Sejarah Berdirinya Sritex Didirikan 1966 oleh Lukminto Pengusaha Muslim Keturunan Tionghoa-Indonesia

Sejarah Berdirinya Sritex Didirikan 1966 oleh Lukminto Pengusaha Muslim Keturunan Tionghoa-Indonesia

Terkini | serpong.inews.id | Kamis, 24 Oktober 2024 - 13:00
share

JAKARTA, iNewsSerpong.id - Sejarah berdirinya Sritex atau bernama lengkap PT Sri Rejeki Isman Tbk adalah salah satu perusahaan tekstil terbesar di Indonesia, yang berbasis di Sukoharjo, Jawa Tengah.

Profil Sritex dimulai pada tahun 1966, didirikan oleh Haji Muhammad Lukminto, seorang pengusaha Tionghoa-Indonesia yang sebelumnya bekerja sebagai pedagang tekstil di pasar tradisional di Solo.

Haji Muhammad Lukminto, seorang pengusaha Tionghoa-Indonesia (kiri).

Sejarah Awal dan Perkembangan

1966: Haji Muhammad Lukminto memulai usaha dengan membuka toko tekstil kecil bernama "Sri Redjeki" di Pasar Klewer, Solo. Nama ini kemudian disingkat menjadi Sritex. Fokus awalnya adalah menjual kain yang dibeli dari berbagai pabrik di Indonesia.

1978: Perusahaan mulai berkembang pesat, dan Sritex mulai membangun pabrik pertamanya di Sukoharjo untuk memproduksi kain sendiri. Langkah ini membawa Sritex beralih dari sekadar pedagang tekstil menjadi produsen tekstil.

1982-1990: Sritex memperluas operasinya dengan mendirikan pabrik pemintalan, tenun, pencelupan, dan finishing kain. Di periode ini, Sritex juga mulai mengembangkan divisi produksi seragam militer dan tekstil untuk pasar ekspor.

 

1992: Sritex mulai mendapatkan reputasi internasional dengan memenangkan kontrak untuk menyediakan seragam militer ke beberapa negara, termasuk NATO dan berbagai negara Eropa. Ini menempatkan Sritex sebagai salah satu produsen seragam militer terbesar di dunia.

2000-an: Sritex terus memperluas lini produksinya, menambah divisi baru seperti produksi pakaian jadi, yang semakin memperkuat posisinya di pasar internasional. Pada masa ini, perusahaan juga berinovasi dengan memperluas produk yang lebih beragam, mulai dari kain mode, seragam, hingga produk tekstil rumah tangga.

2013: Sritex go public dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ini menjadi tonggak penting dalam sejarah perusahaan, memperkuat modal untuk ekspansi lebih lanjut.

2021: Setelah wafatnya pendiri Haji Muhammad Lukminto pada tahun 2014, perusahaan dipimpin oleh putranya, Iwan Setiawan Lukminto, yang terus melanjutkan visi ekspansi dan inovasi di sektor tekstil.

 

Sritex merupakan salah satu pemain utama dalam industri tekstil global, dengan lini produksi yang mencakup berbagai aspek mulai dari pemintalan, penenunan, pencelupan, hingga pakaian jadi. Sritex juga dikenal sebagai pemasok utama seragam militer untuk berbagai negara, serta produk tekstil untuk pasar fashion dan tekstil rumah.

Kesuksesan Sritex menjadi bukti dari bagaimana usaha kecil dapat berkembang menjadi perusahaan raksasa melalui inovasi, kualitas, dan manajemen yang baik.

Namun Pengadilan Niaga Semarang resmi nyatakan Sritex pailit. Perusahaan tekstil ini gagal penuhi kewajiban pembayaran kepada krediturnya, PT Indo Bharat Rayon dan berakibat Sritex bangkrut. Keputusan ini juga mencakup beberapa anak perusahaan Sritex.

Vonis Pengadilan Niaga PN Kota Semarang resmi menyatakan PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex berstatus pailit ini berdasarkan putusan 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg pada Senin (21/10).

Topik Menarik