Penulis Nagarakretagama Sejarah Majapahit Harus Mengungsi ke Lereng Gunung Akibat Hinaan Bangsawan

Penulis Nagarakretagama Sejarah Majapahit Harus Mengungsi ke Lereng Gunung Akibat Hinaan Bangsawan

Nasional | okezone | Rabu, 16 April 2025 - 01:19
share

PENULIS Kakawin Nagarakretagama mengenai sejarah Kerajaan Majapahit konon harus menepi ke lereng gunung untuk menyelesaikan karyanya. Mpu Prapanca demikian dikenal sebagai penulis Kakawin Nagarakretagama merupakan dharmmadyaksa kasogatan atau pejabat keagamaan di era Hayam Wuruk. 

Ia mencatat setiap agenda kunjungan Hayam Wuruk ke beberapa wilayah kekuasaannya. Salah satunya saat Mpu Prapanca ikut ke Lumajang dalam perjalanan sang raja. Perjalanan keliling Lumajang itu berlangsung pada bulan Badra tahun 1281 Saka atau bertepatan sekitar Agustus hingga September 1359 Masehi.

Sedangkan dari catatan sejarah, Kakawin Nagarakretagama diselesaikan penggubahannya pada bulan Aswina tahun 1287 Saka atau bertepatan sekitar September hingga Oktober 1365 Masehi. Jarak waktu antara perjalanan keliling ke Lumajang dan penciptaan Nagarakretagama adalah enam tahun.

Sejarawan Prof. Slamet Muljana dalam bukunya "Tafsir Sejarah Nagarakretagama" menyebut, dalam waktu enam tahun itu, banyak peristiwa yang dapat terjadi, yang mengakibatkan penggeseran kedudukan seorang pejabat. Pupuh 94/2 baris 4 berbunyi: "Mudah-mudahan baginda suka menerimanya dan ingat kepada penciptanya yang telah lama bertekun menggubah kakawin."

Ucapan ini jelas menunjukkan bahwa pencipta Nagarakretagama pada tahun 1365 tidak lagi berdekatan dengan Prabu Rajasanagara atau Hayam Wuruk. Andaikata ia masih hidup di keraton sebagai dharmmadyaksa kasogatan, ucapan itu sama sekali tidak ada artinya. 

Nagarakretagama pupuh 12/1 baris 3 menyebut bahwa yang menjadi dharmmadyaksa kasogatan ialah Rengkanadi. Ia tinggal di luar benteng istana di sebelah selatan. Yang menjadi dharmmadyaksa kasaiwan ialah Hyang Brahmaraja, ia tinggal di luar benteng istana sebelah timur. 

Di sini disebutkan tersirat dan jelas bahwa, Mpu Prapanca tidak lagi menjabat pangkat dharmmadyaksa kasogatan pada tahun 1365 ketika ia menggubah kakawin Nagarakretagama. Pupuh 95/3 menguraikan tempat kediaman penggubah Nagarakretagama, yakni di lereng gunung, di Desa Kamalasana.

 

Pupuh itu menguraikan bahwa penggubah Nagarakretagama hidup canggung di desa. Ia merasa sedih, kesepian. Teman-teman lamanya telah melupakannya dan segan mengunjunginya. Ia merasa rugi karena tidak lagi dapat mendengar kata manis. Konon alasan meninggalkan hiruk pikuk perkotaan itu karena adanya hinaan dari bangsawan atau yang bergelar dyah. 

Bahkan, tempat tinggalnya atau pertapaannya juga dijelaskan dalam pupuh tersebut, yakni di Kamalasana, 15 di lereng gunung. Jelaslah sekarang bahwa kakawin Nagarakretagama digubah oleh Dang Acarya Nadendra, bekas pembesar urusan agama Budha, di Desa Kamalasana pada bulan September-Oktober 1365. 

Penciptanya sudah menjadi pertapa pada waktu itu. Sudah semestinya bahwa Nadendra sama sekali tidak mengharapkan persebaran kakawinnya di istana Majapahit, karena tempat penggubahannya jauh dari ibu kota. Maksudnya, tidak lain daripada untuk memuji Hayam Wuruk dan mendoakan agar tetap berkuasa di negara.

Topik Menarik