Kisah Perwira Terbaik Kopassus Kapten RA Fadillah Gugur Ditembak Musuh di Palagan Pertempuran

Kisah Perwira Terbaik Kopassus Kapten RA Fadillah Gugur Ditembak Musuh di Palagan Pertempuran

Nasional | sindonews | Sabtu, 25 Januari 2025 - 09:27
share

Tak banyak yang mengenal nama Kapten Inf. R.A Fadillah. Namun bagi prajurit Korps Baret MerahKopassus, nama tersebut merupakan seorang ksatria sejati pembela Ibu Pertiwi. Dalam pertempuran hebat menumpas pemberontakan bersenjata di Lubuk Jambi, Riau pada 2 April 1958 Kapten R.A Fadillah gugur ditembak musuh.

Karena keberaniannya di palagan pertempuran, nama Kapten R.A Fadillah kemudian diabadikan sebagai nama jalan di Makopassus Cijantung, Jakarta Timur dan Pusdiklatpassus Kopassus, Batu Jajar, Bandung, Jawa Barat.

Dikutip dalam buku ‘Kopassus untuk Indonesia: Profesionalisme Prajurit Kopassus’, Kapten RA Fadillah yang memiliki nama lengkap Raden Achmad Fadillah Tjitrokusumo merupakan perwira Resimen Para Komando Angkatan Darat atau RPKAD (kelak menjadi Kopassus) yang diterjunkan dalam operasi penumpasan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia atau PRRI. Kelompok pemberontak ini dideklarasikan Letkol Ahmad Husein pada 15 Februari 1958 di Padang, Sumatera Barat.

“Maklumat pembentukan PRRI kemudian diikuti dan didukung oleh daerah-daerah lain, seperti Permesta di Sulawesi Utara yang selanjutnya memutuskan hubungan dengan pemerintah pusat,” tulis buku tersebut dikutip Sabtu (25/1/2025).

Sejak usia 16 tahun, RA Fadillah sudah malang melintang terlibat dalam berbagai palagan pertempuran sebagai pejuang kemerdekaan. Mulai dari pelucutan senjata militer Jepang pada 1945 hingga pengusiran penjajah Belanda saat Agresi Militer Militer Belanda I pada 21 Juli hingga 5 Agustus 1947. Termasuk saat Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1949.

RA Fadillah mengawali karier militernya di pasukan elite TNI AD setelah lulus Sekolah Kader dan Pendidikan Tenaga Pelatih Inti Korps Komando Angkatan Darat (KKAD) yang kini bernama Kopassus. Letda RA Fadillah merupakan prajurit yang mendapat gemblengan keras di bawah pelatih sekaligus Komandan pertama Kesko TT III Pertama sekarang bernama Danjen Kopassus Mayor Mochammad Idjon Djanbi.

Dikutip dari laman resmi Puspen Kopassus, Indonesia yang kala itu baru merdeka mengalami guncangan karena aksi pemberontakan bersenjata yang dilakukan oleh PRRI. Pemerintah yang melihat PRRI sebagai gerakan separatism kemudian memerintahkan TNI untuk meredam kelompok bersenjata ini.

TNI kemudian menggelar operasi gabungan bernama Operasi Tegas untuk meredam kekuatan bersenjata PRRI sekaligus merebut daerah Riau Daratan. Operasi yang digelar pada 12 Maret 1958 ini dipimpin langsung oleh Letkol Inf. Kaharudin Nasution sebagai Komandan Operasi dari RPKAD.

Dua kompi RPKAD diterjunkan dalam Operasi Tegas. Kompi A dipimpin Lettu Inf. Leonardus Benny Moerdani atau LB Moerdani yang diterjunkan di Simpang Tiga untuk merebut landasan udara. Sedangkan Kompi B dipimpin Kapten Inf. RA Fadillah yang mendarat di Bengkali untuk menyisir Sungai Siak. Selanjutnya menembus hutan belantara menuju Pekanbaru.

Namun ternyata pasukan PRRI memutuskan mundur dan memusatkan pertahanan di Batang Kuantan yang berada di tepi Sungai Siak. Di sini, ribuan pasukan PRRI berada membentuk pertahanan yang sangat kuat dengan peralatan tempur yang cukup modern.

Pada 30 Maret, Kompi B RPKAD yang dipimpin Kapten RA Fadillah berangkat menuju Taluk melalui Air Molek. Lokasi berjarak sekitar 1 Km dari posisi Kompi B berada. Rencananya, pasukan berangkat pukul 19.00 WIB namun karena ada kendala teknis dari AURI, membuat pergerakan pasukan menjadi tertahan.

