Kisah Haru Korban Tsunami Aceh Kehilangan Kedua Orangtua saat Liburan, Sempat Tak Percaya Masih Selamat

Kisah Haru Korban Tsunami Aceh Kehilangan Kedua Orangtua saat Liburan, Sempat Tak Percaya Masih Selamat

Terkini | okezone | Selasa, 3 Desember 2024 - 10:08
share

LOUIS Mullan bercerita tentang kisah kelamnya jadi korban tsunami dahsyat 9,1 Skala Richter di Aceh pada tahun 2004. Pada musim liburan akhir tahun, Louis Mullan pergi berlibur bersama dengan Ayah, Ibu, dan juga adiknya ke Khao Lak, Thailand. Louis masih mengingat jelas pada suatu pagi tanggal 26 Desember, ayahnya mengatakan kepada dia dan adiknya bahwa ada sesuatu terjadi di dalam laut. 

Melansir dari People, Selasa (3/12/2024), Louis menceritakan bagaimana situasi terjadi pada saat itu. "Air telah surut, dan semua orang kebingungan. Kami benar-benar tidak tahu apa yang sedang terjadi," katanya menggambarkan bagaimana rasanya melihat air laut mundur saat gempa berkekuatan 9,1 di lepas pantai Indonesia memicu tsunami paling mematikan di dunia.

Pada saat itu, Louis (16) teringat bahwa dia meninggalkan kamar mereka dalam keadaan tidak terkunci. Kemudian dia bergegas untuk kembali ke penginapan ditemani oleh adiknya, Theo (11). Sementara kedua orang tuanya tetap berada di pantai bersama yang lain.

Namun ketika Louis dan Theo kembali ke tepi laut, suasana telah berubah. Mereka berlari mengikuti orang-orang untuk menyelamatkan diri. Namun, mereka tidak dapat menemukan keberadaan orang tua mereka, Leonard dan Catherine sampai akhirnya air laut melonjak.

“Anda bisa melihat air datang melampaui pepohonan, melampaui tinggi bangunan," kata Louis, yang sekarang berusia 36 tahun. "Air mengejar dan menyapu Anda dari kaki. Saya memegang Theo, tetapi kemudian setelah beberapa saat, kekuatan air menarik kami dan membuat kami terpisah," lanjutnya.

Louis mengatakan rasanya seperti dia adalah pakaian yang terombang-ambing di "mesin cuci”. Louis menambahkan, "Saya kehabisan oksigen di paru-paru saya, saya pikir sudah tamat. Namun pada saat itu juga, saya muncul kembali dan berhasil meraup pasokan udara," ucapnya.

Saat dia melangkah lebih jauh ke pedalaman, dia menemukan sebuah bangunan yang sedang dibangun. "Saya benar-benar mendorong diri saya sendiri dan menjadikan vending machine sebagai pelampung untuk bangkit dan kemudian berhasil meraih kerangka bangunan gedung. Sudah ada beberapa orang lain di gedung itu, mereka membantu menarik saya masuk," ceritanya.

Di tengah ketakutan akan gelombang lain, Louis tetap memeriksa gedung-gedung lain untuk terus mencari Theo. Untungnya, dia menemukan sebuah kelompok yang tahu di mana Theo berada.

"Mereka berkata, 'Ya, kami memiliki seorang anak laki-laki pada usia itu di grup kami. Mereka membawa Theo ke hadapan saya dan ya, saya ingat bagaimana rasanya melihat dia untuk pertama kalinya... itu luar biasa," ujarnya.

 

Setelah reuni emosional itu, dua bersaudara itu tinggal di belakang truk pickup dan menghabiskan dua hari berikutnya, termasuk ulang tahun ke-12 Theo, di rumah sakit.

"Kami terbang untuk kembali ke rumah pada awal Januari tanpa Ibu dan Ayah. Ya, kami sangat terkejut," kenangnya. Louis mengatakan akal sehatnya berpikir bahwa mereka tidak hidup. Beberapa minggu kemudian, Leonard dan Catherine ditemukan tewas, dua dari 230.000 orang yang tewas dalam bencana itu.

Setelah tragedi itu, kedua anak laki-laki tersebut diadopsi oleh keluarga tetangga, yang membesarkan mereka dengan "cinta dan dukungan."

Topik Menarik