Mengenal Sejarah Perjanjian Bongaya, Kaya Budaya di Jalur Rempah

Mengenal Sejarah Perjanjian Bongaya, Kaya Budaya di Jalur Rempah

Travel | BuddyKu | Minggu, 3 September 2023 - 00:47
share

JAKARTA - Masih ingat pelajaran sejarah Perjanjian Bongaya? Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bersama Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan menggelar Festival Budayaw IV, di Benteng Rotterdam, Makassar, dengan pertunjukkan Teatrikal Bongaya: Rampai dalam Damai.

Festival Budayaw IV ini merupakan perayaan atas keragaman budaya yang menyatu oleh jaringan bahari dan Jalur Rempah yang telah membentuk peradaban di Asia Tenggara maupun dunia. Festival Budayaw merupakan perayaan seni budaya.

Tema yang diusung pada kegiatan dua tahunan kali ini adalah Keberagaman Budaya dalam Kehidupan Berkelanjutan. Tema ini, lanjut Irini, dirangkai dalam sub-tema yang lebih spesifik, yaitu Spice Route and Maritime Memory.

Malam ini kita berkolaborasi dengan seniman dan komunitas untuk menggarap suatu pertunjukan teatrikal, ujar Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Irini Dewi Wanti, dalam keterangan resmi kepada Okezone, Sabtu (2/9/2023).

Mengenal Baden Powell, Bapak Pandu Dunia dan Sejarah Singkatnya

Irini menyampaikan, Festival Budayaw IV ini merupakan perayaan atas keragaman budaya yang menyatu oleh jaringan bahari dan Jalur Rempah yang telah membentuk peradaban di Asia Tenggara maupun dunia. Sementara itu, Ketua Delegasi Indonesia BIMP-EAGA yang juga merupakan Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Edi Prio Pambudi, mendorong semua pihak untuk kerja sama di berbagai bidang yang ada di ASEAN.

"BIMP-EAGA adalah bagian dari kawasan di ASEAN. Indonesia sudah memegang Keketuaan Asean di 2023 sehingga kita harus mengusahakan kerja sama dan kolaborasi dari semua bidang yang ada di ASEAN, ujarnya.

Mengenal Samuel Morse, Penemu Sandi Kotak dan Sejarah Singkatnya

Turut hadir pada pembukaan Festival Budayaw IV ini, 340 delegasi dari negara-negara anggota BIMP-EAGA. Sebagai tanda selamat datang, para delegasi disematkan sarung Makassar yang selanjutnya dimeriahkan dengan Tari Allen dari Papua Barat Daya, Madihin dari Kalimantan Selatan, serta Ansambel Kecapi dan Paduppa dari Sulawesi Selatan.

Mengingat Sejarah Perjanjian Bongaya

Kurator Festival Budayaw IV, Adi Wicaksono, mengatakan pertunjukan seni ini terinspirasi dari peristiwa sejarah yang sangat penting, yaitu Perjanjian Bongaya. Petikan kisah dilatarbelakangi sejarah interaksi antarbangsa yang terjadi di Makassar sebagai entrepot dalam Jalur Rempah dan bahari pada abad ke-16 dan 17 Masehi.

Dalam era tersebut, kata Adi, terjadi pergumulan dan bahkan konflik kepentingan, di antaranya oleh Verenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang berupaya memonopoli perdagangan rempah. Hal itu memicu perang yang kemudian berakhir dengan penandatanganan Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667, jelas Adi.

Sejarah Berdirinya PMI, Sudah Ada Sebelum Indonesia Merdeka

Namun, Adi menambahkan, bahwa yang ditonjolkan pada seni teatrikal ini bukanlah konflik atau perang antara Kerajaan Gowa melawan Belanda, melainkan proses perdamaian untuk menyelesaikan konflik tersebut karena jika perang dilanjutkan, akan semakin banyak korban dari kalangan rakyat yang akan berjatuhan.

Jadi, perbedaan dan pertentangan harus diselesaikan secara damai. Hal itu merupakan solusi yang mempersatukan, meskipun masing-masing membawa kepentingan yang berbeda. Inilah hal yang semakin langka dan akan kita angkat di festival ini. Festival Budayaw ini mengetengahkan nilai-nilai kebersamaan yang harus semakin kuat, ujarnya.

Topik Menarik