Kisah Imam Ibnu Majah, Perawi Hadits Sekaligus Ahli Sejarah

Kisah Imam Ibnu Majah, Perawi Hadits Sekaligus Ahli Sejarah

Gaya Hidup | inewsid | Sabtu, 26 Maret 2022 - 07:30
share

JAKARTA, iNews.id - Kisah Imam Ibnu Majah, perawi hadits sekaligus ahli sejarah mungkin belum banyak yang mengetahui detailnya. Berikut ulasan lengkap sosok Imam Ibnu Majah, perawi hadits dengan kitabnya yang masyhur Sunan Ibnu Majah.

Biografi Imam Ibnu Majah

Imam Ibnu Majah adalah nama yang populer di kalangan umat Islam, setidaknya ketika setelah menulis hadis dalam kitabnya Sunan ibn Majah.

Sebutan tersebut berkaitan erat dengan gelar ayahnya. Sementara itu, al-Qazwini juga dianggap sebagai nama lain yang dinisbatkan kepada Ibnu Majah, karena tempat tersebut merupakan tempat ia tumbuh dan berkembang.

Imam Ibnu Majah memiliki nama lengkap Abu Abdullah Muhammad ibnu Yazid Ibnu Majah al-Rubaiy al-Qazwiniy al-Hafid dengan nama kunya (nisbah) Abu Abdullah. Imam Ibnu Majah lahir di Qazwin, Irak pada tahun 209 H./824 M.

Ibnu Majah hidup pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah, tepatnya pada masa kepemimpinan Khalifah al-Mamun (198 H/813 M) sampai akhir kepemimpinan Khalifah al-Muqtadir (295 H/908 M).

Ibnu Majah wafat dalam usia 74 tahun, pada hari Selasa, 22 Ramadhan 273 H. Pada masa berdaulatnya dinasti Abbasiyah, kegiatan ilmiah khususnya di bidang hadis mencapai puncak keemasannya.

Saat itu, para ulama banyak yang ikut andil dalam kegiatan pengumpulan hadis. Sayangnya, pada saat yang bersamaan, kegiatan pemalsuan hadis juga semarak.

Kondisi seperti itu menggugah para ulama, khususnya ahli hadis, untuk membuat ukuran (parameter) dalam penetapan hadis-hadis Nabi.

Petualang Ilmu

Sejak remaja, Ibnu Majah dikenal sebagai sosok yang tekun dan cinta ilmu. Pada usia 15 tahun, Ibnu Majah belajar hadits pada seorang guru besar kala itu, Ali bin Muhammad At-Tanafasy (233 H). Bakat dan kegigihan yang dimiliki Ibnu Majah membawanya berkelana ke penjuru negeri untuk menekuni bidang hadits.

Sepanjang hayatnya, seluruh pikiran dan usahanya untuk menulis baik di bidang fikih, tafsir, hadits, dan sejarah.

Di bidang sejarah, Ibnu Majah menyusun At-Tarikh. Buku ini secara terperinci mengulas biografi para muhaddits yang hidup sebelumnya hingga biografi ualama hadits yang semasa dengannya

Ibnu Majah adalah seorang petualang keilmuan terbukti dengan banyaknya daerah yang dikunjunginya. Dikutip dari uinsby.ac.id, Imam Ibnu Majah mengembara mencari ilmu di sejumlah daerah di antaranya Khurasan (Iran), Naisabur dan kota lainnya. Selain itu, al-Ray; Iraq: Bagdad, Kufah, Basrah, wasit; Hijaz: Makkah dan madinah; Syam: Damaskus dan Hims serta Mesir. Pengembaraannya ke pelbagai negeri ini tentu tidak sia-sia. Dari sanalah Ibnu Majah memperoleh banyak hadis dan ilmu-ilmu terkait dengannya.

Ibnu Majah memang beruntung, karena ia hidup di era yang penuh dengan gairah untuk mempelajari dan mengkaji hadis-hadis Nabi. Semangatnya yang besar untuk mempelajari hadits didukung oleh kondisi masyarakat saat itu yang juga bersemangat mengumpulkan dan membukukan hadits-hadits Nabi, sehingga jadilah ia seorang ulama hadits yang sangat terkemuka.

Guru Imam Ibnu Majah

Tak bisa dimungkiri, Ibnu Majah bisa menjadi seorang ulama hadits terkemuka berkat pengajaran yang diberikan guru-gurunya. Tidak sedikit guru hadis yang didatangi oleh Ibnu Majah dalam proses belajarnya.

Guru pertama Ibnu Majah adalah Ali bin Muhammad al-Tanafasy dan Jubarah ibn al-Muglis. Sejumlah nama guru Ibnu Majah yang banyak menyumbangkan hadis antara lain Musab ibn Abdullah al-Zubairi, Abu Bakar ibn Abi Syaibah, Muhammad ibn Abdullah ibn Namir, Hisyam ibn Amar, Muhammad ibn Rumh dan masih banyak guru yang lain.

Murid-Murid Imam Ibnu Majah

Sedangkan murid-murid Ibnu Majah yang banyak mengambil hadis dari Ibnu Majah adalah Muhammad ibn Isa al-Abhari, Abu Hasan alQattan, Sulaiman ibn Yazid al-Qazwini, Ibn sibawaih.7

Para ulama hadis, baik pada masanya maupun sesudahnya, menilai Ibnu Majah sebagai seorang yang alim, dapat dipercaya, pendapatnya dapat dijadikan hujjah (dalil), dan banyak menghafal hadis Nabi. Masih banyak penilaian para ulama yang diberikan kepada sosok Ibnu Majah ini.

