Bitcoin Bangkit setelah Terpuruk, Siap Melaju Kencang di Kuartal Kedua 2025?

Bitcoin Bangkit setelah Terpuruk, Siap Melaju Kencang di Kuartal Kedua 2025?

Teknologi | sindonews | Selasa, 25 Maret 2025 - 07:42
share

Dunia kripto kembali bergejolak. Setelah sempat tertekan oleh gelombang penjualan, Bitcoin (BTC), sang raja kripto, menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Memasuki pekan terakhir kuartal pertama 2025, tekanan jual yang menghantui Bitcoin mulai mereda.

Selasa (25/3/2025) pukul 08.00 WIB, Bitcoin (BTC) berhasil bertengger di atas level psikologis penting di USD85.000, dengan harga USD87.600. Angka ini mencerminkan kenaikan 1,86 dalam 24 jam terakhir dan lonjakan 4,30 dalam seminggu terakhir.

Arus Masuk ETF Bitcoin: Sentimen Positif Kembali Menguat

Salah satu indikator utama pemulihan Bitcoin adalah arus masuk yang kuat ke ETF Bitcoin spot di AS. Setelah lima minggu berturut-turut mengalami arus keluar, pekan lalu terjadi pembelian 8.775 BTC, setara dengan USD744 juta. Angka ini menjadi bukti nyata bahwa kepercayaan investor terhadap pasar aset kripto mulai kembali menguat.

Indeks Fear and Greed, yang mencerminkan sentimen pasar, juga mengalami kenaikan dari 32 ke 45, mendekati level netral. Ini menunjukkan berkurangnya kekhawatiran pasar dan meningkatnya minat terhadap aset berisiko.

Faktor Eksternal: The Fed dan Laporan Inflasi Jadi Penentu

Financial Expert Ajaib, Panji Yudha, menyoroti pentingnya rilis laporan Personal Consumption Expenditures (PCE) Index pada Jumat, 28 Maret. “PCE merupakan indikator inflasi yang menjadi preferensi The Fed dalam menentukan kebijakan moneter," ujar Panji.

Laporan PCE Index akan menjadi penentu arah kebijakan moneter The Fed. Jika inflasi menunjukkan tren melandai seperti yang diperkirakan analis, ada kemungkinan The Fed akan lebih longgar dalam kebijakan suku bunga.

Tren Historis Bitcoin: Kuartal Pertama Penuh Tantangan

Data historis dari Coinglass menunjukkan bahwa performa Bitcoin di kuartal pertama cenderung beragam. Rata-rata return Bitcoin di Q1 sejak 2013 adalah +51,61, namun median-nya menunjukkan -1,46. Ini mengindikasikan bahwa meskipun ada beberapa tahun dengan lonjakan besar, tekanan jual juga sering terjadi.

Pada Q1 2025, Bitcoin mengalami penurunan -6,62, lebih kecil dibandingkan koreksi pada Q1 2018 (-49,7) atau 2020 (-10,83). Meskipun Q1 2025 masih berada di zona negatif, data historis menunjukkan bahwa Bitcoin memiliki peluang untuk menutup Maret dengan lebih positif.

"Berdasarkan tren sebelumnya, bulan Maret sering kali menjadi periode pemulihan setelah volatilitas tinggi di awal tahun. Dalam lima dari tujuh tahun terakhir, Bitcoin berhasil membukukan kenaikan di bulan Maret, termasuk lonjakan +16,81 pada 2024 dan +22,96 pada 2023. Jika pola ini berlanjut, ada kemungkinan bahwa Bitcoin bisa menutup Maret 2025 dengan rebound yang lebih kuat," ujar Panji.

Prospek Kuartal Kedua 2025: Sinyal Bullish?

Melihat tren historis, kuartal kedua sering kali menjadi periode yang lebih positif bagi Bitcoin. Sejak 2013, rata-rata return Q2 adalah +26,89, dengan median +7,38. Bahkan di tahun-tahun seperti 2019 (+159,36) dan 2017 (+123,86), Bitcoin mencetak lonjakan signifikan.

Dengan adanya arus masuk ke Bitcoin-ETF, potensi pelonggaran kebijakan moneter The Fed, dan stabilisasi pasar global, Bitcoin berpeluang mengalami pemulihan lebih lanjut di kuartal kedua. Namun, investor tetap perlu mencermati dampak dari kebijakan tarif AS yang mulai berlaku pada 2 April serta perkembangan regulasi terhadap ETF berbasisaltcoin.

Topik Menarik