Mengapa Orang Romawi Menyebut Israel sebagai Palestina? Ini Alasannya
JAKARTA - Pada masa pemerintahan Romawi, wilayah yang sekarang dikenal sebagai Israel sering disebut Palestina, meskipun istilah ini tidak ditemukan dalam Al-Qur'an atau dalam Alkitab Perjanjian Lama dan Baru. Meskipun asal-usul kata "Palestina" masih diperdebatkan, melalui Jewish Virtual Library, banyak yang percaya bahwa nama tersebut berasal dari kata "peleshet" dalam bahasa Mesir dan Ibrani, yang berarti "menggulung" atau "berpindah-pindah," digunakan untuk merujuk pada bangsa Filistin yang menguasai wilayah pesisir Mediterania, yang kini mencakup Israel dan Gaza, pada abad ke-12 SM.
Sebelum penaklukan oleh bangsa Israel, bangsa Mesir menyebut wilayah yang sekarang menjadi Israel, Suriah, dan Lebanon dengan nama Retenu. Nama "Kanaan" mulai dikenal pada abad ke-15 SM dan kemudian wilayah ini disebut sebagai Eretz Bnei Yisrael atau "Tanah Anak-anak Israel" setelah kepulangan orang Yahudi dari Mesir. Nama "Israel" pertama kali digunakan pada abad ke-10 SM untuk menyebut kerajaan Yahudi bagian utara setelah pembagian kerajaan Salomo.
Selama periode Persia, wilayah ini dikenal sebagai Coele-Syria, dan istilah "Palestina" pertama kali muncul dalam literatur Yunani pada abad ke-5 SM. Sejarawan Herodotus menggunakan kata "Palaistine" untuk merujuk pada wilayah pesisir yang dihuni oleh orang Filistin. Pada abad ke-2 M, setelah pemberontakan Shimon Bar Kokhba yang dihancurkan oleh Romawi, wilayah Judea diubah menjadi "Palaestina" oleh Kaisar Hadrian untuk mengurangi keterkaitan orang Yahudi dengan tanah Israel.
Menurut Sejarawan Lewis Feldman, sebagai upaya untuk menghapuskan identitas Yahudi, kemungkinan nama ini dipilih karena dianggap dekat dengan nama suku yang paling dikenal, yaitu Filistin. Dia mencatat bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan siapa yang memilih nama tersebut atau kapan hal itu terjadi, namun kemungkinan besar nama itu dipilih oleh Kaisar Romawi Hadrian, karena ia bertanggung jawab atas beberapa dekrit yang berupaya menghancurkan semangat nasional dan agama orang Yahudi.
Pada periode Kekaisaran Bizantium dan setelah penaklukan Muslim, nama "Palestina" digunakan untuk wilayah yang meliputi Israel, Yordania, dan sebagian Suriah. Nama ini tetap digunakan dalam administrasi Ottoman, meskipun tidak menjadi penunjukan resmi, dan wilayah tersebut sering disebut sebagai Suriah Selatan oleh penduduk lokal.
Selama masa Mandat Inggris di Palestina (1917-1948), nama "Palestina" semakin dikenal dan digunakan oleh media internasional untuk menggambarkan wilayah tersebut, meskipun awalnya lebih sering merujuk pada orang Yahudi di kawasan itu. Namun, seiring berjalannya waktu, identitas Palestina mulai berkembang, terutama setelah Perang Dunia I dan pembentukan negara-negara Arab.