Pemerintah Siapkan Aturan Baru, Konsep Danantara Dinilai Bisa Contoh Khazanah
JAKARTA, iNewsTangsel.id - Pemerintah bersama Komisi VI DPR RI tengah membahas Rancangan Undang-Undang (RUU) perubahan ketiga atas UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Salah satu poin penting dalam RUU ini adalah peran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).
Presiden Prabowo Subianto membentuk BPI Danantara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen melalui pengelolaan investasi aset BUMN. Namun, publik bertanya-tanya apakah model BPI Danantara akan mengacu pada Temasek dari Singapura atau Khazanah dari Malaysia.
Menurut Toto Pranoto, pengamat BUMN dari Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI), model Khazanah lebih cocok diterapkan di Indonesia. Pasalnya, BUMN di Indonesia tidak hanya berorientasi pada keuntungan komersial tetapi juga memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi.
“Menurut saya, model Khazanah lebih tepat dibandingkan model komersial penuh seperti Temasek,” kata Toto pada Sabtu (25/1).
Ia menjelaskan bahwa Khazanah tidak hanya mengelola portofolio aset komersial, tetapi juga aset strategis yang berkontribusi pada pembangunan negara, seperti proyek infrastruktur besar. Contohnya, Khazanah pernah ditugaskan membangun Kota Iskandar di Malaysia sebagai bagian dari agenda pembangunan ekonomi nasional.
“Dalam UU Nomor 19 Tahun 2003 juga disebutkan bahwa BUMN memiliki tujuan selain komersial, yakni menjalankan public service obligation untuk proyek strategis,” tambahnya.
Untuk struktur organisasi, BPI Danantara juga dapat meniru model Khazanah, di mana Chairman Khazanah dijabat secara ex officio oleh Perdana Menteri Malaysia, saat ini Anwar Ibrahim. Model serupa dinilai sudah tepat diterapkan pada Danantara, yang berada langsung di bawah Presiden Prabowo Subianto.
“Hal ini bertujuan untuk meminimalkan intervensi yang tidak perlu. Dengan desain seperti ini, Danantara langsung bertanggung jawab kepada presiden,” jelas Toto.
Toto menekankan bahwa keberhasilan superholding seperti Temasek dan Khazanah sangat bergantung pada pengelolaan yang profesional, bebas dari pengaruh politik, serta dipimpin oleh individu berkompeten dengan pengalaman luas di bidang investasi.
“Mereka harus benar-benar dikelola secara profesional tanpa campur tangan politik,” tegasnya.
Dengan pengelolaan yang profesional, Toto optimistis BPI Danantara dapat menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi nasional. Sebagai superholding, Danantara berpotensi menarik investor global dan menjadi mitra yang kredibel.
“Danantara dapat dipercaya oleh investor asing karena aset yang dikelolanya cukup besar,” pungkas Toto.