Manfaat Mengonsumsi Menu Berbasis Nabati, Lebih Sehat dan Ramah Lingkungan 

Manfaat Mengonsumsi Menu Berbasis Nabati, Lebih Sehat dan Ramah Lingkungan 

Travel | inews | Jum'at, 5 Juli 2024 - 22:46
share

JAKARTA, INews.id - Mengonsumsi makanan berbasis nabati belakangan ini lagi tren di kalangan pencinta kuliner. Ya, menu ini dinilai lebih sehat dan ramah lingkungan. 

Makanan berbasis nabati berasal sepenuhnya dari tumbuh-tumbuhan dan tidak mengandung produk hewani. Jenis makanan ini mencakup berbagai bahan pangan yang berasal dari berbagai bagian tumbuhan, seperti buah, sayur, biji-bijian, kacang-kacangan, serta produk olahan dari bahan nabati. 

Manfaat nutrisi yang didapat mengonsumsi makanan nabati sangat banyak. Misalnya pada buah-buahan yang merupakan sumber vitamin, mineral, dan serat yang sangat baik. Buah bisa diolah menjadi jus, salad, atau makanan penutup. 

Selain buah ada produk olahan dari tumbuhan. Contohnya tofu (tahu) yang menjadi sumber protein dibuat dari kedelai. Kemudian, ada tempe, produk fermentasi kedelai yang kaya protein dan probiotik.

Sedangkan susu kedelai bisa dijadikan alternatif susu hewani yang bebas laktosa. Begitu pula susu almond, minuman berbasis almond yang rendah kalori.

Perlu diketahui, PBB menerbitkan kajian mengenai perubahan iklim pada awal 2024. Ketahanan pangan menjadi perhatian utama, akibat cuaca ekstrem dan bencana iklim yang dapat memengaruhi siklus tanaman dan pertanian di negara-negara Asia, naiknya harga dan meningkatnya kelaparan. 

"Kita bergantung pada sistem pangan yang tidak memadai dan terlalu bergantung pada protein hewani, penghasil emisi utama CO2 dan gas rumah kaca dalam produksi pangan," kata Yohana Sadeli, pengelola program nutrisi esok hari, inisiatif kolaboratif Animal Friends Jogja dan NGO Internasional Sinergia Animal. 

Menurut Yohana, peternakan dan penangkapan ikan bertanggung jawab pada 61 persen emisi yang berasal dari sektor agrikultur, tanpa mempertimbangkan rantai pasokan lainnya. "Namun hanya menyediakan 37 persen protein dan 18 persen kalori untuk dikonsumsi di seluruh dunia," kata Yohana. 

Menurut laporan Komisi EAT-Lancet, sistem pangan yang selaras dengan tujuan lingkungan dan gizi terdiri dari lebih 90 persen makanan berbasis nabati. "Kami menginisiasi salah satu diskusi penting untuk isu krisis iklim, peningkatan kesadaran mengenai dampak pilihan pangan serta memfasilitasi perubahan yang kita perlukan di lembaga nasional kita. Kami mendorong institusi dan pemerintah mengambil inspirasi dari Kota Cali dan Chaparral, keduanya di Colombia, yang sudah menjalankan program di sana," kata Yohana.

Dia menambahkan, dengan mengubah pola makan mengganti hewani dengan nabati dapat mengurangi jejak karbon. Sebab, untuk mengatasi perubahan iklim memerlukan implementasi pola makan yang ramah iklim dan transformasi sistem pangan.

"Inisiatif kami menawarkan menu berbasis nabati berkelanjutan di institusi publik, seperti sekolah, universitas, dan komunitas, dengan pendampingan ahli gizi profesional. Semua layanan ini gratis tanpa biaya," kata dia.

Yohan menambahkan, sejak didirikan pada 2021, program nutrisi esok hari telah memiliki 15 komitmen dengan berbagai institusi di Indonesia. Melalui inisiatif ini,  pemilik bisnis makanan, institusi nirlaba menerima dukungan dan panduan gratis untuk mengganti produk berbasis hewani dengan alternatif nabati, yang dapat meningkatkan kesehatan dan menurunkan dampak lingkungan. 

"Program ini berpotensi mengubah 300.000 makanan yang disajikan menjadi 100 persen berbasis nabati setiap tahun. Manfaatnya baik untuk lingkungan dan kesehatan, perubahan menu tersebut juga membantu mempertahankan atau bahkan mengurangi biaya yang dikeluarkan.

Topik Menarik