Sri Puji Astuti: Menjaga Tradisi dan Inovasi Tape Ketan Khas Tukang
SEMARANG, iNewsJoglosemar.id - Sri Puji Astuti (51) telah membawa warisan kuliner dari Desa Tukang, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, ke tingkat yang lebih tinggi. Tape ketan buatannya, dikenal dengan ciri khas pembungkus daun gayam yang diwarnai daun katuk, telah menjadi simbol keunikan dan keaslian.
"Daun katuk yang kami gunakan adalah daun yang paling tua," ujar Sri Puji, katanya mengawali cerita pembuatan tape ketan.
"Daun ini ditumbuk secara manual, bukan dengan alat modern, untuk mendapatkan warna dan aroma yang maksimal," lanjut dia.
Tape ketan khas Tukang berbeda dari tape ketan lainnya yang umumnya menggunakan daun pisang sebagai pembungkus. Tradisi ini diwarisi dari nenek moyang yang dulu membuat tape sebagai oleh-oleh saat bersilaturahmi.
"Tape kami digulung dengan cara tradisional," jelas Sri Puji.
Sri Puji mulai serius usaha tape ketan ini ketika mengikuti bazar-bazar di Kabupaten Semarang. Respons pasar cukup baik dengan banyaknya pesanan, hingga dia memutuskan untuk menjualnya secara lebih luas.
Ternyata banyak yang mengenal dan menyukai tape khas Tukang. Kami mengikuti berbagai pelatihan cara pengemasan dan produksi yang sesuai standar," katanya.
Sejak 2019, usaha tape ketan Sri Puji telah memenuhi persyaratan legal seperti Nomor Induk Berusaha (NIB) dan sertifikasi halal. Ia memberi nama produk tape ketannya sebagai "SS Mubarok," yang kini menjadi identitas tape ketan khas Tukang.
Produksinya bisa mencapai 15 hingga 25 kilogram per minggu, dan meningkat hingga satu kuintal menjelang hari raya. Tape ketan SS Mubarok kini tersedia di berbagai pusat oleh-oleh di Salatiga dan toko-toko di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, hingga Pati.
"Harga per pack sekitar Rp20.000 dengan isi 14 gulung," ungkap Sri Puji.
"Gulungannya dengan tepak ukuran 750 ml," tambahnya.
Proses pembuatan tape ketan dimulai dari pemilihan ketan berkualitas super yang dicuci bersih. Kami masih memasak secara manual dengan bahan bakar kayu, jelas Sri Puji.
CIMB Niaga Gelar Digital Lounge di Universitas Brawijaya, Ajak Anak Muda Investasi sejak Dini
Setelah matang, ketan dicampur dengan perasan daun katuk dan dikukus kembali. Ketan dingin kemudian dicampur dengan ragi dan dibungkus daun gayam.
"Bungkusnya dengan daun gayam yang sudah dibersihkan dan digulung, lalu disimpan selama dua hari sampai matang," tambah Sri Puji.
Keunikan tape ketan khas Tukang ini telah menarik perhatian hingga ke luar negeri. "Ada yang membawanya ke Taiwan, Saudi Arabia, Hong Kong, dan Australia sebagai oleh-oleh," cerita Sri Puji dengan bangga.
Sri Puji berharap usahanya akan terus berkembang, membawa tape ketan khas Tukang semakin dikenal. Dengan usaha dan ketekunan, Sri Puji Astuti terus menjaga warisan kuliner lokal sambil berinovasi untuk masa depan.
"Mudah-mudahan berkembang terus usaha kami," harapnya.