Mengenal Jaran Kepang, Tarian atau Ritual Tolak Bala? Begini Faktanya!
Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak kesenian tradisional, salah satunya adalah kesenian Tari Jaran Kepang. Meski berasal dari Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, namun tarian ini telah menyebar ke banyak daerah, khususnya di daratan Pulau Jawa, salah satunya di Kota Batu, Jawa Timur.
Tari Jaran Kepang Arjuna Wiwaha di Kota Batu bahkan telah mendapatkan pengakuan resmi dari negara yang menyebutkan bahwa Tari Jaran Kepang Kota Batu merupakan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB). Sertifikat penghargaan itu diserahkan pada 14 November 2020.
Banyak masyarakat menganggap, Tari Jaran Kepang kental akan unsur mistis. Sebab dalam pertunjukannya, seringkali terdapat sesajen hingga ada orang yang kesurupan atau kerasukan, baik penari maupun penontonnya. Lalu, sebenarnya bagaimana tarian ini bisa tercipta?
1. Tari Jaran Kepang
8 Tempat Wisata Cocok untuk Touring Motor di Bogor, Surga Tersembunyi bagi Pecinta Biker Adventure
Kata Jaran Kepang berasal dari bahasa Jawa. Jaranan artinya kuda-kudaan, dan Kepang artinya anyaman bambu. Jaran Kepang digambarkan sebagai pasukan gagah berani yang menunggangi kuda. Pada masa lalu, Jaran Kepang ditarikan oleh laki-laki. Namun kini banyak juga ditarikan oleh wanita.
2. Sejarah Tari Jaran Kepang
Pada awal kemunculannya, Jaran Kepang bukanlah tarian. Melainkan sebuah ritual tolak bala, utamanya untuk meminta kesuburan lahan pertanian.
Masyarakat zaman dahulu percaya bahwa setiap musibah, bencana, dan berbagai masalah dalam kehidupan selalu dihubungkan dengan roh nenek moyang.
Hal ini akhirnya menjadi sebuah cerita yang terus berkembang menjadi mitos yang sangat diyakini oleh masyarakat.
Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, maka dilakukanlah upacara dengan tujuan agar musibah hilang dan tidak datang lagi.
Versi lain menjelaskan bahwa Jaran Kepang bermula dari relief di Candi Jawi, Pasuruan, berupa seorang perempuan sedang bertapa dan pasukan berkuda.
Relief tersebut merupakan gambaran dari kisah Dewi Songgolangit yang rupawan dari Kerajaan Kediri yang saat itu diminta ayahnya untuk menikah.
Saat itu, Dewi Songgolangit memberikan syarat untuk lelaki yang ingin meminangnya harus memberikan pertunjukan yang belum pernah ada.
Syarat itu ternyata bisa dipenuhi oleh Prabu Klono Sewandono, pangeran dari Kerajaan Bantarangin (kerajaan di sekitar Ponorogo), dengan menciptakan Tari Reog.
Untuk mengenang sayembara dan pernikahannya dengan Prabu Klono Sewandono, lalu diciptakanlah Tari Jaran Kepang yang disebut Jaranan Kediren.
Namun di Ponorogo, Tari Jaran Kepang atau yang juga disebut Jathilan, menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan dari pertunjukan Tari Reog.
Artikel menarik lainnya:
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik!Lets join Z Creators dengan klik di sini .