Air dari Samudra Hindia Diklaim Mempercepat Terbelahnya Benua Afrika

Air dari Samudra Hindia Diklaim Mempercepat Terbelahnya Benua Afrika

Teknologi | sindonews | Minggu, 26 Januari 2025 - 21:46
share

Sekelompok ilmuwan telah memperingatkan bahwa benua Afrika akan terpecah lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.

Retakan sepanjang 56 kilometer di gurun Ethiopia muncul pada tahun 2005 dan melebar dengan laju 1,27 sentimeter per tahun.

Para peneliti sebelumnya meyakini retakan itu membutuhkan waktu puluhan juta tahun untuk memisahkan benua-benua.

Namun, ahli geologi Universitas California, Profesor Ken Macdonald mengatakan bahwa retakan itu dapat memisahkan benua Afrika jauh lebih cepat, dalam waktu satu hingga lima juta tahun.

Pemisahan itu juga akan menciptakan samudra dan benua baru di Bumi.

"Yang mungkin terjadi adalah air Samudra Hindia akan masuk dan membanjiri wilayah yang sekarang dikenal sebagai Lembah Rift Afrika Timur," kata Macdonald.

Ia menambahkan bahwa samudra baru itu bisa sedalam Samudra Atlantik jika air laut terus mengalir ke wilayah itu.

Retakan tersebut membentang melintasi Somalia, Kenya, Tanzania, dan separuh Ethiopia.

Menurut MacDonald, benua baru itu akan dikenal sebagai Benua Nubia.

Seperti dilansir dari Live Science, retakan atau celah raksasa itu akan membuat Afrika Timur akan terpisah dari 'benua induk'.

Selain membelah Afrika menjadi dua, proses ini pun kemungkinan besar akan menghasilkan samudra baru yang muncul di antara dua daratan.

Terbelah duanya benua itu terkait dengan salah satu celah terbesar di dunia, yakni East African Rift System (EARS).

Celah ini membentang sepanjang ribuan kilometer melalui beberapa negara di Afrika, termasuk Ethiopia, Kenya, Republik Demokratik Kongo, Uganda, Rwanda, Burundi, Zambia, Tanzania, Malawi, dan Mozambik.

Dikutip dari IFL Science, sistem keretakan ini berarti bahwa lempeng Afrika terbelah menjadi dua lempeng, yakni lempeng Somalia yang lebih kecil dan lempeng Nubia yang lebih besar.

Kedua lempeng ini saling menjauh satu sama lain beberapa milimeter per tahun, menurut sebuah penelitian tahun 2004.

Di tahun 2018, ramai pemberitaan tentang keretakan benua ini yang muncul di Kenya. Saat itu, pemberitaan tersebut menjadi viral dan banyak yang mengklaim bahwa ini adalah bukti bahwa Afrika segera terbelah menjadi dua bagian. Nyatanya, pemisahan daratan tidak terjadi secepat itu, karena butuh lama bahkan hingga jutaan tahun.

Retakan di tahun 2018 dilaporkan hanya sebagai aktivitas retakan lembah biasa yang sangat terlokalisasi. Hingga saat ini, EARS memasuki proses sekitar 25 juta tahun, dan retakan di Kenya merupakan pertanda tidak langsung tentang yang terjadi di benua itu.

Namun, dalam 5 juta hingga 10 juta tahun lagi, perubahan EARS mungkin memunculkan dunia yang sangat berbeda.

Sekitar jangka waktu ini, kita cenderung akan melihat bentuk samudra baru yang memisahkan lempeng Somalia dan lempeng Nubia.

Benua besar Afrika akan kehilangan bahu timurnya ketika lautan luas memotong Afrika Timur.

Topik Menarik