Bagaimana Pembelajaran Sejarah di Masa Kolonial Hindia Belanda?
JAKARTA, NETRALNEWS.COM - Pelaksanaan politik etis pada tahun 1901 membawa sebuah perubahan besar dalam kehidupan di Hindia Belanda. Tiga prinsip utama dalam pelaksanaan politik etis adalah irigasi, edukasi, dan transmigrasi.
Edukasi atau pendidikan pada masa politik etis diberikan secara eksklusif dan akses pendidikan yang berorientasi pada kepentingan ekonomi pemerintah kolonial. Meskipun demikian, pendidikan menjadi salah satu pendorong terjadinya pergerakan nasional.
Pelajaran sejarah menjadi salah satu materi yang diajarkan dalam pendidikan di era politik etis. Sejarah dianggap sebagai pelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis bagi elit bumiputera.
Menurut Faizal Arifin, awalnya pelajaran sejarah ditujukan sebagai indoktrinasi serta mengajarkan agar siswa bumiputera menerima kolonialisme Belanda, namun tujuan ini gagal (Arifin, 2020:127). Pembelajaran sejarah dapat menjadi alat penggerak bagi politik, yang dapat mempengaruhi tujuan, posisi hingga materi pelajaran sejarah agar sesuai dengan ideologi serta kepentingan politik penguasa.
Pemerintah Hindia Belanda memandang penting pendidik yang berkompeten di bidang sejarah pada berbagai tingkatan struktur pendidikan.
Dalam buku referensi pendidikan karya D Brakel (1914) berjudul Vraagbaak voor Ouders (Voogden) In Nederlandsch Indie , Die Hun Kinderen (Pupillen) Niet Naar Holland Zenden , dijelaskan bahwa salah satu kompetensi wajib seorang pendidik adalah memiliki keakraban dengan peristiwa-peristiwa sejarah Belanda dan Hindia Belanda.
Pemerintah juga memberlakukan kompetensi bagi kepala sekolah untuk menguasai sejarah, terutama pengetahuan tentang tokoh-tokoh sejarah klasik, sejarah abad pertengahan, dan sejarah baru, peristiwa di abad ke-19, pengetahuan tentang sejarah Belanda sebagai Tanah Air Belanda dan kekuasaan Kolonialisme yang dimilikinya.
Untuk buku teks rujukan pembelajaran, pemerintah Kolonial mengeluarkan buku rujukan setebal 97 halaman berjudul Korte geschiedenis van Nederlandsch-Indie yang diterbitkan pada 1917. Buku ini menarasikan sejarah nusantara dalam perspektif kolonial yang disusun secara kronologis dan ringkas. Buku tersebut digunakan di sekolah Lagere Scholen , MULO dan Middlebaar Onderwijs.
Pelajaran yang diberikan berbeda-beda sesuai tingkatan pendidikan. Pada Europeesche Lagereschool (ELS), materi yang diberikan disesuaikan dengan sekolah di Belanda, terkecuali pelajaran Sejarah Tanah Air (Belanda) diganti dengan Sejarah Negeri Belanda dan Hindia Belanda.
Sedangkan Gewoon Lager Onderwijs merupakan sekolah dasar di Jawa dan Madura mendapatkan mata pelajaran D ie der geschiedenis van Nederland en Nederlandsch-lndi (Sejarah Belanda dan Sejarah Hindia Belanda).
Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) atau sekolah menengah lanjutan mendapatkan pelajaran die der algemeene geschiedenis (Sejarah Umum). Sedangkan AMS A II berorientasi pada klasik Barat dan pelajaran Sejarah Kebudayaan Kuno Barat.
Sekolah keagamaan juga turut diberikan pemahaman tentang kesejarahan, misalnya pada Zusters Ursulinen (Suster Ursulin) yang merupakan lembaga pendidikan untuk suster, utamanya wanita muda yang bertempat di Weltevreden yang memberikan pelajaran De Geschiedenis (Algemeene en Vaderlandsche) .
Pemerintah Kolonial Hindia Belanda juga menetapkan ujian sebagai standar kelulusan kompetensi. Untuk Middelbaar Onderwijs , diperlukan kemampuan kompetensi yang wajib dimiliki setiap siswa, yakni pengetahuan siswa tentang fakta-fakta utama sejarah dan tahun-tahun bersejarah.
Pada sekolah Hoogere Burgerschool (HBS) En Pensionaat Voor Meisjes Te Weltevreden , kandidat yang menginginkan masuk sekolah tersebut harus memiliki kemampuan sejarah diantaranya memiliki keakraban dengan sejarah tanah air Belanda.
Selain sekolah, kompetensi sejarah juga diperlukan untuk pekerjaan di bidang sipil maupun non-sipil seperti ujian akhir pegawai administratif Hindia Belanda, pendaftaran sekolah militer Meester-Cornelis , sampai kursus perdagangan (ekonomi) (Arifin, 2020:146).
Geliatkan Wisata di Karanganyar, Diskominfo Ajak Wartawan Belajar Pariwisata di Pulau Bali
Dengan demikian, pelajaran sejarah dikemas dengan pemahaman kolonial agar sejalan dengan agenda penyebaran ideologi kolonialisme di Hindia Belanda. Pelajaran sejarah tidak bisa dikesampingkan begitu saja, mengingat urgensitasnya yang besar bagi kemajuan bangsa dan negara.
Penulis: Maretha Octaviani Naibaho
Mahasiswa Universitas Negeri Malang
Sumber:
Arifin, F. (2020). Pembelajaran Sejarah pada Masa Kolonialisme Belanda. Jurnal Pendidikan Sejarah, 9(2), 126-152.
Batubara, U. N., & Aman. (2019). Perkembangan Pembelajaran Sejarah Pasca Kemerdekaan-Reformasi. Jurnal Pendidikan Sejarah, 8(1), 1434.
Brakel, D. (1914). Vraagbaak voor ouders (voogden) in Nederlandsch Indie, die hun kinderen (pupillen) niet naar Holland zenden. N. V. Mij. Vorkink . https://resolver.kb.nl/resolve?urn=MMUBL07:000001988