Mengungkap Seputar Peristiwa G30S yang Belum Banyak Diketahui

Mengungkap Seputar Peristiwa G30S yang Belum Banyak Diketahui

Berita Utama | netralnews.com | Sabtu, 1 Oktober 2022 - 15:21
share

YOGYAKARTA, NETRALNEWS.COM - Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) menggelar diskusi sejarah ke-15 yang bertema Peristiwa Seputar G30S/PKI yang Belum Banyak Diketahui melalui forum diskusi online via Zoom Meeting dan disiarkan pula di kanal Youtube milik AGSI pada Jumat (30/10/2022).

Seminar dihadiri oleh Asnan, tokoh Museum Sandi Yogyakarta, Risang Tunggul Manik, Pengajar dan pemerhati sejarah, serta Lilik Suharmaji sebagai moderator acara diskusi.

Asnan, pemateri pertama memaparkan tentang Kode-Kode Samar 1965. "Sandi" adalah bagian dari kerja intelijen yang berfungsi menjaga keamanan informasi yang utuh dan dapat diakses oleh pihak yang berwenang.

Asnan memaparkan bahwa pada tahun 1965 terjadi re-grouping kabinet kerja, yakni badan pemeriksa keuangan, Badan Pusat Intelijen, badan Djawatan Sandi, dan biro tanda-tanda kehormatan.

Sandi menggunakan tanda-tanda khusus pada operasinya untuk memberikan informasi. Misalnya penggunaan warna pita, nama barang atau padanan kata sebagai informasi. Pada peristiwa G30S, pasukan Djawatan Sandi terdiri dari tiga pita tanda, yakni merah untuk malam, kuning untuk siang, dan hijau untuk sore.

Sukitman menyebutkan bahwa pada 2 Oktober 1965 pukul 15.00, datang pasukan berpita putih. Ia mengetahui bahwa itu adalah tanda dari Pasukan Cakrabirawa yang mencari di mana keberadaan para jenderal dan bertugas mencari kendaraan yang dipakai dalam gerakan G30S.

Risang Tunggul Manik sebagai pembicara kedua menjelaskan mengenai Hubungan Soekarno-Soeharto menjelang, saat dan pasca G30S. Ia mengupas fakta-fakta yang belum banyak diketahui oleh publik.

Risang mengupas hubungan Soekarno dan Soeharto secara mendalam dan kronologis. Ia menyebutkan bahwa awalnya Soekarno dan Soeharto tidak seintens pasca-G30S. bahkan Soekarno lebih memilih A. Yani dibandingkan Soeharto untuk menduduki jabatan KSAD menggantikan jabatan Nasution.

Nahas, A. Yani menjadi korban dalam G30S. maka dengan demikian pimpinan AD sementara dipegang oleh Soeharto. Pada tanggal 4 Oktober 1965, Soeharto mengundang seluruh awak media untuk hadir menyoroti pengangkatan mayat para perwira AD dan secara tidak langsung mengangkat nama Soeharto sebagai tokoh heroik.

Lalu pada peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) diketahui bahwa Soeharto tidak hadir karena sakit dan mengutus tiga perwira ke Istana Bogor untuk menggantikannya. Selanjutnya para perwira kembali ke Jakarta dan membawa surat yang berisikan surat perintah presiden kepada Soeharto untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk menjamin kemanan dan ketertiban jalannya revolusi.

Dengan demikian Soeharto mengambil langkah pembubaran PKI pada 12 Maret 1966 dan memunculkan pokok pertengkaran penafsiran Supersemar antara Presiden Soekarno dan Soeharto.

Diskusi Sejarah Asosiasi Guru Sejarah Indoneisa (AGSI) ini merupakan ajang bertukar informasi bagi para sejarawan, guru ,dan dosen sejarah, serta pemerhati sejarah maupun budaya.

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan wawasan baru mengenai kajian G30S dengan interpretasi rahasia dan hubungan antara Soekarno dan Soeharto. Pelaksanaan diskusi ini diharapkan dapat meningkatka pemahaman masyarakat mengenai titik terang dari peristiwa Gerakan 30 September 1965.

Topik Menarik