Putu BKSAP Dorong Pariwisata di Perbatasan Terus Digaungkan

Putu BKSAP Dorong Pariwisata di Perbatasan Terus Digaungkan

Nasional | sindonews | Selasa, 2 Juli 2024 - 19:41
share

Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR Putu Supadma Rudana mendorong pariwisata perbatasan atau cross border tourism di Indonesia terus digaungkan. Pasalnya, Indonesia punya destinasi wisata yang unggul dan bagus.

Dari sisi konektivitas pun dengan negara tetangga sudah baik. Hal itu dikatakan Putu Rudana saat kegiatan BKSAP Day di Kota Batam terkait peran diplomasi parlemen dalam mendukung promosi pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism.

Putu bersama sejumlah rombongan BKSAP DPR mengunjungi Batam Tourism Polytechnic dan Institut Teknologi Batam (ITEBA). Beberapa pimpinan dan anggota BKSAP DPR juga menjadi delegasi di antaranya Gilang Dhielafararez, Achmad Hafisz Thohir dan Sukamta, Arzeti Bilbina, Muslim, Hasani bin Zuber dan Asman Abnur.

“Saya merasakan sebagai orang yang duduk di DPR RI, pimpinan BKSAP, juga sebagai salah satu pelaku pariwisata di Indonesia, bahwa cross border tourism tentu harus terus kita bangun dan kembangkan. Tentu ini merupakan kelebihan dan potensi yang besar yang dimiliki beberapa provinsi di Indonesia,” ujarnya, Selasa (2/7/2024).

“Contohnya Batam yang sudah memiliki konektivitas yang cukup baik dan terus dibangun dengan baik, tinggal menambah frekuensi konektivitas jadwal penyeberangannya dan tentu dengan melakukan pembenahan di segala bidang secara berkesinambungan,” sambungnya.

Dalam perjalanan awal Batam adalah zona yang dibangun untuk wilayah perdagangan bebas dan pelabuhan bebas, dan saat ini berkembang menjadi salah satu destinasi unggul pariwisata dan juga pintu gerbang utama kepariwisataan Indonesia. Karena, lanjut dia, Batam sebelum terjadinya pandemi Covid-19 yang lalu, selalu masuk tiga besar dari sisi penerimaan dan masuknya wisatawan mancanegara ke Indonesia.

“Pintu gerbang pertama dari sisi jumlah wisman itu Bali, di mana sebagian besar masuk melalui udara dan laut khususnya kapal pesiar. Kedua, itu Greater Jakarta yang mana sebagian besar masuk lewat udara karena hub utama di Indonesia adalah Soekarno Hatta,” ujar Putu.

“Dan ketiga adalah Batam, yang mana masuknya wisatawan sebagian besar melalui penyebrangan laut perbatasan (border). Dalam perjalanannya khususnya pasca Covid-19, tiga wilayah ini selalu bersaing untuk menjadi yang terdepan,” ujar anggota Biro Komite IPU untuk Pembangunan Berkelanjutan ini.

Dengan segala potensi dan letak geografis yang dimiliki Batam, sebagai wilayah wilayah/zon perdagangan bebas dan pelabuhan bebas, Putu melihat ke depannya Batam dapat menjelma menjadi sebuah destinasi pariwisata yang unggul dan komprehensif, serta dapat menjadi top destination untuk cross border tourism destination yang kepariwisataan menghadirkan berbagai konsep edutainment.

Anggota komisi VI DPR ini mengatakan, Batam memiliki potensi besar dengan komprehensif konsep of tourism untuk menjelma menjadi sebuah destinasi alternatif diantara 3 negara yaitu Indonesia, Singapura, dan Malaysia. “Jika kita gabungkan potensi jumlah wisatawan yang masuk ke Singapura dan Malaysia serta memasukkan jumlah penduduk Singapura dan Malaysia, tentu peningkatan masuknya dan kunjungan wisatawan ke Batam dapat meningkat pesat ke depan dan dapat menjadi yang tertinggi di Indonesia,” imbuhnya.

