Negara Kecil di Pasifik Ini Jual Kewarganegaraan Rp1,8 Miliar, kok Gitu?

Negara Kecil di Pasifik Ini Jual Kewarganegaraan Rp1,8 Miliar, kok Gitu?

Terkini | inews | Rabu, 26 Februari 2025 - 20:09
share

SYDNEY, iNews.id - Negara kecil di Pasifik Nauru menjual kewarganegaraan bagi siapa saja yang memenuhi syarat. Uang hasil penjualan akan digunakan untuk mendanai upaya pemulihan naiknya permukaan laut yang semakin mengkhawatirkan.

Presiden Nauru David Adeang mengatakan, pemerintahannya membuka skema golden passport di tengah menipisnya pendanaan untuk mengatasi dampak perubahan iklim.

Negara tersebut menjual paspor kepada orang asing seharga 105.000 dolar AS atau sekitar Rp1,8 miliar. Nauru mengklaim paspornya akan memberikan akses masuk bebas visa ke 89 negara dan wilayah, termasuk Inggris Raya, Irlandia, Uni Emirat Arab, dan Hong Kong.

"Bagi Nauru, ini bukan hanya tentang beradaptasi dengan perubahan iklim, tapi tentang mengamankan masa depan yang berkelanjutan serta kesejahteraan bagi generasi mendatang," kata Adeang, kepada AFP, Rabu (26/2/2025).

"Ini lebih dari sekadar bertahan hidup. Ini tentang memastikan generasi mendatang memiliki rumah yang aman, kokoh, dan berkelanjutan. Kami siap untuk perjalanan ke depan," ujarnya, menegaskan.

Negara kepulauan berpenduduk sekitar 13.000 jiwa itu berencana melakukan relokasi besar-besaran penduduknya ke wilayah lebih dalam. Saat ini air laut mulai menggenangi pinggiran pantai.

Republik pulau ini terletak di dataran batuan fosfat di Pasifik Selatan yang jarang penduduknya. Dengan luas daratan hanya 21 km persegi, Nauru merupakan salah satu negara terkecil di dunia.

Endapan fosfat yang luar biasa murni, bahan utama pupuk, pernah menjadikan Nauru salah satu negara terkaya di dunia dihitung per kapita. Namun, persediaan fosfatnya telah lama habis. Para peneliti memperkirakan 80 persen wilayah Nauru saat ini menjadi tidak dapat dihuni akibat dampak pertambangan.

Sementara lahan kecil yang tersisa terancam oleh pasang surut laut.

Para pejabat Nauru yakin 90 persen penduduk harus pindah ke dataran tinggi. Tahap pertama relokasi massal diperkirakan menelan biaya lebih dari 60 juta dolar AS.

Topik Menarik