Suparma Bukukan Penjualan Rp1,96 Triliun hingga September 2024
SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Perusahaan tisu dan kertas, PT Suparma Tbk (SPMA) mencatat, kinerja penjualan hingga September 2024 sebesar Rp1,96 triliun atau naik 0,5 dibandingkan dengan penjualan bersih pada periode yang sama pada tahun 2023.
Direktur PT Suparma Tbk, Hendro Luhur mengatakan, Kenaikan penjualan bersih tersebut akibat kenaikan kuantitas produk kertas sebesar 4,6. Pencapaian ini setara dengan 72,7 dari target penjualan bersih perseroan yang sebesar Rp2,7 triliun.
Sedangkan untuk pencapaian penjualan bersih selama periode sepuluh bulan yang berakhir pada tanggal 31 Oktober 2024 adalah sebesar Rp2,20 triliun. Dimana pencapaian ini setara dengan 81,6 dari target penjualan tahun 2024.
“Kami optimistis target penjualan tahun ini bisa tercapai. Dengan strategi pasar tetap, kita fokus hotel, restoran kafe. Kita juga akan ada varian baru tisu,” katanya saat paparan publik, Senin (25/11/2024).
Data SPMA juga menunjukkan, kuantitas penjualan kertas perseroan mengalami peningkatan 4,6. Dari semula sebesar 156.995 MT menjadi 164.295 MT. Pencapaian ini setara dengan 73,1 dari target kuantitas penjualan kertas perseroan yang sebesar 224.900 MT. Sedangkan pencapaian kuantitas penjualan kertas sebesar 184.766 MT atau setara dengan 82,2 dari target kuantitas penjualan kertas tahun 2024.
Hasil produksi kertas relatif tidak mengalami perubahan. Dari semula sebesar 163.248 MT menjadi 163.577 MT atau setara dengan 72,8 dari target produksi kertas tahun 2024 yang sebesar 224.700 MT, dengan target tingkat utilisasi sebesar 73,5. Sedangkan pencapaian produksi kertas adalah sebesar 184.240 MT atau setara dengan 82,0 dari target produksi kertas tahun 2024.
Disisi lain, SPMA mengucurkan investasi steam boiler senilai USD10 juta. Dari jumlah tersebut, nilai yang terserap sebesar USD8,6 juta. Seluruh anggaran berasal dari kas internal SPMA. Steam boiler baru ini lebih ramah lingkungan karena ditunjang spesifikasi penggunaan bahan baku batu bara sebesar 25, atau sekitar 60 lebih rendah dibandingkan yang sudah ada.
Sisanya memanfaatkan limbah plastik dan limbah kayu untuk diubah menjadi energi panas. Selain itu, mesin tersebut akan meningkatkan kapasitas keluaran steam yang digunakan untuk proses pengeringan kertas sebesar 16 dari semula, yaitu 155 ton/hari menjadi 180 ton/hari.
“Kami juga berinvestasi untuk pengadaan Paper Machine (PM) Nomor XI dengan anggaran belanja modal USD23 juta. Mesin yang memproduksi tissue itu akan menambah kapasitas terpasang sebesar 27.000 MT,” kata Hendro.
Dia menambahkan, meskipun harga jual rata-rata kertas selama sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2024 mengalami penurunan 3,5 menjadi Rp11.939, namun kuantitas penjualan kertas meningkat 7.300 MT atau 4,6 menjadi 164.295 MT.
“Hal ini menyebabkan penjualan bersih kertas masih mengalami sedikit peningkatan sebesar Rp19,3 miliar atau 1,0 menjadi Rp1,96 triliun,” ujarnya.
Sementara itu, laba periode berjalan selama sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2024 turun Rp28,9 miliar atau 20,1 menjadi Rp114,9 miliar. Penurunan ini disebabkan peningkatan beban pokok penjualan sebesar Rp46,2 miliar akibat penurunan laba kotor sebesar Rp 36,6 miliar dan penurunan margin laba kotor menjadi 16,3 dari periode yang sama tahun lalu sebesar 18,2.
“Peningkatan beban pokok penjualan disebabkan oleh naiknya pemakaian bahan baku, terutama meningkatnya kuantitas pemakaian bahan baku kertas bekas sekitar 29,” katanya.