Injak Usia 76 Tahun, Intip Perjalanan Bos PO Rosalia Indah dari Kernet Jadi Pemilik Ratusan Bus

Injak Usia 76 Tahun, Intip Perjalanan Bos PO Rosalia Indah dari Kernet Jadi Pemilik Ratusan Bus

Otomotif | inews | Jum'at, 14 Maret 2025 - 03:08
share

JAKARTA, iNews.id - Bagi pengguna transportasi bus, siapa yang tal kenal dengan Perusahaan otobus (PO) Rosalia Indah. PO bus asal Karanganyar, Jawa Tangah tersebut dibangun oleh Yustinus Soeroso.

Perjalanannya membangun usaha penuh inspiratif. Bagaimana tidak, pria yang akrab disapa Pak Roso ini hanya seorang anak buruh tani. Dia membangun perusahaan dari nol sebagai kernet (kondektur). 

Kini, Pak Roso sudah menginjak usia 76 tahun, tepatnya pada 8 Maret 2025. Ini disampaikan putranya, FX Adimas Rosdian (Dimas) saat merayakan ulang tahun ayahnya melalui akun Instagram.

"Selamat Ulang Tahun kepada Ayahanda tercinta, Bp Yustinus Suroso. Di umur Bpk yg ke 76 tahun ini, kami ingin mengucapkan terimakasih sudah selalu menjadi Tauladan, Pimpinan, Guru, Mentor, dan seorang Bapak yang luar biasa bagi kami...," tulisnya, di keterangan foto.

"Panjang umur, Bahagia dan Sehat terus nggih, Bapak...," kata Dimas.

Dalam wawancara di kanal YouTube Perpalz TV, Pak Roso menuturkan perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan. 

“Masa kecil saya sangat kurang (mampu), saya enam bersaudara dan bapak saya hanya seorang buruh tani. Saya termotivasi untuk hidup mandiri, sekolah mandiri, sehingga membuat saya memiliki prinsip keluar dari rumah saat dewasa,” ujar Pak Roso.

Dia menjalani kehidupan dari bawah karena sulitnya mencari pekerjaan di kota dengan ijazah pas-pasan. Akhirnya dia menjadi kondektur bus. 

“Dari kondektur pelan-pelan, dengan bekerja keras dan doa dari keluarga akhirnya saya menjadi agen bus Timbul Jaya. Saat itu, saya nyari penumpang sendiri, jadi calo sendiri, apa-apa sendiri,” katanya. 

Selama 11 tahun mengabdi di Timbul Jaya sebagai seorang agen bus, Pak Roso mendapatkan banyak pelajaran. Bahkan, saat itu, istrinya juga membantu bekerja, sehingga keduanya memiliki pengalaman di dunia transportasi.

“Apa yang saya dapatkan istri saya juga dapatkan, karena saat itu kami mengelola sampai 36 bus Timbul Jaya. Pada saat itu, segala sesuatunya sudah saya yang menentukan, hampir 90 persen apa-apa saya,” kata Pak Roso. 

Pada 1983, Pak Roso melihat peluang ketika bus Timbul Jaya hanya mengantar penumpang sampai Solo. Padahal, saat itu banyak penumpang dari Jawa Timur, tepatnya ke Blitar. 

Akhirnya, Pak Roso mencari cara untuk membeli satu unit yang digunakannya untuk mengantar penumpang yang turun di Solo menuju Blitar. Bisnis tersebut berjalan baik dan menambah dua unit pada 1984.

Ini menjadi titik awal Pak Roso membangun PO bus. Tapi, itu tak serta-merta mengubahnya menjadi seseorang yang congkak. Dia tetap membumi dengan berpenampilan apa adanya. 

“Saya tidak ada tampang pamer, saat jadi kondektur ya seperti ini dan sekarang jadi bos ya seperti ini. Penampilan kondektur saja,” ujarnya. 

Penampilan sederhananya membuat Pak Roso sempat disangka sebagai salah satu pegawai PO Rosalia Indah ketika ada mahasiswa yang ingin menyewa bus. 

“Saya pernah ditanya oleh tamu yang mau sewa bus. Dia bilang mau ketemu Pak Roso. Itu anak mahasiswa UNS. Saya tanya, ‘dek mau ke mana?’ Dia jawab ‘saya mau sewa bus, mau ketemu Pak Roso’. Lalu saya tanya lagi, ‘loh keperluannya apa?’, dia jawab lagi ‘saya mau minta diskon, soalnya kami masih kuliah’,” katanya. 

“Ya karena penyampaian sopan dan tujuannya jelas. Saya bawa ke ruangan, dan di sana dia kaget saat tahu saya Pak Roso. Saya bilang enggak apa-apa, memang Pak Roso tampilannya seperti kondektur. Jadi jangan kaget kalau Pak Roso tampilannya begini,” ujar Roso. 

Dia sempay berkelakar dirinya menggunakan batik hanya untuk tampil di YouTube. “Di sini saja tampilannya necis, biasanya mah enggak begini,” katanya sambil tersenyum.

Di usia lebih dari setengah abad, Presiden Direktur Rosalia Indah Group ini mulai menyerahkan tongkat estafet operasional perusahaan kepada putranya, Dimas. Diketahui, Dimas merupakan lulusan universitas di Australia.

Untuk belajar lebih dalam mengenai perusahaannya, Dimas sempat menyamar menjadi penumpang. Berbagai keluhan dan perbaikan didapat menjadikan Dimas bertekad membangun perusahaan ayahnya.

Topik Menarik