Demi NZE 2060, PLN EPI Maksimalkan Biomassa Melalui Co-Firing

Demi NZE 2060, PLN EPI Maksimalkan Biomassa Melalui Co-Firing

Terkini | sindonews | Jum'at, 26 Juli 2024 - 21:21
share

PT Perusahaan Listrik Negara Energi Primer Indonesia ( PLN EPI ) terus memperkuat rantai pasok biomassa sebagai salah satu langkah strategis mencapai net zero emissions (NZE) 2060.

Dalam Focus Group Discussion (FGD) dengan tema Risiko, Tantangan, dan Mitigasi pada Tatanan Rantai Pasok dan Komponen Pembentuk Harga Batu Bara dan Biomassa serta Energi Baru Terbarukan (EBT) Lainnya di Semarang, Direktur Utama PT PLN EPI Iwan Agung Firstantara, mengatakan bahwa PLN EPI mengimplementasikan program co-firing, yaitu substitusi batu bara dengan biomassa pada rasio tertentu sebagai langkah nyata menuju mencapai NZE pada tahun 2060.

"Indonesia memiliki potensi besar dalam menghasilkan biomassa. Pada tahun 2021, PLN Group telah menggunakan 250.000 metrik ton biomassa untuk co-firing PLTU. Tahun 2022, jumlah ini naik menjadi 500.000 metrik ton, dan pada tahun 2023 mencapai lebih dari 1 juta metrik ton. Tahun ini, target kami adalah menyediakan 2,2 juta ton," kata Iwan melalui keterangan pers, Jumat (26/7/2024).

Pemanfaatan biomassa untuk co-firing dan pengganti batu bara mendapat dukungan dari Kementerian ESDM. Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Edi Wibowo. Dia menyampaikan bahwa Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 12 Tahun 2023 tentang Pemanfaatan Bahan Bakar Biomassa Sebagai Campuran Bahan Bakar pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap telah diterbitkan untuk memberikan payung hukum penggunaan biomassa.

"Peraturan ini masih menunggu harmonisasi dengan Peraturan Menteri Keuangan yang sementara dalam proses untuk direvisi," tuturnya.

Dukungan Kementerian Keuangan terhadap program co-firing juga diungkapkan Hilman Qomarsono, Kepala Seksi Risiko Pinjaman pada BUMN Direktorat PRKNDJPPR. Menurut dia, Menteri Keuangan Sri Mulyani telah memberikan arahan untuk mendukung secara maksimal pengembangan ekosistem biomassa.

Di bagian lain, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marve Nani Hendiarti mengatakan bahwa co-firing dan pemanfaatan biomassa turut meningkatkan penciptaan lapangan pekerjaan. "Ketersediaan biomassa yang cukup banyak, jika dikelola dengan baik, dapat menjadi sumber energi untuk program co-firing dan menciptakan lapangan pekerjaan," tegasnya.

Mendukung pernyataan tersebut, perwakilan dari PT Elektrika Konstruksi Nusantara Kalimantan Barat, Novariandi, dalam diskusi itu menjelaskan bahwa pabriknya terus beroperasi dengan menyerap tenaga kerja lokal untuk mengolah tandan kosong kelapa sawit menjadi pelet tankos yang disuplai ke PLTU.

Hal senada dikatakan Komisaris PT Solusi Hutama Mahesa, Roeswandi yang menambahkan bahwa biomassa memberikan peluang bagi masyarakat sekitar PLTU untuk terlibat dalam bisnis ini. Sementara itu, Kepala Pusat Studi Energi UGM Sarjiya menyoroti pentingnya pertimbangan harga dalam pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT).

Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto, juga menekankan pentingnya transisi energi menuju penggunaan energi hijau. "Tujuan revisi Kebijakan Energi Nasional (KEN) adalah memberikan arah dalam upaya mewujudkan kebijakan pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, keterpaduan, efisiensi, produktivitas, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian energi nasional, ketahanan energi nasional, dan pemenuhan komitmen Indonesia dalam dekarbonisasi," ujarnya.

Djoko menambahkan bahwa optimalisasi pemanfaatan biomassa melalui program co-firing dapat menjadi strategi yang efektif dalam mengurangi ketergantungan pada batu bara dan meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan.

Topik Menarik