Pasukan kemudian bermalam di Taluk untuk tugas pendaratan di pertahanan musuh yang berkali-kali belum dapat ditembus oleh pasukan Yonif 431 Benteng Raider Kostrad. Pasukan Kopassus bersama Yonif 431 kemudian bertempur merebut Lubuk Jambi. Pasukan kemudian dibagi menjadi dua tim. Masing-masing tim dipimpin oleh Lettu Inf. R.H. Jayadiningrat dan Kapten Inf. RA Fadillah.

Pasukan yang dipimpin Lettu Inf. R.H. Jayadiningrat bertugas menekan musuh dari bagian depan dan melakukan penghadangan di jalan besar Lubuk Jambi-Kaliranju. Sedangkan, pasukan yang dipimpin Kapten RA Fadillah harus berputar melewati medan sulit dan menyeberangi Sungai Teluk Kuantan yang lebar dan dalam.

Pasukan Kapten RA Fadillah berangkat menuju Lubuk Jambi melalui Airmolek yang berjarak sekitar 40 Km dari Teluk Kuantan. Medannya yang berbukit-bukit dan rawa serta terdapat benteng-benteng sisa pertahanan Jepang membuat daerah ini menjadi tempat yang strategis untuk pertahanan PRRI. Para pemberontak memasang senapan mesin di tepi sungai berarus deras denga lebar mencapai 100 meter.

Foto; Puspen Kopassus

Tepat 1 April menjelang Maghrib sekitar pukul 18.00 WIB, Kompi B bergerak ke Desa Gunung yang berjarak sekitar 17 Km dari Taluk. Namun setelah mengadakan evaluasi pergerakan pasukan dilakukan pada pukul 21.00 WIB. RPKAD bersama satu peleton Yonif 431/Benteng Raider menyeberangi Sungai Kuantan dengan menggunakan sampan.

Pasukan di bawah Komando Kapten RA Fadillah kemudian masuk ke hutan melalui Desa Cengar. Namun dalam perjalanan, pasukan Kapten RA Fadillah berpapasan dengan musuh yang bergerak mundur dengan jumlah cukup banyak dan persenjataan lengkap.

Pertempuran hebat antara Kopassus dengan PRRI tak terhindarkan. Beberapa kali terdengar tembakan dari musuh yang menggunakan LMG 30 yang saat itu tidak dimiliki Kopassus. Kegigihan dan keberanian pasukan di bawah komando Kapten RA Fadillah membuat pemberontak mundur perlahan.

Setelah dilakukan evaluasi, Kapten RA Fadillah kemudian membagi tiga tim. Di mana Tim 1 berada di kanan, Tim 2 sebelah kiri dan Tim 3 cadangan. Sementara Kapten RA Fadillah mengambil posisi di tengah antara Tim 1 dan 2. Pertempuran sengit kembali terjadi, pasukan tidak dapat bergerak maju lantaran tembakan gencar dari musuh yang berad di ketinggian.

Situasi yang tidak menguntungkan tersebut tidak membuat nyali pasukan Kapten RA Fadillah ciut. Di bawah hujan tembakan senapan otomatis, Kapten RA Fadillah bergerak maju dengan posisi jongkok dan sesekali berdiri. Hal itu dilakukan karena posisi musuh tidak terlihat dan jarak pandang hanya 10 meter.

Kapten RA Fadillah terus berupaya bergerak maju, namun sayangnya senjata bren yang dipegang pasukannya untuk melindungi seringkali macet. Nahas, Pratu Bugis yang memegang senjata tersebut gugur tertembak. Kapten RA Fadillah kemudian mengambil senjata bren dari anggotanya dan menghamburkan tembakan ke arah musuh dalam posisi berdiri.

Saat itu, tanpa disadari peluru musuh yang hanya berjarak 6 meter menembus tubuhnya. Melihat pimpinannya ambruk, pasukannya kemudian membalasnya. Setelah pertempuran sedikit mereda, Kapten RA Fadillah kemudian dievakuasi ke Desa Cengah.

Tepat pada 2 April nyawa Kapten RA Fadillah tidak dapat diselamatkan akibat luka tembak yang terlampau parah di bagian perut. Jenazah Kapten RA Fadillah kemudian dipulangkan ke Batujajar, Cimahi, Bandung. Gugurnya Kapten RA Fadillah memicu prajurit Kopassus menggempur pasukan PRRI dan memadamkan pemberontakan.

Topik Menarik