Semua penilaian tersebut menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang pantas diteladani dan memiliki jasa besar dalam mengumpulkan hadis-hadis Nabi, serta berhasil menyemarakkan kegiatan ilmiah di bidang ilmu hadis.

Karya-Karya Ibnu Majah

Banyak karya tulis yang dihasilkan oleh Ibnu Majah. Jumlahnya tidak kurang dari 32 buah. Temanya pun beragam, meliputi tafsir, tarikh (sejarah), fikih, dan hadits.

Karya Ibnu Majah mengenai tafsir, yakni Tafsr al-Quran al-Karm, agaknya kurang terkenal. Diperkirakan kitab ini hilang dalam bentuk manuskrip (tulisan tangan).

Adapun karya Ibnu Majah tentang sejarah (tarikh), yakni Trkh al-Khulafa, diduga kuat masih ada. Namun di antara sekian bidang yang digeluti Ibnu Majah, tampaknya hanya bidang hadits yang membuat ia dikenal oleh masyarakat Islam secara luas. Salah satu kitabnya yang paling terkenal adalah Sunan Ibnu Majah.

Ratusan perpustakaan menyimpan manuskripmanuskrip karya Imam Ibnu Majah. Kitab ini telah dipublikasikan beberapa kali.

Pada periode terakhir, kitab tersebut menjadi buku keenam yang paling terkenal yang disebut dengan al-Ushl al-Sittah (enam kitab-kitab yang paling prinsipil) atau sering kali disebut dengan al-Shihah al-Sittah (enam kitab shahh). Ini tidak berarti bahwa semua semua hadis yang dimuat dalam keenam kitab hadis tersebut adalah shahh. Ia hanya memberikan indikasi bahwa kebanyakan dari hadis-hadis tersebut adalah shahh dengan pengecualian Shahh Bukhari dan Muslim yang hanya memuat hadis-hadis shahh.

Kitab Sunan Ibnu Majah

Sunan Ibnu Majah adalah kitab kumpulan hadits-hadits sahih yang ditulis oleh Ibnu Majah. Pada bagian mukadimah, penulisnya mengetengahkan beragam hal yang terkait dengan sunnah Rasulullah SAW sekaligus keutamaan ilmu hadis secara khusus dan ilmu agama secara umum.

Secara umum bisa dilukiskan bahwa kitab Sunan Ibnu Majah dibagi ke dalam beberapa bagian, dan dalam setiap bagian dibagi lagi ke dalam beberapa

Al-Dzahabi berpendapat bahwa Sunan Ibnu Majah memuat 4.000 hadits yang terbagi menjadi 32 bagian dan 1.500 bab. Perhitungan serupa juga disampaikan oleh Abu al-Hasan al-Qatthan.

Dalam penyelidikan Fuad Abdul Baqi, jumlah hadis yang termaktub dalam kitab Sunan Ibnu Majah adalah 4.341 hadits yang terbagi ke dalam 37 bagian dan 1.515 bab. Jumlah ini merupakan perhitungan paling mutakhiryang dilakukan oleh seorang pakar hadis.

Meskipun berbeda dengan dua pakar sebelumnya dalam menghitung jumlah hadis dalam Sunan Ibnu Majah, kesimpulan Fuad Abdul Baqi ini tidak mengundang masalah, karena hanya menyangkut perbedaan metode yang digunakan oleh mereka.13 Kitab Sunan Ibnu Majah merekam banyak tema. Setiap tema disebut dengan istilah kitab (bab). Berikut ini untaian kitab (bab) yang terkandung di dalamnya.

Banyak ulama memberikan komentar atau penilaian terhadap kitab Sunan Ibnu Majah ini. Pada umumnya mereka sepakat menilai bahwa kitab ini memiliki keunggulan pada aspek sistematisasi penulisannya, sehingga dapat mempermudah siapa pun yang hendak menelusuri dan mempelajari hadis Nabi.

Kelebuhan lain dari kitab ini adalah dimuatnya hadis-hadis yang tidak ada di dalam Kutub al-Khamsah (Lima Kitab Hadis) yang sudah terkenal, yakni Shahh al-Bukhr, Shahh Muslm, Sunan Ab Dwd, Sunan al-Tirmidz, dan Sunan al-Nasi.

Dengan demikian, kitab Sunan Ibnu Majah dapat melengkapi dan menambah khazanah hadis-hadis Nabi. Sebagian ulama menilai bahwa tidak semua hadis dalam Sunan Ibnu Majah ini sahih. Menurut mereka, ada yang statusnya hasan, bahkan ada yang dhaif (lemah). Namun demikian, harus diakui bahwa keberadaan Sunan Ibnu Majah ini juga ikut memacu semangat para pengkaji hadis untuk mempelajarinya lebih mendalam.

Demikian kisah Imam Ibnu Majah, perawi hadits sekaligus ahli sejarah yang masyhur dan diakui keilmuannya oleh para ulama pada zamannya hingga sekarang.

Wallahu A\'lam

Topik Menarik