalam panggilan telepon dengan Zelensky kemarin, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menjanjikan "dukungan kuat Inggris untuk Ukraina."

Zelensky, sebagai tanggapan, memuji Inggris karena menunjukkan kepemimpinan dalam perang melawan Rusia.

Starmer juga mengatakan bahwa Inggris dan Amerika Serikat memiliki kepentingan untuk mendukung Ukraina, yang membutuhkan kursi di meja perundingan. “Dan jaminan keamanan yang kuat agar perdamaian dapat bertahan lama," tulisnya dalam kolom untuk The Sun.

Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy mengumumkan bahwa Inggris akan mengumumkan paket sanksi yang signifikan terhadap Rusia pada hari Senin.

Di London, ribuan orang berunjuk rasa mendukung Ukraina kemarin, dan jajak pendapat di Inggris menunjukkan dukungan yang kuat untuk Kyiv.

Menteri Pertahanan Prancis Sebastien Lecornu kemarin mengatakan bahwa Paris tengah mempertimbangkan untuk menambah jumlah fregat dan jet tempur Rafale, serta meningkatkan produksi pesawat nirawak.

Langkah-langkah tersebut diambil untuk meningkatkan kemampuan pertahanan Prancis karena adanya ancaman terkait konflik Ukraina, katanya seperti dikutip dari surat kabar Le Parisien.

Presiden Prancis Emmanuel Macron dijadwalkan berada di Washington untuk berunding dengan Trump pada hari Senin.

Gedung Putih kemarin mengatakan bahwa Trump telah bertemu dengan Presiden Polandia yang konservatif Andrzej Duda di belakang panggung di CPAC, dan memuji Duda atas komitmen Polandia untuk meningkatkan anggaran pertahanan mereka.

Duda, pengagum vokal Trump, mengatakan bahwa dia telah memberi tahu Zelensky melalui panggilan telepon pada hari Jumat untuk bekerja sama dengan presiden AS.

Topik Menarik