Fakta di Balik Foto Viral Wajah Lebam Siswi SD di Probolinggo
PROBOLINGGO- Baru-baru ini, sebuah foto yang memperlihatkan seorang siswi Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Probolinggo dengan wajah lebam ramai diperbincangkan.
Dugaan awal yang beredar menyebutkan jika lebam tersebut diakibatkan oleh tindakan perundungan (bullying) dari teman-teman sekelasnya. Namun, setelah dilakukan klarifikasi, informasi tersebut ternyata tidak benar.
Siswi berinisial IS, 14 tahun, yang duduk di kelas 5 di sebuah SD di Desa Ngepung, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, diketahui mengalami keterbelakangan mental.
Menurut penuturan Nur Holifah, ibu dari IS, kondisi tersebut baru terdeteksi saat IS berusia 8 tahun, tepatnya ketika ia berada di kelas 2 SD.
“Saat kehamilan hingga melahirkan, semuanya tampak normal. Namun, ketika di kelas 2, gurunya memberi tahu bahwa ada masalah dalam perkembangan mental anak saya,” ungkap Nur saat ditemui di rumahnya pada Selasa (15/10/2024).
Karena keterbelakangan mentalnya, IS kerap mengalami kesulitan dalam mengelola emosinya.
Nur menceritakan, IS sering kali marah jika ada hal yang tidak sesuai dengan keinginannya, termasuk melakukan tindakan menyakiti diri sendiri.
“Ketika diminta menyapu atau belajar dan dia tidak mau, IS kadang marah, menutup pintu dengan keras, bahkan menjambak rambut atau memukul kepalanya sendiri,” jelas Nur.
Terkait insiden lebam di wajah IS, Nur mengklarifikasi jika hal tersebut tidak disebabkan oleh penganiayaan. Menurutnya, IS menolak untuk menjalankan tugas piket di sekolah, lalu marah dan membenturkan kepalanya sendiri ke bangku beberapa kali.
Teman sekelasnya sempat mencoba mencegah, namun IS tetap melanjutkan tindakannya tersebut.
“Katanya dia membenturkan kepalanya sampai tiga kali ke bangku. Teman-temannya sudah mencoba menolong,” tambah Nur.
Pihak sekolah pun segera bertindak. Setelah melihat luka di dahi IS, guru menghubungi kepala sekolah dan langsung memberi tahu Nur.
IS kemudian dibawa ke Puskesmas, dan karena lebamnya semakin parah hingga memengaruhi penglihatannya, IS dirujuk ke RSUD Moh. Saleh Kota Probolinggo.
Meski telah menerima perawatan, Nur masih khawatir dengan kondisi anaknya. Ia berharap agar ada solusi untuk mengatasi keterbelakangan mental IS, namun keterbatasan ekonomi membuatnya sulit untuk memberikan perawatan yang dibutuhkan.
SLB (Sekolah Luar Biasa) yang khusus menangani anak-anak dengan keterbelakangan mental juga menjadi pilihan yang sulit karena jaraknya jauh dari desanya.
Eko S, salah satu guru di SD tempat IS bersekolah, membenarkan jika IS memang memiliki kebutuhan khusus yang seharusnya ditangani di sekolah yang sesuai.
Namun, karena kondisi ekonomi keluarganya, pihak sekolah memutuskan untuk tetap menerima IS agar ia tetap bisa bersekolah.
“Kami berharap IS bisa mendapatkan penanganan yang tepat di sekolah khusus, namun orang tuanya memang belum mampu,” ujar Eko.
Sementara itu, Kepala Desa Ngepung, Abdul Muhid, menegaskan, kabar tentang perundungan atau penganiayaan terhadap IS adalah tidak benar.
Pemerintah desa berencana untuk mengirim surat kepada Dinas Sosial, dengan harapan mendapatkan bantuan agar IS bisa mendapatkan pendampingan dan penanganan yang lebih baik.
“Keluarga IS sebelumnya menerima bantuan sosial seperti PKH, namun sekarang sudah tidak dapat lagi. Kami berharap ada perhatian lebih dari pemerintah,” pungkas Abdul Muhid.
Kabar bahwa IS menjadi korban bullying pun telah dibantah oleh berbagai pihak, termasuk keluarga dan sekolah, yang menegaskan bahwa kejadian ini murni karena kondisi mental IS yang memerlukan penanganan khusus.