Merawat Alam Semesta dan Kearifan Lokal Bagian dari Melestarikan Budaya
JAKARTA - Salah satu bentuk dari melestarikan budaya adalah dengan menjaga alam semesta. Tanah Air Indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya yang penting untuk dirawat sebagai generasi anak cucu.
Dalam Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) dengan tema Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan memiliki makna bahwa berkesenian dan berkebudayaan yang dilakukan yang tetap berakar pada nilai-nilai budaya serta kearifan lokal. Hal itu sebuah refleksi dari visi kita tentang bagaimana budaya dan alam bisa dan harus berjalan beriringan.

"Ketika kita berbicara tentang merawat budaya, kita juga bicara tentang etos dan nilai yang mengajarkan kita untuk merawat bumi sebagai satu-satunya rumah kita, tutur Direktur Jenderal Kebudayaan (Dirjenbud), Kemendikbudristek, Hilmar Farid, di Jakarta, dikutip Rabu (6/9/2023).
Misi tersebut untuk mengingatkan masyarakat bahwa kebudayaan turut berperan dalam dalam menciptakan masa depan bumi yang berkelanjutan. Dalam keanekaragaman budaya kita, terdapat solusi dan inovasi lokal yang bisa kita aplikasikan untuk menjaga keberlanjutan lingkungan.
Mengenal Sejarah Perjanjian Bongaya, Kaya Budaya di Jalur Rempah
Ketua Dewan Kurator PKN 2023, Ade Darmawan menjelaskan filosofi lumbung.yang diangkat dalam ajang PKN 2023. Menurut Ade, seperti halnya lumbung yang dikenal dalam budaya dan keseharian masyarakat Indonesia, aspek lumbung yang menjadi dasar metode aksi PKN 2023 ini juga mengakar pada nilai lumbung sebagai ruang penyimpanan, domestik dan urun rembuk, serta elemen sosialnya.
Perwujudan lumbung yang digagas oleh para dewan kurator menggambarkan bahwa PKN akan menjadi suatu wadah kolektif dari rangkaian kegiatan yang dirancang, diselenggarakan, dan melibatkan para pelaku seni dan kebudayaan maupun masyarakat umum. Praktik baik lumbung dalam konteks ini adalah upaya dalam mendukung pemajuan budaya secara kolektif dan kolaboratif secara luas, kata Ade.
Ade Darmawan menjelaskan bahwa lumbung adalah wadah kolektif, tempat semua sumber daya yang dimiliki oleh berbagai pihak disimpan dan dikelola. Dengan demikian, lumbung menjadi kekuatan pendorong utama dan mendasari kerja kolaborasi untuk memaknai dan mengelola sumber daya, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.

Dalam konteks PKN, lumbung bukan sekadar tema, tetapi sebuah cara kerja. Praktik ini mendorong pembagian sumber daya dan kuasa kepada banyak praktik di berbagai lokalitas lain di Indonesia untuk saling belajar, berjejaring dan saling memperkuat antarekosistem, kata Ade Darmawan.