“Memang ada Bali, tapi Bali memiliki keterbatasan infrastruktur, keterbatasan konektivitas karena Bali sementara sebagian besar masuk lewat jalur udara. Bali kedepan dapat terfokus kepada pariwisata berkualitas dan mengangkat budaya serta kearifan lokasl sebagai gagasan utamanya,” tambahnya.

Dengan demikian, Putu menilai Batam bisa melakukan penetrasi atau peningkatan dalam bidang cross border tourism. Dia mengatakan, Singapura dan Malaysia sudah memiliki potensi tourism atau kunjungan wisatawannya dalam jumlah tertentu. Jadi, sangat memungkinkan ke depan Batam ini akan menjadi destinasi yang terbesar dalam jumlah wisatawan.

Menurut dia, ke depan harus ada roadmap kepariwisataan Indonesia khususnya mengenai pembangunan berkelanjutan pariwisata perbatasan (sustainable cross border tourism). Dia melanjutkan, bagaimana ke depan dibangun cross border tourism misalkan Sulawesi Utara dengan Filipina, juga Papua dengan Papua Nugini juga negara-negara Pacific dan sekitarnya.

“Juga beberapa wilayah perbatasan di pulau Kalimantan yang dekat dengan negara tetangga kita seperti Malaysia dan Brunei. Sehingga sebetulnya sustainability atau keberlanjutan dan kesinambungan kepariwisataan ini bisa dibangun apabila marketnya dekat dan besar dengan destinasi itu serta memiliki keunikan dan kelebihan dengan bordering countries-nya,” ungkapnya.

Putu juga mendorong untuk mempromosikan pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism. Dia berpendapat, sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan sendiri adalah pengembangan konsep berwisata yang dapat memberikan dampak jangka panjang, baik terhadap lingkungan, sosial, budaya, serta ekonomi untuk masa kini dan masa depan bagi seluruh masyarakat khususnya masyarakat lokal secara inklusif maupun wisatawan yang berkunjung akan menghargai adat, budaya, dan alam di wilayah destinasi tersebut.

Dia menambahkan, dengan meningkatkan kesadaran akan pariwisata berkelanjutan, diharapkan semua stakeholder pariwisata termasuk wisatawan dapat lebih memperhatikan protokol kesehatan, kelestarian alam, keamanan, kenyamanan, dan higenitas/kebersihan, serta pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan mengutamakan local community as a center of prosperity. “Tentu hal ini, semata-mata agar pariwisata kita memiliki ketahanan yang baik karena pelaku dan pengembangnya adalah juga masyarakat lokal yang memahami adat, budaya dan lingkungannya,” kata Putu.

Dia menuturkan, sustainable tourism ini sangat penting, apalagi pascapandemi Covid-19 yang juga berdampak negatif terhadap sektor pariwisata yang merupakan salah satu tulang punggung ekonomi nasional Indonesia. Putu menuturkan bahwa pariwisata berkelanjutan mengacu pada praktik yang berkelanjutan dari berbagai stakeholder kepariwisataan dengan terus membangun industri pariwisata mensinergikan pilar penta helix.

Menurut Putu, harus diakui bahwa pariwisata memiliki dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya pariwisata, kata Putu, termasuk terciptanya lapangan kerja, kunjungan wisatawan meningkat, perekonomian meningkat, dan banyak lagi.

Sedangkan, dampak negatifnya dapat berupa kerusakan lingkungan, kemacetan, polusi, dan limbah sampah yang justru berlawanan dengan semangat pelestarian lingkungan. Gagasan Environmental Democracy merupakan salah satu formulasi yang baik dalam mencapai suatainable tourism.

Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia ini menjelaskan, sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan, bertujuan untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif. Dia membeberkan bahwa tujuan akhir dari pariwisata berkelanjutan adalah untuk mengurangi dampak negatif pariwisata terhadap masyarakat khususnya local community dan lingkungan.

Legislator asal Bali ini menginisiasi kegiatan BKSAP Day dilakukan di Kota Batam dengan mengunjungi Batam Tourism Polytechnic dan Institut Teknologi Batam. Adapun, kedua yayasan itu diketuai oleh Anggota DPR Asman Abnur. Tentu, keberadaan yayasan ini untuk membangun Batam agar sustainable dan menerapkan ekonomi hijau dalam perjalanan ke depannya.

