Pendapatan PTBA Naik Jadi Rp42,76 Triliun di 2024
IDXChannel – PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) meraup pendapatan Rp42,76 triliun pada 2024. Angka tersebut meningkat 11,1 persen dibandingkan 2023 yang mencapai Rp38,38 triliun.
Secara rinci, pendapatan batu bara perseroan sepanjang tahun lalu sebesar Rp42,8 triliun, lebih tinggi dari 2023 yang mencapai Rp37,97 triliun.
Sementara itu, pendapatan dari aktivitas lainnya sebesar Rp680,96 miliar, angkanya meningkat Rp516,83 miliar. Pendapatan dari aktivitas lainnya merupakan penjualan listrik, briket, minyak sawit mentah dan inti sawit, serta jasa kesehatan rumah sakit dan jasa sewa.
Pelanggan PTBA yang memiliki transaksi pendapatan lebih dari 10 persen terhadap total pendapatan yaitu PLN Grup Rp13 triliun, dan Mind ID yang mencapai Rp3,63 triliun.
Adapun, beban pokok pendapatan PTBA naik dari Rp29,33 triliun di 2023 menjadi Rp34,56 triliun. Sehingga laba bruto perseroan sebesar Rp8,2 triliun, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp9,15 triliun.
Selain itu, terdapat beban umum dan administrasi Rp2,07 triliun, beban penjualan dan pemasaran yang mencapai Rp789,01 miliar, serta biaya keuangan Rp283,69 miliar.
Dengan begitu, laba bersih PTBA mencapai Rp5,1 triliun pada 2024. Angka tersebut susut sekitar 16,41 persen dari 2023 sebesar Rp6,1 triliun.
Sementara laba per saham-dasar dan dilunisian pada 2024 sebesar Rp444, lebih rendah dari 2023 yang mencapai Rp532.
Prospek Emiten Batu Bara
Emiten batu bara diproyeksi memiliki prospek stabil meski terdapat sejumlah tantangan pada tahun ini. Beberapa tantangan yang dihadapi yaitu kebijakan biodiesel B40, dan potensi penurunan permintaan dari China dan India.
Sebelumnya, Pemerintah mewajibkan pelaku industri pertambangan termasuk batu bara untuk menggunakan B40 sebagai bahan bakar dengan pencampuran FAME sebanyak 40 persen.
Analis Indo Premier Sekuritas, Reggie Parengkuan memperkirakan kebijakan B40 akan berdampak terhadap biaya produksi (cash cost) emiten batu bara sebesar 3-5 persen.
“Ini potensi berdampak terhadap penurunan net profit sebesar 2-25 persen pada full year 2025,” kata Reggie dalam riset ’Coal: Sector Update’, dikutip Senin (3/3/2025).
Reggie menilai B40 akan meningkatkan harga bahan bakar sekitar 17 persen, dibandingkan B35. Dengan porsi bahan bakar yang mencapai 20-30 persen dari total biaya operasional, dampak negatif terhadap laba bersih tahunan bisa mencapai 2-25 persen.
Sampai saat ini , analis masih menyematkan rating ‘Neutral’ terhadap sektor batu bara. Empat saham yang menjadi sorotan adalah PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT United Tractors Tbk (UNTR), dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).
Selain kebijakan Biodiesel40, bisnis batu bara juga bakal berdampak pada kebijakan pemerintah yang berencana menyesuaikan tarif royalti dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
Analis Stockbit Sekuritas, Hendriko Gani menilai kebijakan tersebut berpotensi menekan kinerja emiten produsen batu bara yang beroperasi dengan izin IUP, seperti PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA).
(Febrina Ratna Iskana)