Rupiah Ditutup Menguat ke Rp15.401 per Dolar AS Jelang Akhir Pekan
JAKARTA, iNews.id - Nilai tukar rupiah ditutup menguat terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini, Jumat (13/9/2024). Rupiah naik 37,5 poin atau 0,24 persen ke level Rp15.401,5 per dolar AS dari sebelumnya di Rp15.439 per dolar AS.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi menyebut, indeks dolar AS bersiap menghadapi kerugian mingguan yang ringan, karena para pedagang tetap pada ekspektasi pemotongan suku bunga The Fed meskipun ada beberapa pembacaan inflasi yang kuat minggu ini.
"Sementara pembacaan inflasi awalnya melihat taruhan bergeser ke arah pengurangan 25 basis poin oleh Fed minggu depan, beberapa data pasar tenaga kerja yang lemah membuat taruhan pada pengurangan 50 bps kembali berlaku," kata Ibrahim dalam risetnya, Jumat (13/9/2024).
Pelaku pasar memproyeksi peluang 56 persen bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin minggu depan, bersama dengan peluang 44 persen untuk pengurangan 50 bps, menurut data CME Fedwatch.
Bank sentral AS diharapkan memulai siklus pelonggaran suku bunga mulai minggu depan setelah sinyal dovish dari sejumlah pejabat Fed dalam beberapa minggu terakhir. Analis memperkirakan setidaknya pemotongan senilai 100 bps tahun ini dari bank sentral, dengan dua pertemuan lagi tersisa di tahun ini/
Di Asia, serangkaian komentar agresif dari pejabat BOJ mendorong mata uang tersebut minggu ini, terutama karena mereka menyerukan kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh bank sentral. Sementara data inflasi produsen yang lemah sedikit melemahkan sentimen ini.
Dari sentimen domestik, ekonomi Indonesia tengah berada di persimpangan jalan yang penuh tantangan. Serangkaian data terbaru menunjukkan sinyal-sinyal pelemahan yang semakin mengkhawatirkan.
Deflasi yang terjadi selama empat bulan berturut-turut, penurunan Purchasing Managers Index (PMI) di bawah ambang batas ekspansi, dan peningkatan angka pengangguran menjadi bukti nyata melambatnya pertumbuhan ekonomi.
Kondisi deflasi yang tidak biasa ini mengindikasikan melemahnya daya beli masyarakat, terutama kelas menengah. Penurunan konsumsi, khususnya pada sektor restoran dan properti, memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian. Kondisi ini semakin diperparah dengan penurunan permintaan kredit, baik untuk modal kerja maupun konsumsi.
Situasi ekonomi global yang tidak menentu, terutama dengan ancaman resesi di Amerika Serikat, turut memberikan tekanan pada perekonomian Indonesia. Bank sentral AS. The Fed diprediksi akan menurunkan suku bunga secara agresif untuk merangsang pertumbuhan ekonomi.
Langkah ini diharapkan dapat menstimulus ekonomi Amerika Serikat, serta berdampak positif pada perekonomian Indonesia.
Berdasarkan data di atas, mata uang rupiah untuk perdagangan berikutnya diprediksi bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup menguat di rentang Rp15.350-Rp15.420 per dolar AS.