6 Rumah Adat Sulawesi Selatan, Ciri Khas, Fungsi, Makna dan Filosofinya
JAKARTA, Inews.id - Rumah Adat Sulawesi Selatan merupakan refleksi nilai leluhur di masa lampau yang memiliki Ciri khas, fungsi, makna dan filosofi khusus.
Sulawesi Selatan memiliki beberapa suku seperti Suku Bugis, Makassar, Mandar, Toraja. Tak heran jika Sulawesi Selatan bisa memiliki rumah adat yang beragam.
Rumah adat Sulawesi Selatan ini tentunya memiliki ciri khas dengan rumah adat lainnya yang ada di Indonesia.
Setiap rumah adat memiliki fungsi dan bentuk arsitektur yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Berikut 6 rumah adat Sulawesi Selatan, Ciri Khas, Fungsi, Maknda dan Filosofi Refleksi Nilai Leluhur di Masa Lampau yang masih lestari hingga sekarang:
1. Rumah Adat Bugis
Rumah adat Bugis merupakan rumah adat peninggalan dari suku yang sangat terkenal di Sulawesi Selatan, yaitu suku Bugis. Rumah adat ini memiliki atap yang berbentuk pelana dan memiliki timpalaja yang menandakan status sosial pemiliknya.
Rumah adat Bugis dibagi menjadi 3 bagian yakni bagian atas, tengah, serta bawah. Di bagian bawah ini atau yang sering disebut dengan awabola ini digunakan untuk menyimpan peralatan seperti penyimpanan alat untuk menangkap ikan, dan juga alat untuk berladang dan bercocok tanam.
Bagian tengah rumah bugis ini disebut dengan al ebola dan sering dikenal dengan bagian badan dari rumah bugis. Rumah ini berfungsi sebagai tempat tinggal, tempat berkumpul dan bermusyawarah terkait ritual dan upacara adat dari suku bugis , dan juga untuk memasak dan menerima tetamu baik tamu adat maupun wisatawan yang berkunjung.
Bagian terakhir yakni adalah atap dari rumah bugis yakni boting langi atau rakkeang . Bagian ini menjadi tempat penyimpanan barang berharga atau bahan pangan dan dijadikan tempat kediaman bagi anak perempuan yang belum menikah.
2. Rumah Tongkonan
Rumah Adat Sulawesi Selatan berikutnya yakni Rumah Tongkonan. Rumah ini merupakan peninggalan dari suku asli di Sulawesi Selatan, yakni Suku Toraja.
Rumah ini banyak sekali ditemukan di kawasan wisata Tana Toraja. Tongkonan berasal dari kata Tongkonyang berarti menduduki atau tempat duduk.
Rumah ini digunakan oleh para raja dan petinggi adat untuk bermusyawarah dan menyelesaikan masalah. Selain itu rumah tongkonan itu berfungsi sebagai tempat berkumpul dengan warga untuk membincangkan hal tentang upacara adat dan ritual acara kebudayaan lainnya.
Ciri khas rumah tongkonan, rumah adat Sulawesi Selatan ini adalah memiliki arsitektur yang unik yakni rumah panggung yang bentuknya memanjang, dan terbuat dari kayu uru. Selain itu, atap rumah tongkonan juga memiliki bentuk seperti perahu dan memiliki ujung yang menjuntai ke atas yang sangat menjulang.
Pada bagian depan atas rumah juga bisa ditemukan patung kepala kerbau yang disebut kabongo. Dan dibagian bawah rumah adat tongkonan ini berfungsi sebagai gudang penyimpanan dan untuk menaruh bahan makanan dan hasil bumi yang akan digunakan sebagai persembahan pada acara adat.
3. Balla Lompoa
Balla Lompoa merupakan rumah adat Sulawesi Selatan dan peninggalan dari Suku Makassar. Secara harfiah, Balla Lompoa ini memiliki arti rumah besar yang ditempati oleh para raja.
Balla Lompoa ini merupakan rumah adat dari kerajaan Gowa. Dan dimana, untuk bangunan dari rumah adat ini dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan fungsi dan nilai budayanya.
Bagian atas Balla Lompoa ini merupakan atap atau masyarakat setempat memberi nama pammakang yang berfungsi sebagai plafon atau loteng yang mana untuk melindungi rumah dari sinar matahari dan menampung tampiasan air hujan, agar tidak masuk ke dalam rumah.
Bagian tengah rumah adat Balla Lompoa disebut dengan kale balla yang berfungsi sebagai badan rumah , untuk tempat tidur, berkumpul dan bermusyawarah, makan dan lain sebagainya.
