Gedung Putih: Lebih dari 75 Negara Coba Negosiasi Tarif dengan AS

Gedung Putih: Lebih dari 75 Negara Coba Negosiasi Tarif dengan AS

Ekonomi | sindonews | Minggu, 13 April 2025 - 05:02
share

Gedung Putih memberikan peringatan kepada China, bahwa perang tarif tidak akan menguntungkan buat kepentingan Beijing. Seperti diketahui perang dagang dua ekonomi terbesar di dunia itu, belakangan semakin memanas.

Kedua negara saling perang tarif, usah pekan lalu Presiden AS Donald Trump mengumumkan, kebijakan terbaru tarif impor kepada hampir semua mitra dagang. Namun disebutkan bahwa negara berlomba-lomba melakukan negosiasi dengan AS untuk mendapatkan keringanan, tapi tidak dengan China yang terus melawan balik tarif AS.

Sekretaris pers Gedung Putih, Karoline Leavitt menyatakan, bahwa ada lebih dari 75 negara menghubungi pemerintahan Presiden AS Donald Trump untuk memulai pembicaraan perdagangan, tanda bahwa kebijakan tarif Washington berhasil.

"Telepon telah berdering untuk membuat kesepakatan," katanya pada hari Jumat selama konferensi pers di Gedung Putih.

"Negara-negara ini dengan bijak mematuhi peringatan Presiden Trump untuk tidak membalas ... dan dihargai dengan jeda 90 hari dan tarif tarif timbal balik yang jauh lebih rendah," tambahnya.

Sebagai informasi pada awal April, Trump memberlakukan tarif universal 10 pada semua impor dan tarif "timbal balik" yang lebih tinggi pada negara-negara tertentu untuk mempromosikan manufaktur domestik dan mengatasi ketidakseimbangan perdagangan.

Sementara itu sebagian besar kenaikan tarif dihentikan sementar selama 90 hari, China dikecualikan dari penangguhan ini. Total tarif barang-barang China telah dinaikkan menjadi 145.

Sebagai respons, China memberlakukan tarif 125 pada impor AS, sambil mengkritik tindakan Washington sebagai "intimidasi ekonomi" dan memperingatkan bahwa eskalasi yang berkelanjutan akan membuat AS menjadi "lelucon" dalam sejarah ekonomi global.

Ketika ditanya langsung tentang China, Leavitt menegaskan kembali sikap Trump. "Tarif-tarif ke China tetap di level kemarin 145 persen," tegasnya.

Beijing telah mengisyaratkan bahwa kenaikan tarif baru-baru ini mungkin yang terakhir, dan kenaikan lebih lanjut tidak akan masuk akal secara ekonomi.

Ketika ditanya apakah ini berarti China mundur, Leavitt mengatakan presiden AS telah menjelaskan dengan sangat jelas bahwa "ketika Amerika Serikat dipukul, dia akan meninju balik lebih keras."

Leavitt mengatakan pemerintah tetap terbuka untuk negosiasi, Ia mengklaim Trump akan "bermurah hati jika China berniat membuat kesepakatan dengan Amerika Serikat,". Akan tetapi Ia menambahkan tanpa menjelaskan lebih lanjut, "Jika China terus membalas, itu tidak baik untuk China."

Dia juga menolak kritikus yang mengatakan pemerintah AS tidak mendorong China cukup keras dengan tarif, dengan mengatakan "Trump akhirnya mengambil tindakan berani dan berani."

Leavitt menambahkan bahwa baik Demokrat maupun Republik telah berbicara keras tentang China selama bertahun-tahun, tetapi "tidak ada presiden lain yang memiliki keberanian, etos kerja, atau stamina untuk mengambil tugas seperti itu."

Topik Menarik