10 Negara yang Kena Tarif Impor Trump Terbesar, Mayoritas Negara-negara Asia
Presiden Trump pada hari Rabu mengumumkan apa yang disebut tarif timbal balik atas impor dari sekitar 90 negara yang lebih dari 10 pajak menyeluruh yang diterapkan untuk semua impor ke AS.
Menggambarkan pengumuman itu sebagai "Hari Pembebasan," presiden mengatakan pajak baru diperlukan untuk menghapus defisit perdagangan antara AS dan negara-negara lain, mulai dari China hingga Uni Eropa.
Beberapa negara hanya akan menghadapi tarif universal sebesar 10, sementara impor dari puluhan negara lain akan dikenakan pungutan impor timbal balik spesifik yang lebih tinggi. Misalnya, impor Australia akan menghadapi tarif dasar sebesar 10, sementara China akan menghadapi tarif sebesar 34.
"Timbal balik. Itu artinya mereka melakukannya kepada kita, dan kita melakukannya kepada mereka," kata Trump dalam sambutannya pada hari Rabu, dilansir CBS.
"Negara-negara Asia akan menghadapi beban terburuk, dengan Kamboja menghadapi tarif pajak sebesar 49 dan Vietnam sebesar 46," menurut Kepala Ekonom Nationwide Kathy Bostjancic. Selain tarif timbal balik sebesar 34 dari China , impor dari negara itu juga akan menghadapi tarif sebesar 20 yang diumumkan sebelumnya, sehingga total tarif negara itu menjadi lebih dari 60, tambahnya.
Trump juga mengatakan pungutan tersebut akan meningkatkan manufaktur dalam negeri dan menyamakan kedudukan dengan negara-negara lain yang mengenakan tarif lebih tinggi pada impor AS daripada yang dikenakan AS untuk produk mereka. Namun, para ekonom memperkirakan bahwa tarif tersebut akan menyebabkan inflasi kembali meningkat, sementara juga mendorong beberapa mitra dagang untuk membalas dengan tarif yang lebih tinggi pada impor Amerika ke negara mereka.
Jika tarif tetap diberlakukan oleh pemerintahan Trump dan jika negara lain mengenakan tarif balasan, baik AS maupun negara lain "akan mengalami resesi serius," kata Mark Zandi, kepala ekonom di Moody's Analytics, dalam email kepada CBS MoneyWatch.