Pertama di Indonesia, Mobil Otonom Asal Bandung Siap Diproduksi Massal

Pertama di Indonesia, Mobil Otonom Asal Bandung Siap Diproduksi Massal

Gaya Hidup | bandungraya.inews.id | Kamis, 8 Agustus 2024 - 21:20
share

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Pengembangan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai di Tanah Air bukan lagi hal yang mustahil. Pasalnya, Indonesia memiliki cadangan bahan baku komponen utama mobil listrik, yaitu baterai yang melimpah. 

Seperti halnya yang dilakukan oleh PT Teknologi Sahabat Alam (TESA). Perusahaan asal Bandung ini baru saja mengembangkan produk terbarunya yakni mobil autonomous driving atau mobil self driving yang dipamerkan di Indonesia Electric Motor Show (IEMS) 2024.

Diketahui, mobil self driving atau mobil otonom ini adalah salah satu bentuk kemajuan teknologi dimana mobil tersebut dapat berjalan secara otomatis di bawah pengawasan pengemudi.

Direktur Utama TESA, Nurbuana mengatakan, mobil otonom ini tersedia dalam tiga mode. Pertama, mobil otonom ini bisa melaju sesuai dengan jalur yang telah ditentukan melalui program.

"Kita buat mobil otonomous yang bisa mengikuti track line. Jadi dia ngikutin track line yang sudah dibuat sebelumnya. Untuk titik-titik pemberhentiannya ditentukan sesuai kebutuhan user. Setelah diprogram dia akan berhenti di titik-titik tersebut," ucap Buana, sapaan akrabnya, Kamis (8/8/2024).

 

"Jadi seperti busway ada haltenya, ada jalur sendiri, cuman dia gak perlu driver, cukup pakai aspal biasa dan di cat untuk track linenya, dia sudah bisa ngikutin otomatis," tambahnya.

Mode kedua, mobil otonom ini bisa di kombinasi antara remote dan track line. Buana mencotohkan, seperti untuk mobil angkutan perumahan atau angkutan umum yang tidak memiliki halte.

"Terus mode duanya, diperuntukan untuk pemberhentian yang titiknya berhentinya random. Misalkan angkutan untuk perumahan atau angkutan umum yang gak ada haltenya, itu belok-beloknya tetap pake otonomous, cuman maju mundur dan berhentinya pakai remot, ada operatornya sehingga berhenti bisa dimana aja," jelasnya.

Adapun mode ketiga, kata Buana, mobil otonom ini bisa diatur seluruhnya dengan menggunakan remote. 

"Mode yang ketiganya, dia bisa full semua pakai remote," ujarnya.

 

Dengan mengusung konsep autopilot pada kendaraan ini, Buana memastikan jika mobil otonom ini tidak akan keluar dari track yang telah diatur sebelumnya.

"Jadi otonomus ini memang supirnya gak ada, ini berdasarkan program yang mirip dengan AI, jadi dari data yang didapat kita buat algoritma sehingga resultnya sesuai keinginan. Misalnya kalau  dia belok dan keluar dari jalur itu, dia bisa mundur balik lagi ke line yang sebelumnya baru ngikutin lagi, kita yang program," terangnya.

Buana juga memastikan, semua item yang digunakan dalam merancang mobil otonom ini, termasuk bahan bakunya produk asli Indonesia.

"Setahu saya di Indonesia baru dan hampir 100 persen produk lokal untuk body dan softwarenya," ujarnya.

Buana menyebut, ada beberapa keunggulan yang terdapat dalam fitur mobil otonom ini. Pertama, dari segi ketepatan waktu dan efisiensi.

 

"Misalkan di satu kawasan ada 50 unit, jadi dia rotasi terus melayani user. Sistemnya juga sudah canggih dan bisa dikombinasikan dengan apps pendukung. Setau saya kendaraan otonomus di Indonesia belum ada yang ngebuat sampai jadi produk industrial, jadi ini sudah industrial," ungkapnya.

Keunggulan kedua adalah kendaraan ini menggunakan kombinasi sensor kamera, sensor jarak, dan alogaritma.

"Jadi walaupun ini otonomus kalau ada orang nyebrang atau benda yang menghalangi jalur, dia akan berhenti. Karena ada sensor tadi," lanjutnya.

Buana mengatakan, TESA sendiri merupakan perusahaan yang memanfaatkan kemajuan teknologi untuk bersahabat dengan alam dan lingkungan.

"Sekarang kita bikin autonomousnya, nanti motornya, dan produk lain semuanya berbasis zero emisi. Jadi konsep kita ngikutin sekarang sedunia lagi heboh karbon segala macem dan memang kita fokus juga pada lingkungan karena apabila semua bahan fosil nanti polusi makin banyak," katanya.

 

Terlebih, kata Buana, Indonesia sejak lama dikenal sebagai produsen batu bara. Kondisi itu pula lah yang membuat pihaknya tidak perlu lagi repot-repot untuk impor bahan bakar fosil luar negeri. 

"Jadi buat ekonomi sebenarnya juga bagus, dengan mengandalkan EV. Kita eksportir terbesar batu bara, jadi bahan energi tersebut melimpah. Kalau import bahan bakar fosil terus kan memperkaya negara lain. Disamping bagus buat ekonominya juga, pencemaran juga bisa ditekan," tuturnya.

Buana menambahkan, bagi masyarakat yang penasaran ingin melihat mobil otonom tersebut, bisa langsung datang ke pameran IEMS 2024 yang digelar di ICC, Cibinong Science Center pada 8-11 Agustus 2024.

Topik Menarik