Perkuat Pendidikan Karakter, Literasi, dan Numerasi, Kunci Wujudkan Generasi Emas
CIREBON, iNEWSDEMAK.ID– Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menegaskan komitmen memperkuat pendidikan karakter, literasi, dan numerasi, dalam mewujudkan generasi emas 2045.
Penekanan ini merupakan penjabaran lebih lanjut dari Asta Cita ke-4 Presiden dan Wakil Presiden Indonesia yang kemudian diimplementasikan melalui program hasil cepat/ quick wins pendidikan.
Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Atip Latipulhayat, menekankan pentingnya penguatan literasi dan numerasi yang selaras dengan nilai-nilai karakter.
Progam quick wins menjadi prioritas mengingat tujuan fundamental pendidikan di Indonesia adalah membentuk insan yang bertakwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Langkah ini berujung untuk mencetak pribadi-pribadi berkarakter.
“Sekarang, Kementerian punya Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat sebagai pembentukan kebiasaan (habit), yang dilakukan terus menerus hingga menjadi adat. Harapannya, lulusan dari sekolah ini punya karakter yang kuat,” ujarnya di SDIT Al-Hikmah Cirebon.
Lebih lanjut, penguatan literasi menjadi fokus utama. Namun, tantangan signifikan terletak pada kemampuan literasi siswa Indonesia.
Data dari Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa kemampuan membaca (literasi) siswa Indonesia masih berada di bawah rata-rata negara-negara ASEAN, hanya sedikit di atas Filipina.
Skor membaca siswa Indonesia jauh tertinggal dibandingkan negara seperti Singapura. Permasalahan utama yang teridentifikasi adalah siswa mampu membaca namun tidak memahami (reading without understanding) isi bacaan.
Wamen Atip menyatakan guna menanggulangi masalah literasi dibutuhkan program membaca minimal satu buku per minggu untuk setiap siswa, disesuaikan dengan usia mereka.
“Dalam rangka program penguatan literasi. Programkan untuk semua kelas. Minimal satu buku, satu minggu harus selesai, sesuai dengan usianya dan gembira. Kalau dalam pembelajaran deep learning itu joyfull. Selanjutnya, berikan satu sesi untuk anak-anak mengekspresikan buku bacaannya di depan kelas,”ucapnya.
Persoalan lain adalah capaian numerasi di Indonesia yang perlu mendapat perhatian serius. Menurut Atip, salah satu faktor yang menyebabkan kondisi ini adalah metode pembelajaran yang kurang menarik bagi anak-anak.
Kemendikdasmen mendorong implementasi metode pembelajaran yang lebih inovatif dan sesuai dengan karakteristik usia murid terutama pada jenjang Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD). Pemanfaatan media animasi menjadi salah satu solusi yang dapat diterapkan.
“Dalam pembelajaran sains dan teknologi dapat menggunakan alat peraga yang terus dipercanggih. Gabungkan antara what to teach dan how to teach,untuk meningkatkan kompetensi guru-guru,” tambah Wamen Atip.