Seteru Mafia Narkoba Prancis, Bocah 15 Tahun Ditusuk 50 Kali lalu Dibakar Hidup-hidup
Kota Marseille di Prancis selatan telah diguncang oleh dua pembunuhan yang diduga terkait narkoba pada pekan lalu.
Salah satunya pembunuhan terhadap anak laki-laki berusia 15 tahun yang ditusuk 50 kali kemudian dibakar hidup-hidup. Demikian disampaikan jaksa setempat pada hari Minggu.
Marseille, kota terbesar kedua di Prancis tetapi juga salah satu yang termiskin, telah dilanda kekerasan terkait narkoba.
Kota pelabuhan bersejarah di pesisir Mediterania tersebut dalam beberapa tahun terakhir menjadi saksi perebutan kekuasaan atas pasar narkoba yang sangat menguntungkan antara berbagai klan termasuk DZ Mafia dan Yoda.
Masalah ini sekali lagi menjadi sorotan publik selama sepekan terakhir, di mana Jaksa Marseille Nicolas Bessone mengatakan dalam konferensi pers pada hari Minggu bahwa korban dan pelaku kekerasan tersebut semakin muda.
Bocah laki-laki berusia 15 tahun tersebut dibunuh pada hari Rabu dalam sebuah kasus yang digambarkan Bessone sebagai salah satu "kebiadaban yang belum pernah terjadi sebelumnya".
Pada hari Jumat, seorang pemain sepak bola berusia 36 tahun, Nessim Ramdane, ditembak dan dibunuh "dengan kejam" oleh seorang remaja berusia 14 tahun dalam kasus yang terkait dengan pembunuhan hari Rabu.
Dua kasus terbaru ini berarti bahwa jumlah pembunuhan terkait narkoba di Marseille telah meningkat menjadi 17 sejak awal tahun.
Para gembong narkoba Marseille telah merekrut prajurit dengan iklan di media sosial, "mengalihdayakan" perdagangan jalanan kepada anak muda yang dikenal sebagai "jobbeurs".
Bessone mengatakan pada hari Minggu bahwa sekarang anak laki-laki muda menanggapi iklan tidak hanya untuk menjual resin ganja tetapi juga untuk membunuh "tanpa penyesalan atau refleksi".
Remaja tersebut telah disewa melalui jejaring sosial oleh seorang tahanan berusia 23 tahun untuk mengintimidasi pesaingnya dengan membakar pintunya, kata jaksa penuntut, seraya menambahkan bahwa remaja tersebut telah dijanjikan imbalaan 2.000 euro.
Tahanan penjara Luynes di selatan Aix-en-Provence telah menggambarkan dirinya sebagai anggota Mafia DZ.
Ditembak di Kepala
Selama menjalankan misinya, remaja tersebut terlihat oleh anggota geng lawan yang menggeledahnya dan menemukan bahwa dia membawa senjata api. Untuk menghukum anak di bawah umur tersebut, mereka berulang kali menikamnya lalu membakarnya.
"Dia ditikam 50 kali dan dibawa ke perumahan Fonscolombes, di mana, menurut hasil autopsi, dia dibakar hidup-hidup," kata Bessone, seperti dikutip dari AFP , Senin (7/10/2024)
Temannya, yang juga berusia 15 tahun, berhasil melarikan diri, imbuh Bessone.Tahanan yang sama kemudian kembali menggunakan media sosial, merekrut seorang anak di bawah umur berusia 14 tahun untuk melakukan serangan balas dendam dan membunuh seorang anggota geng Blacks, dengan janji membayarnya 50.000 euro.
Anak berusia 14 tahun itu menyewa Ramdane, seorang pemain sepak bola yang juga bekerja sebagai sopir untuk menghidupi keluarganya, kata jaksa.
"Anak di bawah umur itu, ditemani oleh seorang teman, meminta sopir untuk menurunkan mereka dan menunggu mereka, tetapi dia tampaknya tidak menurut," kata Bessone.
"Remaja itu kemudian menembaknya di belakang kepala," imbuh dia.
Anak di bawah umur itu ditahan dan mengakui telah menembak pengemudi, tetapi bersikeras bahwa tembakan itu "meletup secara tidak sengaja".
Pada bulan September, Franck Rastoul, jaksa penuntut umum di pengadilan banding Aix-en-Provence, memperingatkan tentang momok kekerasan terkait narkoba.
"Sangat penting bagi kita untuk sepenuhnya memahami kerusakan akibat perdagangan narkoba, yang merusak fondasi masyarakat kita," katanya.
Rastoul mengatakan kaum muda mabuk karena uang narkoba yang mudah didapat sampai pada titik tidak peduli sama sekali terhadap kehidupan manusia.
Kekerasan terkait narkoba menyebabkan rekor jumlah kematian 49 orang di Marseille tahun lalu.