3 Alasan Sanksi Rusia Belum Dicabut Negara Barat, Salah Satunya Menunggu Perang Ukraina Berakhir
Terdapat sejumlah alasan sanksi Rusia belum dicabut negara-negara Barat sampai sekarang. Satu hal utama karena agresi Moskow ke Ukraina belum juga berakhir.
Terlepas dari isu ketidakefektifan sanksi yang diberikan kepada Rusia selama ini, negara-negara Barat masih memberlakukannya hingga sekarang. Terbaru, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang baru kembali ke Gedung Putih juga mengancam menambah sanksi untuk Moskow apabila mereka tidak segera membuat kesepakatan guna mengakhiri perang di Ukraina.
Melalui posting di Truth Social, Trump menyebut kemungkinan pihaknya akan menjatuhkan sanksi terhadap Rusia jika Presiden Vladimir Putin menolak berunding guna mengakhiri konflik yang telah berlangsung hampir tiga tahun tersebut.
"Jika kita tidak membuat 'kesepakatan', dan segera, saya tidak punya pilihan lain selain mengenakan Pajak, Tarif, dan Sanksi tingkat tinggi pada apa pun yang dijual oleh Rusia ke Amerika Serikat, dan berbagai negara peserta lainnya," kata Trump, dikutip dari Reuters, Senin (27/1/2025).
Alasan Sanksi Rusia Belum Dicabut Negara Barat
1. Agresi Rusia terhadap Ukraina Belum Berakhir
Satu faktor utama yang membuat Rusia dihujani sanksi adalah karena invasinya ke Ukraina. Melihat ke belakang, aksi tersebut telah dilakukan sejak Februari 2022 lalu.Singkatnya, sanksi ini dijadikan instrumen tekanan agar Rusia menghentikan invasi dan menarik pasukannya dari wilayah Ukraina. Bersama sanksi, negara Barat berharap untuk melemahkan kemampuan Moskow dalam membiayai perang di Ukraina.
Sanksi itu juga secara khusus menargetkan elit politik, militer hingga pengusaha Rusia yang dirasa bertanggung jawab atas invasi tersebut. Melihat hal ini, negara-negara Barat sepertinya tidak akan mencabut sanksi sebelum Rusia benar-benar menarik diri dari Ukraina.
2. Dianggap Mampu Melemahkan Rusia
Selama ini, Presiden Rusia Vladimir Putin senantiasa menyebarkan pernyataan penuh kepercayaan diri bahwa sanksi Barat tidak bisa meruntuhkan negaranya. Dia menyebut ekonomi Rusia sangat kuat, sehingga tidak akan terpengaruh dengan rentetan sanksi dari negara-negara lain.Putin dan Presiden Azerbaijan Aliyev Bahas Pesawat Jatuh via Telepon, Singgung Drone Ukraina
Namun, anggapan tersebut dianggap narasi palsu oleh pejabat-pejabat Barat. Mengutip Government Offices of Sweden, laporan Barat menunjukan banyak tanda bahwa ekonomi Rusia sedang memburuk selama sanksi.
Sebagai contoh, untuk membiayai perang, pemerintah Rusia telah memanfaatkan aset likuid dana kekayaan nasional Rusia. Perkiraan Bloomberg menunjukkan bahwa dana tersebut telah berkurang hampir setengahnya sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina, karena negara tersebut mengorbankan kemakmuran masa depannya dengan kebijakan-kebijakan di masa perang ini.
Bagi banyak orang Rusia, kebijakan ekonomi Kremlin di masa perang ini akan menimbulkan perasaan dejavu. Kontrol modal, larangan ekspor, dan investasi besar dalam industri perang bukanlah kebijakan baru, melainkan kembali ke buku pedoman Soviet di era dulu.
3. Rusia Dianggap Melanggar Hukum Internasional
Negara Barat menganggap tindakan Rusia melanggar prinsip-prinsip hukum internasional, termasuk soal kedaulatan negara. Maka dari itu, mereka melihat pencabutan sanksi tanpa perubahan nyata dari Moskow akan memberikan legitimasi terhadap pelanggaran tersebut.Presiden Aliyev Puji Pilot Azerbaijan Airlines, Pesawat Meledak tapi Banyak Penumpang Selamat
Pada masalah invasi Rusia ke Ukraina, sanksi dipandang sebagai salah satu cara untuk menjaga tatanan dunia yang berdasarkan hukum internasional. Selain menjadi alat untuk menekan Rusia, pemberlakuannya juga bisa menjadi dukungan untuk Ukraina dalam mempertahankan hak-haknya.
Anggapan tersebut kemudian dikecam sebagian pihak lain. Mereka menuding negara-negara tadi menggunakan standar ganda, karena sangat lantang membela Ukraina, tetapi hanya diam melihat genosida di Jalur Gaza yang dilakukan Israel.
Itulah beberapa alasan sanksi Rusia belum dicabut negara-negara Barat.