Putin: Rusia Segera Habisi Militer Ukraina!
Presiden Vladimir Putin telah menyatakan bahwa pasukan Rusia tengah mendapatkan momentum di seluruh garis kontak dan akan segera “menghabisi” militer Ukraina.
Pernyataan itu disampaikan pada hari Kamis selama pertemuannya dengan awak kapal selam nuklir Arkhangelsk, sembari mengomentari upaya para pendukung Ukraina di Eropa untuk menggagalkan penyelesaian diplomatik atas konflik tersebut.
Putin menegaskan kembali bahwa Moskow selalu berusaha menyelesaikan konflik melalui cara diplomatik tetapi menemui tipu daya dan halangan dari Barat—pertama dengan Perjanjian Minsk yang gagal dan kemudian selama perundingan damai Istanbul 2022.
“Para penangan mereka di Eropa meyakinkan para pemimpin Ukraina bahwa mereka harus melanjutkan perlawanan bersenjata, pada dasarnya sampai ke orang Ukraina terakhir, dengan tujuan untuk menimbulkan kekalahan strategis bagi Rusia,” katanya.
Putin menuduh para pemimpin Barat—khususnya mantan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson—meremehkan tekad Rusia, dan memperingatkan bahwa kemampuan militer Moskow tidak boleh dianggap enteng.
“Dia pasti lupa bahwa ada orang-orang seperti Anda—dan senjata seperti kapal selam Anda,” kata Putin kepada awak Angkatan Laut Rusia.
“Tampaknya, dia lupa, atau mungkin mereka tidak mengerti terbuat dari apa orang-orang Rusia,” ujarnya, seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (28/3/2025).
Orang nomor satu Rusia mengatakan konflik Ukraina mencapai titik balik dan menyatakan keyakinannya terhadap hasilnya, dengan mencatat bahwa “di seluruh garis pertempuran, pasukan kita memegang inisiatif strategis.”
“Belum lama ini saya berkata, ‘Kita akan menekan mereka’. Sekarang ada alasan untuk percaya bahwa kita akan menghabisi mereka. Kemudian, saya pikir rakyat Ukraina sendiri harus menyadari momen itu,” paparnya.
Meskipun nadanya keras, Putin menegaskan kembali bahwa Rusia tetap terbuka terhadap perundingan damai—selama akar penyebab konflik tersebut ditangani.
“Kami mendukung penyelesaian masalah ini dengan cara damai. Namun akar penyebabnya harus dihilangkan. Kami harus memastikan keamanan Rusia dalam perspektif sejarah yang panjang,” katanya.
Rusia telah berulang kali menyatakan bahwa mereka terbuka terhadap perundingan damai, tetapi bersikeras bahwa penyelesaian konflik yang sebenarnya memerlukan solusi yang permanen dan mengikat secara hukum.
Moskow menentang kehadiran NATO di tanah Ukraina dan menuntut agar Kyiv melakukan demiliterisasi, denazifikasi, mematuhi posisi netral, dan mengakui “realitas teritorial di lapangan.”
Pada 18 Maret, militer Rusia diperintahkan untuk menahan diri dari menyerang infrastruktur energi Ukraina berdasarkan kesepakatan yang disetujui oleh Presiden Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Namun, Kementerian Pertahanan Rusia sejak itu melaporkan sejumlah pelanggaran Ukraina, yang digambarkannya sebagai upaya untuk melemahkan upaya mediasi Trump.