Miris, Indonesia Masih Impor Garam Farmasi Bahan Baku Hemodialisis

Miris, Indonesia Masih Impor Garam Farmasi Bahan Baku Hemodialisis

Gaya Hidup | inews | Selasa, 20 Agustus 2024 - 20:26
share

JAKARTA, iNews.id - Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar mengatakan kalau Indonesia hingga kini masih impor garam farmasi. Jumlahnya mencapai 70 persen

"Padahal Indonesia itu banyak garam, tapi belum bisa produksi sesuai dengan standar," kata Taruna Ikrar di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (20/8/2024).

Kabar Indonesia masih banyak impor garam farmasi sudah sampai ke telinga Presiden Joko Widodo (Jokowi). Makanya, Taruna Ikrar berupaya untuk menurunkan impor garam farmasi ini.

"Bapak (Jokowi) ngerti soal masalah bahan dasar farmasi ini. Contoh konkretnya begini, kalau ke rumah sakit kan ada larutan infus NaCl, itu (bahan bakunya) garam farmasi," ungkap Taruna Ikrar.

Di kesempatan itu, Kepala BPOM itu menerangkan kalau setiap tahun Indonesia membutuhkan 4,5 hingga 4,7 juta ton garam farmasi. Tapi, Indonesia baru bisa memproduksi 1,5 juta ton. Artinya, masih banyak yang perlu dilengkapi dan itu kenapa impor dipilih.

"Masih kurang sekitar 70, makanya impor. Ini perhatian Jokowi. Kami akan bahas ini lintas sektoral," ungkap Taruna Ikrar.

Garam farmasi adalah garam yang dipergunakan dalam industri farmasi. Karakter garam farmasi adalah memiliki kadar NaCl lebih dari 99,5 persen.

Pemanfaatan garam farmasi antara lain untuk bahan baku sediaan infus, produksi tablet, pelarut vaksin, sirup, oralit, hingga cairan pencuci darah (hemodialisis).

Topik Menarik