Perang Dagang China-AS Beri Berkah untuk Indonesia, Pabrik-Pabrik Pindah ke Kawasan Ekonomi Khusus

Perang Dagang China-AS Beri Berkah untuk Indonesia, Pabrik-Pabrik Pindah ke Kawasan Ekonomi Khusus

Berita Utama | inews | Kamis, 27 Februari 2025 - 06:27
share

JAKARTA, iNews.id - Kepala Administrator Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal Tjertja Karja Adil menyebut perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China membawa berkah bagi pertumbuhan industri di Indonesia. Pasalnya, beberapa pabrikan China saat ini memilih untuk merelokasi pabriknya ke Indonesia, terutama di Kawasan Ekonomi Khusus.

Tjertja menuturkan, relokasi tersebut bukan tanpa alasan, karena produk China yang sebelumnya dilarang masuk ke pasar AS kini bisa kembali berjualan melalui label 'made in Indonesia'.

Di samping itu, pemerintah juga memberikan sederet insentif fiskal hingga janji kemudahan perizinan untuk melancarkan pengembangan sektor industri di kawasan ekonomi khusus. Insentif pajak itu seperti pemberian tax holiday atau tax allowance selama 20 tahun tergantung nilai investasi yang dilakukan pelaku usaha.

"Kita dapat blessing lah setelah trump naik, perang dagang AS-China memanas banyak pabrik China relokasi di Indonesia. Mereka produksi barang di Indonesia, dapat label made in Indonesia, baru dikirim ke Amerika," ujar Tjerta dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (27/2/2025).

Dia menambahkan, pada tahun 2024 setidaknya telah diterbitkan sebanyak 961 Surat Keterangan Asal (SKA). SKA ini menjadi semacam sertifikasi asal barang yang menyatakan barang atau komoditas yang diekspor berasal dari negara pengekspor. Termasuk di dalamnya barang-barang dari pabrik China yang direlokasi ke Indonesia.

"SKA membuktikan bahwa barang ekspor Indonesia telah memenuhi Ketentuan Asal Barang Indonesia," tuturnya.

Direktur Eksekutif KEK Kendal, Juliani Kusumaningrum menerangkan, pelaku industri asal negara China saat ini memang mendominasi keterisian kawasan industri tersebut.

Hingga saat ini, sebanyak 124 industri mengisi Kawasan Industri Kendal. Porsi tersebut 36 persen merupakan industri asal China, 26 persen industri asal Indonesia, dan 21 persen industri asal Hong Kong. Sedangkan sisanya porsi kecil dari beberapa negara di kawasan Asia.

Adapun total investasi yang telah berhasil diserap sejak 2016 sampai 2025 saat ini sebesar Rp141 triliun. Jumlah tersebut telah terealisasi Rp86 triliun, angka ini akan bertambah hingga Rp141 triliun seiring peningkatan kapasitas produksi pabrik sendiri.

"Nilai investasinya hingga saat ini Rp141 triliun, yang sudah realisasi Rp86 triliun, angka ini bergeser karena investor ketika masuk ke Indonesia perlu konstruksi, komisioning, disini produksi tidak langsung 100 persen, akan bertambah tergantung demand," katanya.

Topik Menarik