PLN Ubah Lahan Kritis Jadi Produktif dengan Pengembangan Ekosistem Biomassa Berbasis Pertanian

PLN Ubah Lahan Kritis Jadi Produktif dengan Pengembangan Ekosistem Biomassa Berbasis Pertanian

Terkini | tasikmalaya.inews.id | Sabtu, 28 September 2024 - 13:31
share

TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id — PT PLN (Persero) melalui anak usahanya, PT PLN Energi Primer Indonesia, menginisiasi pengembangan ekosistem biomassa berbasis pertanian terpadu untuk mengubah lahan kritis menjadi lahan produktif. 

Program ini akan memanfaatkan sekitar 1,7 juta hektare dari total 14 juta hektare lahan kritis yang tersebar di seluruh Indonesia.

Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, memberikan apresiasi terhadap upaya PLN dalam mengembangkan program biomassa ini, yang melibatkan kolaborasi dengan Kementerian Pertanian, pemerintah daerah, serta kelompok masyarakat.

"Saya sangat mengapresiasi langkah PLN ini. Kita semua dihadapkan pada tantangan besar terkait perubahan iklim, dan program ini menjadi langkah nyata dalam pemanfaatan lahan marjinal untuk sumber biomassa," ujar Sudaryono dalam peresmian Pengembangan Ekosistem Biomassa Berbasis Ekonomi Kerakyatan dan Pertanian Terpadu di Tasikmalaya, Kamis (26/9/2024).

Sudaryono menjelaskan bahwa lahan marjinal seringkali berada di daerah terpencil dan sulit untuk ditanami tanaman konvensional. Namun, program ini menunjukkan kehadiran pemerintah hingga pelosok daerah dengan solusi yang inovatif dan berkelanjutan.

"Jika model ini berhasil, maka kita bisa mengimplementasikannya di berbagai daerah lainnya yang memiliki potensi serupa," tambahnya.

 

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyatakan bahwa program ini merupakan bentuk kerjasama antara PLN dengan berbagai pihak, termasuk Kementerian Pertanian, pemerintah daerah, dan masyarakat setempat. 

Dengan cara ini, lahan-lahan yang tadinya kering dan tidak produktif dapat kembali hijau dan memberikan manfaat ekonomi.

"Dengan program kolaboratif ini, kami berupaya untuk mengubah lahan yang sebelumnya kering dan tidak produktif menjadi lahan yang lebih hijau dan bermanfaat," jelas Darmawan.

Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), terdapat sekitar 14 juta hektare lahan kritis di Indonesia. Program pengembangan ekosistem biomassa berbasis pertanian terpadu ini diharapkan dapat membantu pemanfaatan lahan tersebut.

“Kami menargetkan untuk memanfaatkan 1,7 juta hektare lahan kritis ini, yang akan berkontribusi dalam penurunan emisi sebesar 11 juta ton CO2e melalui penerapan teknologi *co-firing* biomassa,” ungkap Darmawan.

Selain itu, program ini juga diharapkan dapat meningkatkan kapasitas nasional dalam menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan daerah, serta mendorong ekonomi kerakyatan berbasis sirkular untuk mengurangi angka kemiskinan.

“Kami menargetkan program ini akan melibatkan sekitar 1,25 juta masyarakat dengan nilai ekonomi mencapai Rp9,5 triliun per tahun,” tutup Darmawan.

 

Topik Menarik