Sejarah Persaingan Bani Hasyim dan Bani Ummayah

Sejarah Persaingan Bani Hasyim dan Bani Ummayah

Terkini | sindonews | Kamis, 7 November 2024 - 18:21
share

PERSAINGAN antara Banu Hasyim dan Banu Umayyah sudah berjalan lebih dari100 tahun sebelum Nabi Muhammad SAW lahir. Jabatan-jabatan di Rumah Suci semua bertumpu di tangan Qusai bin Kilab. Pada paruh pertama abad kelima Masehi penduduk Makkah sudah mengakui kepemimpinannya atas mereka.

Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah berjudul "Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan" (Pustaka Litera AntarNusa, 1987) menyebut ada tiga anak laki-laki Qusai, yakni Abdud-Dar, Abdu-Manaf dan Abdul-Uzza.

Sesudah Qusai berusia lanjut dan sudah tidak kuat memikul tugas itu, semua urusan yang menyangkut pimpinan Makkah dan jabatan-jabatan di Rumah Suci diserahkan kepada anak sulungnya, Abdud-Dar.

Sementara Banu (keluarga besar) Abdu-Manaf di tengah-tengah masyarakatnya itu paling terpandang dan punya kedudukan paling penting. Anak-anak mereka adalah Abdu-Syams, Naufal, Hasyim dan Muttalib. Kekuatan ini telah menggoda kesepakatan mereka untuk merebut segala yang ada di tangan sepupu-sepupunya itu.

Kala itu, Quraisy terbagi menjadi dua persekutuan: Persekutuan al-Mutayyabun yang mendukung Banu Abdu-Manaf, dan Persekutuan al-Ahlaf yang mendukung Banu Abdud-Dar. Kemudian mereka mengadakan kesepakatan bersama dalam soal logistik: Banu Abdu-Manaf mendapat bagiansiqayahdanrifadah, sedang bagian Banu Abdud-Dar adalahhijabah,liwa'dannadwah.

Hasyim adalah saudara yang tertua dan dia yang memegang urusansiqayahdanrifadah. Sesudah ia berusia lanjut, terbayang oleh kemenakannya, Umayyah bin Abdu-Syams, bahwa dia mampu menyainginya untuk memberi makan Quraisy di musim ziarah seperti yang dilakukan oleh Hasyim.

Akan tetapi ternyata kemudian ia tidak mampu, dan karenanya ia dikutuk orang. Ia pergi ke Syam dan tinggal di sana selama 10 tahun. Al-Maqrizi berkata: "Inilah permusuhan pertama antara Banu Hasyim dengan Banu Umayyah." Permusuhan ini berlanjut terus turun-temurun.

Orang Arab sangat menghormati persuakaan. Jika seseorang sudah memberi suaka kepada seseorang, maka orang itu berada di bawah perlindungannya, aman dari segala serangan pihak lain. Di kalangan mereka adat ini sangat dihormati.

Sungguhpun begitu, Harb bin Umayyah pernah mengganggu Abdul-Muttalib bin Hasyim - kakek Nabi - karena orang Yahudi berada di bawah suaka Abdul-Muttalib. Harb bin Umayyah masih juga terus mengganggunya sampai akhirnya Yahudi itu dibunuhnya dan hartanya diambil.

Persaingan antara Banu Umayyah dengan Banu Hasyim ini tetap berlanjut. Sesudah Nabi diutus, Banu Umayyah menjadi golongan yang paling keras memusuhinya. Persaingan mereka terhadap Banu Hasyim itu merupakan pendorong terbesar dalam hal ini.

Abu Sufyan bin Harb, Akhnas bin Syariq dan Abu al-Hakam bin Hisyam mengintai Rasulullah selama tiga malam. Mereka mendengar dari balik tabir Rasulullah sedang mem di rumahnya dan menanyakan:

"Abu al-Hakam, bagaimana pendapat Anda tentang yang kita dengar dari Muhammad?"

"Yang saya dengar?!" jawab Abu Jahal. "Kami sudah saling memperebutkan kehormatan dengan Banu Abdu-Manaf. Mereka memberi makan, kami pun memberi makan, mereka menanggung, kami pun begitu, mereka memberi, kami juga memberi, sehingga kami dapat sejajar dan sama tangkas dalam perlombaan.

"Kami seperti dua ekor kuda pacuan." Tetapi tiba-tiba kata mereka: "Di kalangan kami ada seorang nabi yang menerima wahyu dari langit. Kapan kita akan mengalami yang semacam itu? Tidak! Kami samasekali tidak akan beriman kepadanya dan tidak akan mempercayainya!"

Topik Menarik