Populasi China Menyusut 3 Tahun Beruntun, Sekolah Kosong Disulap Jadi Panti Jompo

Populasi China Menyusut 3 Tahun Beruntun, Sekolah Kosong Disulap Jadi Panti Jompo

Terkini | sindonews | Rabu, 22 Januari 2025 - 06:11
share

Populasi China mengalami penurunan dalam tiga tahun secara beruntun, yang bakal menjadi tantangan ekonomi buat Beijing. Negara terpadat kedua di dunia itu bakal dihadapkan dengan tantangan demografis, ketika warga Chinamulai menua dan kekurangan penduduk usia kerja mulai muncul.

Populasi Tiongkok pada akhir 2024 tercatat mencapai 1,408 miliar penduduk, dimana angka tersebut mengalami penurunan 1,39 juta dari tahun sebelumnya. Apa yang dialami Beijing mengikuti tren di seluruh dunia, terutama terjadi pada negara-negara di Asia Timur.

Sebut saja Jepang, Korea Selatan dan beberapa negara lainnya sedang mengalami penyusutan angka kelahiran. China pada tiga tahun lalu bergabung dengan Jepang dan sebagian besar Eropa Timur di antara negara-negara lain yang populasinya menurun.

Alasannya dalam banyak kasus serupa di antaranya karena meningkatnya biaya hidup menyebabkan kaum muda menunda atau mengesampingkan pernikahan. Bahkan beberapa memilih menunda memiliki anak, karena mengejar pendidikan tinggi dan karier.

Ketika angka hidup lebih lama, tidak cukup mengimbangi angka kelahiran baru. Negara-negara seperti China yang menekan imigrasi sangat berisiko.

Seperti diketahui China telah lama menjadi salah satu negara terpadat di dunia, yang bertahan dalam invasi, banjir, dan bencana alam lainnya untuk menopang populasi tetap tumbuh subur. Setelah berakhirnya Perang Dunia II dan kebangkitan Partai Komunis ke tampuk kekuasaan pada tahun 1949, keluarga besar muncul kembali dan populasinya berlipat ganda hanya dalam tiga dekade.

Namun belakangan populasi di China mulai menyusut, akibat tingkat kelahiran yang turun drastis. Total populasi Tiongkok turun untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade pada tahun 2022, hingga China disusul tipis oleh India sebagai negara terpadat di dunia pada tahun berikutnya.

Populasi yang menua dengan cepat, tenaga kerja yang menurun, kurangnya pasar konsumen dan migrasi ke luar negeri menempatkan ekonomi di bawah tekanan berat.

Sementara pengeluaran untuk militer dan proyek infrastruktur terus meningkat, sistem jaminan sosial China yang sudah lemah harus berjalan tertatih-tatih, dengan meningkatnya jumlah orang China yang menolak membayar sistem pensiun yang kekurangan dana.

Sudah lebih dari seperlima populasi China berusia 60 tahun ke atas, dengan angka resmi yang diberikan menyentuh 310,3 juta atau 22 dari total populasi. Pada tahun 2035, jumlah ini diperkirakan akan melebihi 30, memicu diskusi tentang perubahan usia pensiun resmi, untuk menjadi salah satu yang terendah di dunia.

Dengan kondisi siswa yang sedikit, beberapa sekolah dan taman kanak-kanak yang kosong diubah sementara menjadi fasilitas perawatan bagi orang tua. Melihat perkembangan dan tantangan demografi yang dihadapi China, membuat ekonomi terbesar kedua di dunia itu menghadapi hambatan besar. Ada pepatah China yang menyatakan, "menjadi tua sebelum menjadi kaya."

Bujukan pemerintah termasuk memberikan bantuan keuangan agar warganya memiliki lebih dari tiga anak dan insentif biaya perumahan ternyata hanya memiliki efek sementara. Di sisi lain, ada 10 juta lebih orang pindah ke kota dengan tingkat urbanisasi 67, naik hampir satu poin persentase dari tahun sebelumnya.

Topik Menarik