Bahaya Urban Heat Island, BMKG: Cuaca Perkotaan Semakin Panas

Bahaya Urban Heat Island, BMKG: Cuaca Perkotaan Semakin Panas

Terkini | bekasi.inews.id | Jum'at, 28 Juni 2024 - 11:20
share

BEKASI, iNewsBekasi.id- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan bahaya Urban Heat Island (UHI) yang memicu cuaca perkotaan semakin panas. Jabodetabek dan sejumlah kota besar di Indonesia termasuk dalam 20 kota dengan nilai Land Surface Temperature (LST) terbesar. 

“UHI ini harus kita mitigasi bersama. Perlu kesadaran dan aksi nyata untuk menghadapi UHI ini,” ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Jumat (28/6/2024).

Menurut dia, peningkatan suhu terkait fenomena UHI bervariasi tergantung tutupan lahan. Fenomena ini dipicu oleh beberapa faktor, di antaranya struktur geometris kota yang rumit, sedikitnya vegetasi, efek rumah kaca hingga perubahan tutupan lahan yang menjadi lahan terbangun.

Dwikorita menuturkan, efek UHI relatif cukup kuat dirasakan dalam kurun waktu 30 tahun terakhir. Sejumlah kota besar di Indonesia seperti Jabodetabek, Medan, Surabaya, Makassar dan Bandung, termasuk dalam 20 persen kota dengan nilai Land Surface Temperature (LST) terbesar. 

"Permukaan yang kedap air dan lebih sedikit vegetasi menambah efek UHI," tuturnya.

Dwikorita menerangkan, Badan Meteorologi Dunia (WMO) baru saja menyatakan 2023 sebagai tahun terpanas sepanjang pengamatan instrumental. Anomali suhu rata-rata global mencapai 1,45 derajat celsius di atas zaman praindustri.

Angka ini, lanjut Dwikorita, nyaris menyentuh batas yang disepakati dalam Paris Agreement 2015 bahwa dunia harus menahan laju pemanasan global pada angka 1,5 derajat celsius. 

Pada 2023, terjadi rekor suhu global harian baru dan bencana heatwave ekstrem yang melanda berbagai kawasan di Asia dan Eropa.

“Rekor iklim yang terjadi di tahun 2023 bukanlah kejadian acak atau kebetulan, melainkan tanda-tanda jelas dari pola yang lebih besar dan lebih mengkhawatirkan yaitu perubahan iklim yang semakin nyata. Maka dari itu, perlu langkah atau gerak bersama seluruh komponen masyarakat, tidak hanya pemerintah, namun juga sektor swasta, akademisi, media, LSM, dan lain sebagainya termasuk anak-anak muda,” ucap Dwikorita.
 

Topik Menarik