Sejarah Gunung Merapi dan Mitos Mbah Petruk

Sejarah Gunung Merapi dan Mitos Mbah Petruk

Travel | BuddyKu | Jum'at, 17 Maret 2023 - 17:25
share

YOGYAKARTA, iNews.id - Sejarah Gunung Merapi belum banyak diketahui masyarakat. Gunung teraktif di Pulau Jawa ini ternyata terbentuk sejak 400.000 tahun lalu.

Sejarah Gunung Merapi juga banyak dikaitkan dengan cerita rakyat atau mitologi Jawa yang sampai saat ini masih dipercaya sebagian orang. Namun sejarah Gunung Merapi bukan hanya legenda.

Gunung merapi terletak di perbatasan DIY dan Jawa Tengah. Lereng di sisi selatan masih wilayah Kabupaten Sleman. Sedangkan lereng lainnya masuk ke dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yakni Kabupaten Magelang di sisi barat dan Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Klaten di sisi tenggara.

Sejarah Gunung Merapi banyak menarik perhatian para ahli. Bahkan ada perbedaan pendapat dari para ahli mengenai pembagian periodesasi sejarah Gunung Merapi. Berdasarkan penelitian dari Wirakusumah dkk dalam jurnalnya yang berjudul Geologic Map of Merapi Vulcano Central Java (1989) membaginya menjadi dua fase, yakni fase Merapi muda dan fase Merapi tua.

Sedangkan menurut penelitian P Berthommier berjudul Vulcanological Study of Merapi (Central Java) Theprostratigraphic and Chronology-Eruptive Product (1990), periodesasi gunung ini terbagi menjadi empat, yakni fase praMerapi, fase Merapi tua atau purba, fase Merapi pertengahan dan fase Merapi baru.

Gunung
Gunung Merapi memunculkan guguran awan panas (foto: istimewa)

Barthommier memperkirakan fase pra Merapi terjadi kurang lebih 400 ribu tahun yang lalu. Pada tahap pertama ini, Gunung Merapi belum lahir. Yang ada waktu itu adalah gunung yang dikenal dengan nama Gunung Bibi, berdiri di lereng timur Merapi.

Setelah Gunung Bibi hancur, tumbuh gunung baru di sebelah baratnya pada sekitar 60 ribu tahun lalu. Inilah fase Merapi tua atau purba. Lava basaltik (endapan batu dari pembekuan magma) gunung ini membentuk dua bukit yang kemudian dikenal dengan Turgo dan Plawangan.

Periode ketiga adalah fase Merapi pertengahan yang terjadi sekitar 8.000 tahun lalu. Lelehan dari Merapi pada tahap ini membentuk Bukit Batulawang dan Bukit Gajahmungkur di sisi utara dari puncak.

Saat ini Merapi sudah mengeluarkan lava panas dan awan panas. Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif. Meskipun erupsi Merapi amat jarang bertipe seperti ini. Area kawah yang dinamakan pasar bubrah juga terbentuk pada periode ini.

Tahap terakhir disebut Merapi baru yang dimulai sejak 2.000 tahun lalu. Pasar bubrah yang terbentuk pada periode ketiga membentuk kerucut di puncak Merapi. Sedangkan batuan dasar yang menyusunnya diperkirakan berasal dari fase Merapi tua.

Dalam catatan sejarahnya, Gunung Merapi pernah meletus pada fase Merapi baru ini. Salah satunya adalah erupsi Merapi yang menyebabkan terkuburnya Candi Sambisari. Terletak sekitar 23 kilometer di sebelah selatan Merapi (Kalasan).

Awan
Awan panas guguran Gunung Merapi. (foto: BPPTKG)

Dalam riset bertajuk Menelusuri Kebenaran Letusan Gunung Merapi 1006 (1999) yang dilakukan Supriati Dwi Andreastuti, Chris Newhall dan Joko Dwiyanto, memperkirakan erupsi ini terjadi pada 1006 M.

Candi Sambisari, komplek candi umat Hindu yang dibangun pada era Rakai Garung dari kerajaan Mataram Kuno ditemukan pertama kali pada tahun 1966 dan berada 6,5 meter di bawah tanah yang tidak lain adalah timbunan lahar dingin Merapi.

Sejak saat itu, Gunung Merapi terus mengalami letusan, terakhir Gunung Merapi meletus pada tahun 2010. Hingga saat ini Merapi masih ditetapkan dalam status siaga level III.

Sejarah Gunung Merapi juga tidak bisa lepas dengan mitos Gunung Merapi yang masih dipercaya hingga kini. Salah satunya adalah mitos Mbah Petruk yang disebut kerap muncul pada saat erupsi Merapi. Wujud Mbah Petruk kerap muncul melalui awan panas yang menyerupai tokoh wayang tersebut.

Menurut cerita rakyat, kemunculan Mbah Petruk akan ditandai dengan suara seperti terompet yang menggambarkan suara dari aktivitas Gunung Merapi. Mbah Petruk seperti memberi peringatan apabila Gunung Merapi akan memiliki hajat atau dalam istilah bahasa Jawa Nduwe Ghawe.

Awan
Awan panas letusan erupsi Gunung Merapi menyerupai Mbah Petruk menjadi viral di media sosial. (Foto : tangkapan layar @magelang_raya)

Menariknya, mitos Gunung Merapi yang dipercaya warga tak terlepas dari fakta aktivitas vulkanik di gunung tersebut. Mitos tersebut dipercaya oleh masyarakat sekitar sebagai peringatan dari leluhur kepada masyarakat untuk selalu menjaga kelestarian alam.