Sejarah Perang Israel-Lebanon yang Ternyata sudah Berlangsung Puluhan Tahun

Sejarah Perang Israel-Lebanon yang Ternyata sudah Berlangsung Puluhan Tahun

Terkini | inews | Kamis, 26 September 2024 - 17:40
share

BEIRUT, iNews.id Situasi Timur Tengah kian memanas seiring meningkatnya konflik antara Israel dan Lebanon, akhir-akhir ini. Bentrokan yang pada mulanya berlangsung di sekitar perbatasan dua negara antara pasukan zionis melawan kelompok pejuang Hizbullah, kini telah bergerak makin jauh.

Situasi tersebut semakin meningkatkan kekhawatiran akan serangan darat baru Israel di Lebanon. Jika itu terjadi, serangan tersebut bakal menjadi episode terbaru dalam konflik kedua negara yang sudah berlangsung selama beberapa dekade.

Perjalanan sejarah perang Israel-Lebanon

1948

Lebanon berjuang bersama negara-negara Arab lainnya melawan negara Israel yang baru berdiri. Sekitar 100.000 warga Palestina yang melarikan diri atau terusir dari kampung halaman mereka di wilayah Palestina yang sebelumnya dikuasai Inggris selama perang, tiba di Lebanon sebagai pengungsi. Lebanon dan Israel menyetujui gencatan senjata pada 1949.

1968

Pasukan komando Israel menghancurkan belasan pesawat penumpang di Bandara Beirut, Lebanon, sebagai tanggapan atas serangan terhadap pesawat Israel oleh para gerilyawan Palestina. Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pindah ke Lebanon dua tahun kemudian setelah diusir dari Yordania, yang menyebabkan lebih banyak pertikaian lintas perbatasan kedua negara.

1973

Pasukan khusus Israel yang menyamar menembak mati tiga pemimpin gerilyawan Palestina di Beirut sebagai balasan atas pembunuhan para atlet Israel di Olimpiade Munich 1972, Jerman.

Serangan gerilya Palestina ke Israel dan pembalasan militer Israel terhadap target-target di Lebanon meningkat selama dekade 1970-an, yang menyebabkan banyak warga Lebanon melarikan diri dari selatan negara mereka. Hal tersebut memperburuk ketegangan sektarian di Lebanon, yang memicu dimulainya perang saudara di negeri itu.

1978

Israel menginvasi Lebanon Selatan dan mendirikan zona pendudukan sempit dalam operasi melawan gerilyawan Palestina menyusul serangan para pejuang Palestina di dekat Tel Aviv. Israel mendukung milisi Kristen setempat yang disebut Tentara Lebanon Selatan (SLA).

1982

Israel menyerbu Lebanon hingga ke Beirut dalam sebuah serangan yang diikuti dengan tembakan balasan di perbatasan. Ribuan pejuang Palestina dievakuasi melalui laut setelah pengepungan berdarah selama 10 minggu di ibu kota Lebanon yang melibatkan pemboman besar-besaran oleh Israel di Beirut Barat.

Ratusan warga sipil di kamp pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila dibantai oleh milisi Kristen yang diizinkan masuk oleh pasukan Israel setelah presiden Katolik Maronit Lebanon yang baru terpilih terbunuh oleh bom mobil.

Garda Revolusi Iran (IRGC) mendirikan kelompok bersenjata Syiah Hizbullah di Lebanon untuk melawan invasi Israel.

1985

Israel mundur dari Lebanon Tengah pada 1983 tetapi tetap mempertahankan pasukannya di selatan. Israel menetapkan zona pendudukan resmi di Lebanon Selatan, sekitar 15 km dari perbatasan ke dalam negara itu, dan mengendalikan wilayah tersebut bersama dengan sekutunya, SLA. Hizbullah melancarkan perang gerilya melawan pasukan Israel.

1993

Israel meluncurkan operasi militer baru pada Juli. Pasukan zionis melakukan serangan terhadap Lebanon selama seminggu. Israel mengatakan operasi itu bertujuan untuk menyerang Hizbullah secara langsung; mempersulit kelompok tersebut menggunakan Lebanon Selatan sebagai pangkalan untuk menyerang Israel, dan; menekan Pemerintah Lebanon agar mau campur tangan terhadap kelompok tersebut.

1996

Hizbullah secara teratur menyerang pasukan Israel di selatan Lebanon dan menembakkan banyak roket ke Israel Utara. Israel lalu melancarkan serangan yang disebut Operasi Anggur Kemurkaan selama 17 hari yang menewaskan lebih dari 200 orang di Lebanon, termasuk 102 orang yang meninggal ketika Israel menyerang pangkalan PBB di dekat Desa Qana di Lebanon Selatan.

2000

Israel menarik diri dari Lebanon Selatan, menyusul serangan lanjutan terhadap posisi militer Israel di wilayah Lebanon yang diduduki oleh Hizbullah. Peristiwa itu mengakhiri pendudukan zionis selama 22 tahun di wilayah Arab tersebut.

2006

Pada Juli 2006, Hizbullah menyeberangi perbatasan ke Israel, menculik dua tentara zionis dan membunuh sejumlah prajurit lainnya. Hal itu memicu perang selama lima minggu yang melibatkan serangan besar-besaran Israel terhadap kedua benteng Hizbullah dan infrastruktur nasional Lebanon.

Sementara pasukan darat Israel bergerak ke Lebanon Selatan, sebagian besar konflik melibatkan serangan udara Israel dan tembakan roket Hizbullah. Konflik berakhir begitu saja, dan Israel gagal mencapai tujuan militernya di Lebanon Selatan. Sementara Hizbullah menyatakan pihaknya telah meraih kemenangan ilahiah.

Setidaknya 1.200 orang di Lebanon (sebagian besar warga sipil) dan 158 warga Israel (sebagian besar tentara) tewas dalam konflik itu.

2024

Pada 23 September, Israel melancarkan Operasi Panah Utara terhadap Hizbullah setelah hampir satu tahun saling tembak di perbatasan Lebanon-Israel bersamaan dengan perang di Jalur Gaza. Operasi itu terjadi kurang dari seminggu setelah pager dan walkie-talkie yang digunakan para anggota Hizbullah meledak di Lebanon. Hizbullah menyebut peledakan massal perangkat komunikasi itu sebagai ulah Israel.

Eskalasi konflik di perbatasan Lebanon dimulai sehari setelah para pejuang Hamas melancarkan serangan skala besar terhadap Israel Selatan pada 7 Oktober 2023, yang kemudian direspons Israel dengan membombardir Jalur Gaza secara membabi buta. Hizbullah mengatakan, serangannya ke Israel sebagai bentuk dukungan kepada rakyat Palestina.

Serangan udara Israel meningkat dan menghantam wilayah Lebanon Selatan dan lembah Bekaa. Serangan itu juga menyasar lokasi di pinggiran selatan Beirut dan bahkan mencapai Distrik Keserwan yang mayoritas Kristen di utara Beirut untuk pertama kalinya. Hizbullah menanggapi agresi militer zionis itu dengan rentetan roket yang ditembakkan ke Israel.

Ratusan orang terbunuh dan ribuan lainnya terluka di Lebanon. Sementara puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka di bagian selatan, mengungsi ke berbagai tempat di Lebanon dan bahkan ke negara tetangga Suriah yang tengah dilanda perang. Sebagian besar pengungsi berlindung di sekolah-sekolah.

Topik Menarik