MotoGP Tolak Pakai Mesin Hybrid, Ini Alasannya
JAKARTA, iNews.id Ajang balapan biasanya dijadikan contoh mengkampanyekan kendaraan ramah lingkungan. Namun, berbeda dengan MotoGP menolak menggunakan teknologi hybrid. Mereka lebih memilih mempertahankan engine bahan bakar minyak (BBM).
Sekadar informasi, Formula 1 sudah menggunakan teknologi hybrid sejak 2014, ketika pindah dari mesin V8 ke V6 1.6 liter. Itu terbukti meningkatkan performa mobil, di mana tenaga mesin dikolaborasikan motor penggerak.
Dikutip dari Speedweek, Kamis (2/1/2023), bos Ducati Luigi DallIgna mengajukan proposal agar motor MotoGP menggunakan teknologi hybrid. Mengingat teknologi motor MotoGP kerap digunakan pengembangan motor komersil.
Menurut Luigi, MotoGP harus mencari solusi meningkatkan efisiensi mesin. Menurutnya, kejuaraan harus memikirkan sesuatu berbeda dibandingkan terus-terusan menggunakan mesin pembakaran internal.
Namun, Dorna Sports sebagai pemilik hak komersial MotoGP dengan tegas menolak wacana tersebut. Menurutnya, menggabungkan mesin pembakaran dan motor penggerak listrik lengkap dengan baterai bukan solusi untuk balap motor.
CEO Dorna Sports Carmelo Ezpeleta menilai motor MotoGP akan lebih berat bila dibenamkan teknologi hybrid. Sebab, motor harus menopang motor listrik dan baterai serta perangkat elektronik lainnya sehingga sangat sulit mencari kestabilan.
Di Dorna, kami tidak membuat saran konkret untuk perubahan. Tapi, bukan rahasia lagi kami menentang penggerak hybrid di kelas MotoGP, ujar Ezpeleta.
Dorna Sports sendiri sudah memiliki kejuaraan dunia balap motor listrik, MotoE yang merupakan upaya mereka dalam mempromosikan motor listrik. Mulai 2023, Ducati bertanggung jawab memasok motor listrik balap.
Ezpeleta menegaskan dirinya tak menentang kampanye lingkungan hijau, hanya saja teknologi hybrid dirasa kurang tepat. Pria asal Spanyol itu lebih mendukung pengembangan bahan bakar sintetik yang dapat digunakan motor MotoGP.
Kami tidak dapat memulai 2027 dengan level yang sama seperti 2026. Diharapkan bahan bakar sintetis akan mengurangi emisi sebesar 10 persen. Apakah kapasitas mesin akan dikurangi dari 1.000 cc ini jadi pendapat terbuka, kata Ezpeleta.
Saya pikir kita seharusnya tidak berjuang mendapat tenaga yang lebih besar. Masih harus dilihat apakah solusi akan ditemukan untuk mengatasi emisi, ujarnya.