Penduduk Spanyol Sebelum Islam Masuk: Kaum Yahudi Sering Memberontak

Penduduk Spanyol Sebelum Islam Masuk: Kaum Yahudi Sering Memberontak

Terkini | sindonews | Rabu, 2 Oktober 2024 - 05:15
share

SEBELUM Islam masuk Spanyol negeri ini penuh dengan intrik. Pajak yang tinggi, konflik politik, dan pemberontakan membuat Spanyol miskin dan terbelakang. Di sisi lain, Afrika Utara di bawah Islam menikmati kemakmuran.

Ahmad Syalabi dalam bukunya berjudul "Sejarah dan Kebudayaan Islam" (Jakarta: PT Alhusma Zikra, 1995) menyebut sebelum Islam masuk, Spanyol berada di bawah kerajaan Romawi. Bangsa Romawi dapat menguasai semenanjung itu pada tahun 133 M. Di masa pemerintahan mereka ini, masuk pula sejumlah besar orang-orang Yahudi.

Bangsa Romawi terusir oleh serangan suku Vandal pada abad kelima Masehi. Sejak itu nama Spanyol berubah menjadi Vandalusia, yaitu negeri bangsa Vandal.

Hasan Ibrahim Hasan dalam bukunya berjudul "Sejarah dan Kebudayaan Islam" (Jakarta: Kalam Mulia, 2006) mengatakan belakangan Bangsa Arab kemudian menamainya dengan al-Andalusia, yang lebih dikenal dengan nama Andalusia.

Baca juga: Begini Sejarah Singkat Muslim di Andalusia

Pada awal abad keenam (507 M) suku-suku Ghathia Barat menyerang Spanyol dan mereka mengusir bangsa Vandal ke Afrika. Bangsa Ghathia kemudian berhasil mendirikan pemerintahan yang kuat di Spanyol.

Spanyol berubah menjadi bangsa yang lemah disebabkan merajalelanya perbudakan, kepincangan ekonomi karena petani dan pedagang diharuskan menanggung pajak yang memberatkan dan pemaksaan agama Kristen kepada penduduk.

Para budak dipaksa harus bekerja di lahan pertanian milik para penguasa, lapisan menengah masyarakat Spanyol dipaksa menanggung beban sebagai sumber pendapatan dan belanja Negara dengan berbagai jenis pajak dan pihak yang menghimpun kekayaan untuk diserahkan kepada para penguasa.

Para rahib Kristen berhasil mengeluarkan berbagai perintah dan sanksi yang sangat keras kepada setiap orang yang enggan menerima dan menjadi pemeluk agama Masehi. Akibatnya rakyat menjadi menderita, sengsara dan tertekan.

Orang-orang Yahudi, karena tidak tahan menerima pemaksaan-pemaksaan seperti itu, berulang kali melakukan pemberontakan. Akan tetapi upaya mereka gagal, dan hanya menyebabkan rumah-rumah mereka hancur berantakan dan banyak di antara mereka terpaksa menjadi pemeluk agama Masehi.

Baca juga: Kekuasaan Daulah Andalusia di Spanyol dan Keruntuhannya

Afrika Utara

Begitulah kondisi penduduk Spanyol sebelum ditaklukkan Islam. Di sisi lain, kondisi penduduk Afrika Utara hidup dalam keadaan sejahtera sewaktu berada di bawah kekuasaan Islam yaitu Daulah Umaiyah yang memerintah dengan adil. Maka tidaklah mengherankan bila penduduk Spanyol berharap agar mereka dapat membebaskan diri dari kekejaman bangsa Ghathia tersebut.

Badri Yatim dalam "Sejarah Peradaban Islam" (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993) menyebut Afrika Utara dikuasai Daulah Umayyah pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan (685-705) dan mengangkat Hasan bin Nu’man al-Ghassani sebagai gubernur di daerah itu.

Pada masa Khalifah al-Walid bin Abdul Malik, gubernur Afrika Utara telah digantikan oleh Musa bin Nusair. Dia memperluas daerah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Marokko.

Sewaktu kawasan ini dikuasai kerajaan Ghathia, dia sering menghasut penduduk untuk melakukan kerusuhan-kerusuhan dan menentang kekuasaan Islam. Akan tetapi setelah kawasan ini benar-benar dapat dikuasai umat Islam, mereka dapat memusatkan perhatiannya untuk menaklukkan Spanyol.

Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi umat Islam dalam menaklukkan Spanyol.

Baca juga: Reconquista: Kisah Pasukan Salib Ingin Merebut Kembali Andalusia

Topik Menarik