Kisah RM Imam Koesoepangat, dari Juara Adu Bebas hingga Jadi Legenda PSHT
SOSOKRM Imam Koesoepangat mungkin sudah tidak asing lagi bagi sebagian orang. Terlebih, untuk mereka yang menjadi bagian atau mengikuti perkembangan organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT).
RM Imam Koesoepangat merupakan putra ketiga dari R.Ay Koesmiyatoen dan RM Ambar Koesensi. Masa kecilnya dihabiskan bersama saudara-saudara kandungnya, seperti RM Imam Koesoenarto, RM Imam Koesenomihardjo, dan RM Koesenomihardjo (kakak) hingga RM Imam Koeskartono dan RM Abdullah Koesnowidjodjo (adik).
Ditinggal sang ayah yang berpulang saat berumur 13 tahun, Imam kemudian diasuh langsung oleh ibunda R.Ay Koesmiatoen. Benih luhur yang diajarkan sang ibunda mampu mengendap dan mengakar di dalam jiwa Imam Koesoepangat, sehingga menjadikannya sebagai pribadi yang luhur dan bijak.
Memasuki masa SMP, Imam mulai belajar pencak silat di bawah panji-panji Persaudaraan Setia Hati terate. Kebetulan, sosok yang melatihnya waktu adalah Mas Irsad (murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo).
Dirangkum dari berbagai sumber, Kamis (23/1/2025), berikut ini ulasan perjalanan RM Imam Koesoepangat hingga mengantarkannya menjadi legenda PSHT.
Kisah RM Imam Koesoepangat Jadi Legenda PSHT
Setelah menyelesaikan pendidikan, Imam Koesoepangat disahkan menjadi Pendekar SH Terate pada 1958. Tak butuh waktu lama, dia juga mulai melatih generasi-generasi baru di organisasi tersebut.Menurut pengakuan salah satu muridnya, Mas Tarmadji, Imam digambarkan sebagai sosok pendekar yang santun dan berwibawa. Saat melatih di depan siswanya, dia cukup tegas, keras dan disiplin.
Pada 1963, dikumandangkan untuk pertama kali Mars SH Terate pada acara Pagelaran Seni Budaya di Gedung Bioskop Basuki Jl. Sulawesi. Menariknya, syair tersebut digubah oleh Imam Koesoepangat, sedangkan arensemennya dikerjakan Ady Yasco.
Seiring waktu, nama Imam Koesoepangat mulai dikenal banyak anggota lain. Saat itu, dia menjadi satu dari sekian jagoan SH Terate.
Masih di tahun 1963, ada satu momen penting yang dipandang sebagai tonggak penguat perkembangan SH Terate. Hal ini saat turunnya para pendekar SH Terate ke gelanggang Adu Bebas.
Sebagai informasi, gelanggang Adu bebas di era 60-an menjadi ajang bergengsi bagi pendekar persilatan di Madiun dan sekitarnya. Kegiatan ini merupakan arena pertandingan kelas laga dengan sistem full body contact (pertarungan antar pesilat tanpa pelindung).
Selain menjadi ajang pamer kemampuan pendekar silat, gelaran yang dihelat setahun sekali di halaman Karesidenan Madiun ini juga dijadikan media promosi perguruan pencak silat untuk menggaet peminat. Ada anggapan bahwa perguruan pencak silat yang berhasil memenangkan pertandingan akan mendapatkan peningkatan jumlah murid ke depannya.
Pada tahun itu, SH Terate menurunkan beberapa pendekar. Adapun salah satunya adalah Imam Koesoepangat.
Imam kemudian dihadapkan pada lawan lawan yang sulit, yakni Soekoco dari SH Tuhu Tekad. Dia merupakan seorang pendekar yang punya postur tubuh bagus serta berpengalaman memenangkan event adu bebas.
Pada ronde ronde awal, pertarungan berlangsung seru. Kedua pendekar itu bertanding dengan sengit.
Beberapa kali, tendangan dan pukulan Imam mengenai tubuh Soekoco. Namun, dia seakan tidak bergeming dan menanggapi dengan senyum.
Memasuki ronde terakhir, Imam kemudian mencari siasat lain. Dia akhirnya berhasil mengunci tubuh Soekoco.
Meski Soekoco terus berupaya melepaskan diri dari kuncian, dia tidak berhasil sampai akhirnya dewan juri memutuskan pertandingan itu dimenangkan Imam. Setelah pertandingan selesai, bukannya dendam, tetapi Soekoco malah menjadi sahabat dari Imam Koesoepangat.
Seiring waktu, nama Imam Koesoepangat semakin populer tak hanya dikalangan pendekar PSHT. Pada 1965, dia dipercaya menjadi Ketua Banteng Dwikora.
Namun, waktu itu Imam menyebut keikutsertaan dalam dunia politik masuk wilayah pribadi dan tidak membawa SH Terate ke dalamnya.
Pada 1977, SH Terate menggelar kongres di Madiun yang menghasilkan beberapa keputusan. Di antaranya mengangkat Bapak Badini sebagai Ketua SH Terate Pusat Madiun dan Imam Koesoepangat menjadi Ketua Dewan Pusat.
Senin, 16 November 1987, RM Imam Koesoepangat meninggal dunia pada usia 49 tahun kurang dua hari. Meski begitu, sampai sekarang namanya masih abadi dan menjadi salah satu legenda PSHT yang dikenali para pendekar silat.