Bagian bawah rumah atau passiringang berfungsi untuk menaruh kendaraan atau bagasi. Dan ketiga bagian rumah adat tersebut menunjukkan falsafah hidup suku Makassar yakni Sulapa Appa.
Sulapa appa ini memiliki pandangan bahwa alam semesta secara horizontal bersegi empat yang direfleksikan pada struktur bangunan yang ada pada rumah adat Balla Lompoa ini.
Secara vertikal konsep arsitektur tradisional Makassar memiliki pandangan bahwa alam terdiri dari tiga bagian yaitu atas, tengah, dan bawah. Falsafah ini direfleksikan dalam bentuk rumah tradisional yang terdiri atas ulu balla, kale balla, dan passiringan , yang mana mereka memiliki fungsi masing-masing sesuai dengan letak dari bagian mereka pada rumah adat.
Makna filosofi ini terlihat pula pada bentuk ulu balla yang berbentuk prisma segitiga. Pemaknaan angka tiga melambangkan stratifikasi sosial masyarakat Makassar yang terdiri dari bija karaeng (raja dan keturunannya), to maradeka (rakyat biasa), serta ata (hamba sahaya).
4. Rumah Adat Langkanae Luwu
Rumah adat Langkanae Luwu merupakan rumah adat khas suku Luwu yang berbentuk rumah panggung dan memiliki ukuran persegi panjang. Arsitekturnya terdapat beberapa tiang utama penyangga atau biasa disebut dengan pim posi\' atau posi bola
Rumah ini memiliki 4 komponen sebagai salah satu nilai budaya dan kepercayaan dari suku Luwu sendiri yakni air, udara, angin, dan juga tanah.
Empat komponen ini juga diartikan sebagai karakter pada diri manusia, yaitu tanah sebagai kesabaran, api sebagai amarah, air sebagai kekuatan, dan angin sebagai keserakahan. Dari keempat unsur ini sebagai unsur pembangun dan harus seimbang dalam kehidupan.
Keempat kepercayaan tersebut menjadi falsafah hidup dan nilai budaya yang kental dengan suku Luwu. Rumah adat ini memiliki 3 bagian utama seperti rumah adat Sulawesi Selatan yang lain yakni bagian atas, bagian tengah serta bagian bawah.
Bagian atas atau Rakkeang digunakan untuk menaruh barang berharga seperti hasil bumi, perhiasan, kemudian untuk ruangan atau kamar anak gadis, serta untuk menaruh hewan peliharaan seperti kucing. Di bagian tengah atau alle bola digunakan sebagai ruangan untuk perjamuan, penyimpanan barang pusaka dan juga untuk ruangan raja dan permaisuri.
Di bagian bawah rumah atau sullu digunakan sebagai tempat menaruh peralatan berladang dan juga alat untuk melaut. Juga untuk menaruh berbagai kendaraan yang digunakan oleh suku Luwu.
5. Rumah Adat Boyang
Selanjutnya ada Boyang rumah adat dari Suku Mandar. Dulu Mandar adalah bagian dari Sulawesi Selatan namun sekarang sudah menjadi bagian dari Sulawesi Barat.
Bentuk rumah adat yang satu ini adalah berbentuk rumah panggung, dan terdapat dua tangga yang terletak di bagian depan dan belakang rumah. Jumlahnya juga harus ganjil, antara 7 hingga 13 anakan tangga. Yang unik dari rumah ini adalah tiang penyanganya hanya ditumpangkan disebuah batu datar agar mencegah kayu tidak lapuk.
Boyang juga memiliki dua jenis rumah yang dinamakan Adaq dan Beasa. Adaq merupakan tempat tinggal bagi para bangsawan, sedangkan Beasa diperuntukkan untuk masyarakat biasa.
6. Rumah Adat Saoraja
Saoraja atau juga bisa disebut Bola adalah salah satu rumah adat di Sulawesi Selatan yang memiliki karakteristik ciri khas atapnya yang berbentuk pelana dan memiliki timpalaja.
Rumah adat yang satu ini biasanya dibagi menjadi dua jenis lagi berdasarkan status sosial orang yang tinggal dirumah tersebut. Rumah Saoraja (sallasa) adalah rumah yang biasanya merupakan tempat tinggal para keturunan raja ataupun para bangsawan.
Sedangkan Bola adalah tempat yang ditinggali oleh masyarakat biasa. Ciri khas dari rumah adat Suku Bugis ini terdapat banyak kamar dengan aneka macam fungsinya.