Kurang Ruang Kelas, Mahasiswa Unsika Belajar Didalam Kontainer, Habiskan Anggaran Rp5 Miliar
KARAWANG, iNewsKarawang.id – Dunia pendidikan di Karawang kembali mendapat sorotan. Kekurangan fasilitas ruang belajar di Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) memaksa para mahasiswa menjalani perkuliahan di dalam kontainer.
Langkah darurat ini diambil karena kampus Unsika 2 mengalami defisit ruang kelas hingga 62 unit. Hal tersebut dikonfirmasi oleh Anna Rosmalina, Humas Unsika, pada Kamis (12/12/2024).
“Kekurangan ruang kelas sebanyak 62 unit memaksa kami untuk menggunakan kontainer sebagai solusi sementara,” ujar Anna.
Anna juga memaparkan, ada sebanyak 40 kontainer yang kini disulap menjadi ruang kelas, ruang dosen, ruang rapat, toilet, kantin, dan gudang. Dari jumlah tersebut, hanya 20 kontainer yang digunakan untuk ruang kuliah.
“Kontainer dipilih karena penyediaannya lebih cepat dibandingkan pembangunan gedung permanen,” jelas Anna.
Dari penggunaan kontainer ini memunculkan kekhawatiran mengenai kualitas pendidikan dan kenyamanan mahasiswa.
Bukan hanya itu, hal tersebut juga menjadi sorotan oleh para alumni Unsika. Salah satunya Nace Permana yang juga menjadi Ketua Alumni Unsika.
Menurut Nace, penggunaan kontainer sebagai ruang darurat ini menjadi pertanyaan besar. Apalagi bukan menggunakan anggaran yang sedikit.
"Ini perlu ditanyakan kepada pihak rektorat tujuan memakai kontainer ini apa, demi penghematan atau memang ada tujuan lain. Kalau dalihnya karena tidak ketersediaan kelas saya pikir bisa cari solusi lain tidak harus memakai kontainer," tegas Nace, Jumat,(13/12/2024).
"jika mengarah agar viral, ruang kelas kontainer in tidak ada nilai esteti serta tidak mementingkan kenyamanan bagi mahasiswa. Apalagi ini menggunakan anggaran sebesar Rp. 5 Miliar.," imbuhnya.
Nace menilai, adanya kegagalan dalam perhitungan kapasitas ruangan di Unsika. Sebab, penerimaan mahasiswa baru sudah terjadwal dan jumlah kapasitasnya bisa diperhitungkan jauh-jauh hari.
"kenapa tidak diperhitungkan dari awal, kan penerimaan mahasiswa baru itu ada periodiknya, tidak tengah tahun dan tidak asal menerima. Itu yang saya heran, dan kontainer itu perlu dipertanyakan," tandasnya.