Dia mengatakan, ekonomi hijau terwujud jika lingkungan terus terjaga, masyarakat secara inklusif menjadi pelaku utama kepariwisataan serta pertumbuhan ekonomi yang terjadi terus bertumbuh secara berkesinambungan dan berkelanjutan. Secara khusus juga dalam peran utama institusi pendidikan ini untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan mumpuni menjelma menjadi enterpreneur serta manager manager yang andal diseluruh dunia.

Lebih lanjut dia mengatakan, dengan akselerasi dalam capacity building ini, generasi muda khususnya di wilayah batam dan sekitarnya, akan langsung mengawal peningkatan ekonomi Batam dan menjadi pelaku utama, tuan rumah di wilayahnya sendiri serta mampu terus hadir diberbagai negara untuk menjadi figur-figur utama dalam bidang kepariwisataan dan hospitality.

“Karena kalau kita bicara pariwisata, ada industri hotel, ada industri restoran, juga ada industri jasa lainnya, baik jasa yang berhubungan dengan well-being ataupun kesehatan serta juga yang terpenting dalam bidang culinary. Setiap generasi muda yang dicetak di kedua institusi pendidikan Batam ini kedepan dapat menjadi agent of change kepariwisataan di Batam, di Indonesia maupun mengisi dan mewarnai kepariwisataan global,” kata Putu.

Maka itu, Putu mengapresiasi akselerasi yang dilakukan BTP dan ITEBA serta yayasan VITKA yang turut menjelmakan Batam menerapkan sustainable dan inclusivitas dalam pembangunan kepariwisataannya secara khusus melalui peningkatan SDM dan pendidikan vokasinya yang secara konsep sangat baik dan mampu menjadi ispirasi dan contoh bagi kebijakan pendidikan vokasi secara nasional juga dapat menjadi rujukan bagi daerah lainnya di Indonesia yang sedang membangun dan meningkatkan qualitas SDM lokalnya untuk siap menjadi tuan rumah di wilayahnya sendiri.

“Bahkan ke depan, mereka harus bisa dan mampu membangun menjadi seorang wirausahawan baik didalam maupun di luar negeri, untuk terus menjadi duta atau penggaung kemuliaan Indonesia dalam bidang culinary ataupun dalam bidang kepariwisataan dan hoapitality lainnya,” ucapnya.

Putu juga berharap agar Batam bisa menjadi contoh percepatan kepariwisataan di wilayah perbatasan dengan fokus membangun destinasi, SDM dan gagasan sustainable tourism berbasis kearifan lokal serta berstandar dunia. Batam secara pariwisata mungkin belum mendapatkan dukungan yang maksimal khususnya dalam pembangunan institusi pendidikan vokasi kepariwisataan dan affirmasi kebijakan pusat.

“Tapi dengan hadirnya dua kampus ini, justru menunjukkan bahwa sektor swasta atau yayasan mampu bergerak di depan menjadi lokomotif untuk mengawal kreativitas dan inklusivitas masyarakat dan generasi muda untuk bekerja dan membangun sektor pariwisata yang berkemandirian. Tentu apresiasi yang tinggi kepada yayasan VITKA juga untuk BTP dan ITEBA,” ucap Putu.

Sementara itu, Anggota BKSAP DPR Asman Abnur menjelaskan, yayasan yang dipimpinnya ingin membangun sumber daya manusia berkualitas internasional. Sebab, kata dia, saat ini mahasiswa Batam Tourism Polytechnic dan Institut Teknologi Batam sudah tersebar kerja di luar negeri.

“Yang kita bangun ini adalah pembangunan SDM yang berkualitas internasional secara mandiri. Mahasiswa kita sudah banyak sekarang yang bekerja di luar negeri. Di Middle East, Dubai, Qatar, Hong Kong, mancanegara, Amerika, Jepang, dan lainnya,” pungkasnya.

Topik Menarik