Kolaborasi UNDIP-ILO: Adaptasi Pengajaran dan Penguatan Sektor Pesisir
SEMARANG, iNewsJoglosemar.id Universitas Diponegoro (UNDIP) bekerja sama dengan International Labour Organization (ILO) menyelenggarakan program Training of Trainer (ToT) bertajuk "Adaptasi Pengajaran untuk Mahasiswa Universitas" di Kota Semarang, pada Jumat-Sabtu (6-7/9/2024). Kegiatan ini melibatkan dosen dari berbagai perguruan tinggi di wilayah pesisir Pantai Utara (Pantura), termasuk Universitas Pancasakti Tegal, Universitas Pekalongan, Universitas Safin Pati, dan Universitas Peradaban Brebes.
Program ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman dan kompetensi dosen dalam mengadaptasi metode pengajaran yang relevan dengan tantangan ekonomi pesisir, sekaligus mengedukasi mahasiswa tentang isu-isu yang dihadapi nelayan dan masyarakat pesisir. Selain fokus pada pengembangan kapasitas pendidikan, ToT ini juga bertujuan untuk mendorong peningkatan kesejahteraan melalui sektor ekonomi yang lebih stabil dan berorientasi ekspor.
Diduga Beri Fasilitas Istimewa Kepada Napi Korupsi Hasan Aminudin, Lapas Porong Didemo Aktivis
Muhammad Nur, National Project Coordinator 8.7 Accelerator Lab Program dari ILO, menekankan bahwa pendidikan memiliki peran penting dalam mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi nelayan di kawasan pesisir.
"Melalui ToT ini, dosen-dosen dari perguruan tinggi di wilayah pesisir akan memberikan edukasi kepada mahasiswa tentang kondisi nelayan dan tantangan yang mereka hadapi, seperti kerentanan ekonomi dan lingkungan," jelas Nur.
Nur juga menambahkan, dengan pemahaman yang mendalam terhadap masalah yang ada, para mahasiswa akan lebih siap mengatasi permasalahan seperti perbudakan di sektor perikanan tangkap.
"Pendidikan yang tepat bisa membantu mencegah terjadinya eksploitasi nelayan, sehingga kesejahteraan mereka bisa lebih terjamin," lanjutnya.
Muhammad Nur dari ILO menambahkan bahwa kolaborasi antaruniversitas di kawasan pesisir sangat penting untuk mencapai solusi berkelanjutan. "Kerja sama ini tidak hanya meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi juga menciptakan sinergi antara perguruan tinggi untuk membantu masyarakat pesisir menghadapi tantangan ekonomi dan lingkungan secara lebih efektif," jelasnya.
ToT ini juga menekankan pentingnya evaluasi berkelanjutan dalam metode pengajaran. Para dosen diharapkan dapat terus mengembangkan cara-cara baru dalam mengedukasi mahasiswa, agar mereka mampu menjadi agen perubahan di masyarakat pesisir.
Pelatihan ini mendapat apresiasi dari peserta, yang merasa mendapatkan wawasan baru mengenai pengajaran dan tantangan di sektor pesisir. Dengan adanya kolaborasi ini, diharapkan sektor pendidikan dan ekonomi pesisir dapat berkembang lebih baik, menciptakan kesejahteraan yang lebih merata di kawasan Pantura.
Tantangan Ekonomi dan Lingkungan di Kawasan Pesisir
Dr. Jaka Aminata, SE, MA, Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi UNDIP, yang juga menjadi pembicara utama dalam kegiatan ini, memaparkan tantangan yang dihadapi ekonomi pesisir. Ia menyoroti ketidakstabilan ekonomi yang kerap terjadi akibat perubahan iklim, fluktuasi harga komoditas, dan ketergantungan pada pekerjaan musiman.
"Ekonomi pesisir bergulat dengan ketidakstabilan akibat ancaman lingkungan, penipisan sumber daya, dan tekanan pasar. Sektor perikanan dan pariwisata yang menjadi tumpuan sering kali rentan terhadap fluktuasi ekonomi, membuat masyarakat di daerah ini sulit mencapai kestabilan pendapatan," ungkap Jaka.
Jaka menambahkan bahwa pekerjaan musiman dan cuaca ekstrem sering kali menghambat produktivitas nelayan. Nelayan sangat bergantung pada kondisi alam. Jika cuaca buruk, produktivitas dan pendapatan mereka langsung turun, sementara biaya operasional terus meningkat," lanjutnya.
Selain itu, Jaka juga menyoroti rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan di kalangan pelaku ekonomi pesisir. "Akumulasi keterbatasan keterampilan dan pendidikan membuat pelaku ekonomi pesisir sulit beradaptasi dengan pekerjaan lain ketika kondisi perikanan tidak memungkinkan. Ini menambah kerentanan ekonomi mereka," katanya.
Selain masalah ekonomi, kawasan pesisir juga menghadapi tantangan besar dari sisi lingkungan. Menurut Jaka, kenaikan permukaan laut, cuaca ekstrem, dan degradasi ekosistem menjadi ancaman nyata bagi industri perikanan dan pariwisata.
"Ketika lingkungan rusak, industri utama pesisir seperti perikanan juga terkena dampaknya. Hal ini berujung pada berkurangnya sumber daya alam dan hilangnya mata pencaharian bagi banyak nelayan," tegasnya.
Peningkatan Keterampilan Nelayan
Sebagai bagian dari program pengembangan ekonomi pesisir, balai diklat memberikan pelatihan khusus untuk budidaya ikan, terutama ikan bandeng. Pelatihan ini bertujuan agar nelayan dapat mengelola budidaya secara lebih efisien dan berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas serta pendapatan mereka.
Namun, tantangan lain muncul dalam upaya meningkatkan keterampilan nelayan. Jaka menekankan pentingnya pengembangan proposal yang jelas untuk meningkatkan kualitas sektor perikanan.
"Nelayan perlu memiliki rencana konkret untuk mengembangkan sektor perikanan, termasuk pelatihan calon pekerja agar dapat bekerja di kapal asing secara legal," jelasnya.
Jaka juga mengingatkan pentingnya penggunaan jasa pemberangkatan resmi untuk nelayan yang bekerja di kapal asing. Selain itu, jika ada masalah dengan keluarga anak buah kapal (ABK), pihak keluarga dapat mengajukan pengaduan ke Disnaker untuk mendapatkan advokasi dan penyelesaian masalah.
"Jika nelayan memilih bekerja di kapal asing, penting untuk menggunakan jalur legal. Disnaker bisa membantu mereka jika ada kendala selama proses pemberangkatan," tambahnya.
Pendidikan Berorientasi Ekspor
Salah satu solusi yang diusulkan oleh Jaka adalah pendidikan berorientasi ekspor untuk meningkatkan daya saing produk-produk lokal pesisir, khususnya hasil laut.
"Ikan yang ditangkap dengan penuh perjuangan sering kali hanya diolah seadanya dan dijual dengan harga rendah di pasar lokal. Jika kita bisa mendorong ekspor produk-produk perikanan, nilai jualnya akan jauh lebih tinggi, karena dijual dengan harga mata uang asing seperti dolar," ujarnya.
Dengan memfokuskan pengajaran pada standar ekspor, Jaka percaya bahwa masyarakat pesisir akan memiliki peluang lebih besar untuk bersaing di pasar internasional.
"Pendidikan yang berorientasi pada pengembangan produk-produk lokal dengan standar internasional bisa menjadi kunci untuk meningkatkan ekonomi pesisir dan kesejahteraan nelayan," jelasnya.