Digertak 2 Pesawat Pengebom B-1 Amerika Serikat, Begini Respons Korea Utara
Dua pesawat pengebom strategis B-1 Lancer Amerika Serikat (AS) telah bermanuver bersama jet-jet tempur Korea Selatan dan Jepang di dekat Semenanjung Korea sebagai unjuk kekuatan terhadap Korea Utara (Korut).
Gertakan pesawat-pesawat militer Amerika dan sekutunya itu berlangsung hari Rabu untuk merespons uji tembak rudal Pyongyang sehari sebelumnya.
Pemerintah Korea Utara, melalui medianya; KCNA, mengecam pengerahan pesawat pengebom strategis AS tersebut serta manuver serupa AS, Jepang, dan Korea Selatan dalam beberapa bulan terakhir.
Pyongyang, menurut KCNA, juga mengecam Kelompok Konsultatif Nuklir (NCG) gabungan antara AS dan Korea Selatan yang berupaya mengelola ancaman nuklir Korea Utara.
“Korea Utara akan dengan tegas mengekang setiap provokasi militer dengan menjalankan haknya sepenuhnya untuk membela diri,” tulis KCNA, mengutip Kementerian Luar Negeri Korea Utara, Jumat (17/1/2025).
Selama pertemuan NCG terbaru yang diadakan minggu lalu, AS menegaskan kembali komitmennya untuk meningkatkan visibilitas reguler aset strategis Amerika di semenanjung Korea, menurut pernyataan bersama dari AS dan Korea Selatan.
"Latihan tersebut dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pencegahan dan respons trilateral terhadap ancaman nuklir dan rudal Korea Utara yang terus berkembang, termasuk klaim terbarunya tentang peluncuran rudal hipersonik," kata Kementerian Pertahanan Korea Selatan dalam siaran pers, mengacu pada uji coba rudal hipersonik Korea Utara yang di-upgrade pekan sebelumnya.
"Ketiga negara akan terus memperkuat kerja sama untuk mencegah dan bersama-sama menanggapi ancaman Korea Utara sambil memperluas pelatihan trilateral berdasarkan koordinasi yang erat," imbuh kementerian tersebut.
Latihan trilateral hari Rabu melibatkan dua jet tempur F-15K Korea Selatan dan dua jet tempur F-2 Jepang dan menandai pertama kalinya pengebom strategis B-1 AS berpartisipasi dalam latihan trilateral sejak November lalu.
B-1 adalah pesawat pengebom strategis supersonik, dan meskipun tidak lagi membawa senjata nuklir, pesawat ini tetap menjadi aset utama dalam upaya AS untuk menghalau Korea Utara, dengan penempatannya di semenanjung Korea yang memicu kemarahan Pyongyang.
