Kasus Eksploitasi Turis di China Jadi Sorotan, Pengakuan Wisatawan Bikin Merinding

Kasus Eksploitasi Turis di China Jadi Sorotan, Pengakuan Wisatawan Bikin Merinding

Travel | okezone | Rabu, 5 Maret 2025 - 06:05
share

JAKARTA - Industri pariwisata China, khususnya di kota Sanya, dilaporkan terus menurun di tengah laporan maraknya eksploitasi turis dan wisatawan. Situasi ini menimbulkan tantangan besar dan menyebabkan harga hotel dan homestay di Sanya turun dan pemesanan tetap rendah.

Mengutip dari The Hong Kong Post, Rabu (5/3/2025), insiden eksploitasi turis yang berkontribusi pada masalah ini telah menjadi sorotan di Negeri Tirai Bambu. Banyak warganet menyesalkan situasi industri pariwisata China yang dianggap menyabotase diri sendiri.

 

Pasar pariwisata China sendiri telah terdampak oleh kemerosotan ekonomi global, dan dengan kasus-kasus tersebut akan semakin memperburuk situasi. Menurut Biro Statistik Nasional China, tingkat pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) negara itu melambat menjadi 3,5 persen pada 2024, dibandingkan dengan 6 persen pada 2023. Perlambatan ekonomi ini telah membuat orang lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang, yang menyebabkan lebih sedikit perjalanan atau tidak ada perjalanan sama sekali.

Sebuah survei yang dilakukan Akademi Pariwisata China mengungkapkan bahwa pendapatan pariwisata domestik turun sebesar 12,3 persen pada paruh pertama 2024 dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023. Penurunan pendapatan yang dapat dibelanjakan telah membuat perjalanan menjadi prioritas yang lebih rendah bagi banyak rumah tangga.

Selain kemerosotan ekonomi, industri pariwisata sendiri turut menyumbang pada penurunan jumlah pengunjung. Insiden eksploitasi wisatawan di kota-kota seperti Sanya membuat wisatawan enggan untuk kembali.

 

Eksploitasi Turis di Sanya

Sanya, yang dikenal dengan pantai indah dan iklim tropisnya, telah menghadapi berbagai insiden pengenaan biaya yang berlebihan dan pengeluaran yang dipaksakan, sehingga mencoreng reputasinya sebagai destinasi wisata.

Seorang wisatawan mengunjungi Sanya bulan lalu dan merasa terkejut dengan jumlah wisatawan yang sangat rendah. Ia menunjukkan ironi bahwa Sanya bertujuan untuk mempromosikan dirinya sebagai pulau perdagangan bebas internasional, tetapi reputasinya yang mengenakan biaya berlebihan justru membuat wisatawan takut.

 

Ketika orang-orang memikirkan Sanya sekarang, mereka sering teringat insiden di mana wisatawan diancam di bawah air. Menurut laporan media lokal, beberapa penyelam dicopot topengnya oleh staf di bawah air, yang kemudian menekan mereka untuk membayar demi foto, membuat mereka ketakutan dan tidak punya pilihan selain setuju.

Pada akhir November 2023, seorang perempuan dan keluarganya mengunjungi Sanya dan mengalami insiden menyedihkan. Dengan menyewa sebuah vila, mereka dipaksa menggunakan jasa fotografi bawah air seharga 300 yuan per orang, meski mereka menolaknya.

Selama penyelaman, staf melepaskan masker selam mereka di dalam air, memaksa mereka membayar untuk foto. Karena khawatir akan keselamatan, mereka dengan berat hati setuju. Setelah membayar, mereka mengadu kepada pemilik vila dan menerima pengembalian uang dengan syarat mereka tetap bungkam tentang insiden tersebut. Episode ini merupakan contoh eksploitasi yang merajalela yang mencoreng reputasi Sanya.

Seorang blogger berbagi cerita bahwa dia juga ditipu di Sanya dan menyusun kiat-kiat untuk membantu wisatawan  tidak jatuh ke dalam perangkap ini. Beberapa tips termasuk terbang ke Haikou terlebih dahulu dan kemudian naik kereta antarkota ke Sanya, menghindari membeli pakaian pulau, dan menggunakan aplikasi pemesanan tumpangan alih-alih mengikuti pengemudi atau pedagang asongan. Menurut survei yang dilakukan Biro Pariwisata Provinsi Hainan, lebih dari 60 persen wisatawan melaporkan mengalami beberapa bentuk eksploitasi selama kunjungan mereka ke Sanya.

Insiden pengeluaran paksa mengganggu tempat-tempat wisata di China. Bulan ini, wisatawan yang sedang berwisata ke Sichuan menghadapi tekanan untuk berbelanja dalam suhu di bawah minus 10 derajat Celcius. Karena menolak mematuhi, bus yang mereka tumpangi terlantar di daerah terpencil selama hampir 30 menit, dengan ancaman dari pemandu wisata untuk meninggalkan mereka. Insiden tersebut memicu kemarahan publik dan liputan luas oleh Chengdu Business Daily.

Sanya terus menderita insiden serupa yang mengganggu. Pada 16 Maret 2023, seorang pemandu wisata memarahi wisatawan karena hanya menghabiskan 1.000 Yuan di toko bebas bea. Seorang wisatawan merekam kemarahan itu dan membagikannya secara daring, yang memaksa pihak berwenang untuk turun tangan.

Meski telah dilakukan penyelidikan, bisnis dan agen perjalanan yang tidak jujur ​​tetap ada. Sejak awal 2024, lebih dari 50 agen perjalanan telah menghadapi hukuman atas praktik yang tidak etis, namun masalah tersebut tetap merajalela dan belum terselesaikan.

 

Prospek Industri Pariwisata China

Penurunan industri pariwisata China, terutama di tempat-tempat populer seperti Sanya, menyoroti kebutuhan mendesak akan reformasi. Tanggapan pemerintah yang tertunda baru-baru ini menghasilkan langkah-langkah yang ditujukan untuk mengatasi pengalaman pariwisata yang memburuk.

 

Peraturan baru Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata China, yang dirancang untuk melindungi hak-hak wisatawan dan mencegah eksploitasi, tampak seperti langkah yang nekat. Langkah-langkah ini, termasuk pengawasan yang lebih ketat terhadap agen perjalanan dan pengungkapan biaya wajib, mungkin terlalu sedikit dan terlambat untuk memperbaiki reputasi industri yang ternoda.

Lebih jauh lagi, pemerintah China menggelontorkan sumber daya untuk kampanye pemasaran guna menyelamatkan citra destinasi wisata yang ternoda seperti Sanya. Kampanye "Temukan Kembali China” merupakan upaya putus asa untuk menonjolkan keindahan budaya dan alam sambil menutupi masalah eksploitasi. Proyeksi peningkatan pendapatan sebesar 5 persen pada akhir tahun 2025 tampaknya terlalu optimistis mengingat kondisi industri saat ini.

Industri pariwisata China dirundung berbagai tantangan, termasuk kesulitan ekonomi dan eksploitasi wisatawan yang merajalela. Sanya, yang dulunya merupakan destinasi utama, kini mengalami reputasi yang sangat ternoda.

Tanpa reformasi yang drastis dan respon cepat dari pemerintah, prospek pemulihan industri dinilai akan suram.