Mengenal Honai, Rumah Adat Papua yang Unik dan Penuh Filosofi
JAKARTA, iNews.id - Suku Dani di Papua dikenal memiliki rumah adat yang unik. Rumah adat itu dinamakan Honai.
Dikutip dari situs Kemendikbudristek, Jumat (3/2/2023), rumah Honai berasal dari kata hun yang berarti pria dewasa dan ai atau rumah. Secara etimologis, Honai dapat diartikan sebagai rumah pria dewasa.
Bentuk Honai membulat dengan diameter 4x6 meter. Bangunan ditopang empat tiang utama atau disebut heseke dengan tinggi berkisar 5-7 meter dan berjarak sekitar satu meter.
Di tengah tiang utama dibangun tungku api berbentuk bulat. Masyarakat Dani biasa menyebut tungku tersebut sebagai wulikin.
Bentuk bangunan membulat dirancang untuk menghindari embusan angin dingin. Lalu bangunan didirikan di atas tanah yang ditutupi jerami kering untuk menghangatkan penghuninya.
Honai biasanya dibangun dengan dua lantai. Lantai dasar disebut aragawa, sementara lantai atas atau loteng disebut henaepu.
Pada bagian loteng dibangun setidaknya dua kamar tidur yang berfungsi untuk anggota keluarga beristirahat. Sementara lantai bawah digunakan untuk bercengkerama, kumpul keluarga, hingga makan.
Jerami atau rumput kering biasanya digunakan sebagai alas pada lantai dasar. Sementara alas untuk tidur atau duduk diambil dari alang-alang pilihan yang disebut yeleke.
Dinding bangunan biasanya terbuat dari papan kayu kasar. Sementara atapnya dibangun dari waike alias alang-alang.
Sedangkan pintu honai hanya satu, berukuran kecil, dan pendek. Sehingga orang keluar dan masuk dengan posisi merangkak.
Adapun Honai dibangun berhadapan lurus dengan pintu utama luar. Alhasil, orang yang duduk di Honai bisa melihat siapa pun yang datang dan pergi di halaman rumah.
Pada bagian depan di bagian dalam honai antara tiang utama dengan pintu masuk, ditempatkan pipa-pipa rokok (hanom-oak) dan tempat sampah atau palungan (san). Sedangkan pada dinding belakang dibangun lemari atau kakok untuk menyimpan harta sakral milik keluarga.
Honai dapat menampung sekitar 10-15 orang. Rumah ini dapat bertahan hingga satu tahun. Memangun Honai merupakan tugas warga laki-laki Suku Dani dan dikerjakan secara gotong royong.
Masyarakat Suku Dani meyakini bentuk bangunan Honai yang membulat memiliki filosofi tersendiri.
Pertama, mereka memandang telah mempertahankan budaya nenek moyang hingga saat ini dengan kesatuan dan persatuan. Kedua, dengan tinggal dalam satu Honai, maka masyarakat dapat sehati, sepikir, dan satu tujuan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.